Bantahan Imamal-Ghazali terhadap ketuhanan Yesus
(Telaah buku Arradul Jamil)
Rahmad Morado, Lc,M.A
Abstrak: Masalah ketuhanan adalah masalah yang tak henti-hentinya dikaji dan dipelajari. Sikap Islam terhadap ketuhanan adalah jelas-jelas menganut tauhid secara ekslusif yang tidak dimiliki oleh agama lain. Pentingnya menjelaskan kesalahan ketuhanan agama-agama lain telah menjadi pusat perhatian para ulama Islam klasik.Mereka mempunyai metode yang sangat objektif dalam menyingkap kesalahan akidah yang bathil.Imamal-Ghazali adalah salah satu ulama klasik yang berusaha keras mematahkan hujjah ketuhanan Yesus.Teks-teks Bibel yang dikutip oleh Imamal-Ghazali sangat cukup untuk membantah ketuhanan Yesus.
Kata kunci: al-Ghazali, Arradul Jamil, Bapa, Bibel, metapora, Nasrani, Tuhan, Yohannes,zhahir.
1. Biografi Imamal-Ghazali :
Imam al-Ghazali adalah ulama yang sangat terkenal di zamannya sampai zaman sekarang ini.Karya-karyanya yang banyak dan pemikirannya yang gemilang membuat para pengangumnya tak henti-henti mengkaji pemikiran dan buku-bukunya. Beliau adalah AbuHamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad At-Thusi Asy-Syafi’i (pengikut mazhab Syafi’i) al-Ghazali wafat pada tahun 505 H dalam umur 55 tahun . Adalah seorang filosof, ahli tasawwuf yang mempunyai 200 karya.Beliau lahir pada tahun 450 H/1058 Mdan wafat pada tahun 505h/1111m .Diantara karyanya yang sangat monumental adalah bukunya “Ihya‘Ulumiddin” (Revival of Religious Sciences).
2. Karya-karya Imamal-Ghazali:
Imam al-Ghazali adalah ulama yang sangat produktif dalam karya ilmiyah.Abdurrahman Badawi menyebutkan al-Ghazali mempunyai 72 buku yang dipastikan beliau yang telah menulis buku-buku tersebut .
Diantara buku-bukunya yang terkenal:
1. At-Ta’liqah fi Furu’il Mazhab(Fikih Syafi’i)
2. Al-Mankhul fil Ushul(Ushul fikih Syafi’i)
3. Al-Basith fil Furu’(Fikih Syafi’i)
4. Al-Wasith(Fikih Syafi’i)
5. Al-Wajiz (Fikih Syafi’i)
6. Maqhasidul Falasifah(Filsafat)
7. Tahafutul Falasifah (Filsafat)
8. Mi’yarul Ilm fi Fannil Manthiq(Mantik)
9. Kitabul Mustaẓhiri firrad ‘ala Al-Bathiniyyah(Tasawwuf)
10. Al-Iqtishad fil I’tiqad (Akidah)
11. Ihya ‘Ulumiddin (Tasawwuf). Diringkas oleh Ibnu Al-Jauzi dalam bukunya Minhajul Qashidin.
12. Al-Maqshadul Asna Syarh Asma’illah Al-Husna (Asma’ul Husna)
13. Bidayatul Hidayah
14. Kitabul Wajiz fil Fiqh (Fikih Syafi’i)
15. Jawahirul Qur’an (Ulumul Qur’an)
16. Faishal At-Tafriqah baina Al-islam wa Az-Zandaqah (Akidah)
17. Ayyuhal Walad (Pendidikan anak)
18. Al-Munqiż min Ad-Dhalal wal Mufshih an al-Ahwal (Akidah)
19. Tahżib Al-Ushul (Ushul fikih)
20. Al-Mustashfa min ‘Ilm Al-Ushul (Ushul fikih)
21. Iljam Al-‘Awam ‘an ‘Ilm Al-Kalam (Akidah)
22. Minhajul ‘Abidin (Tasawwuf)
3. Buku Arraddul Jamil
Buku ini diterbitkan oleh UNESCO dalam bahasa Arab.Terdiri dari 39 halaman.Abdurraham Badawi menganggap buku ini masih diragukan bahwa al-Ghazali adalah penulisnya .Namun banyak orang lain yang memastikan buku ini karya Imam al-Ghazali. Buku ini diterbitkan juga oleh Al-Maktabah Al-Ashriyyah di Beirut.Oleh sebab itu, penulis akan tetap menganggap buku ini karya agung Imam al-Ghazali rahimahullah.
4. Metodologi Imamal-Ghazali dalam bukunya Arradul Jamil
Beberapa poin dibawah ini akan memberikan gambaran jelas tentang metodologi Imam al-Ghazali dalam bukunya Arraddul Jamil:
A. Tauhid adalah dasar Imam al-Ghazali dalam bantahannya terhadap akidah Nasrani
Tidak seperti anggapan banyak orang bahwa metode ilmiyah haruslah netral tidak berakidah.Imam al-Ghazali menegaskan bahwa akidah Islamlah dasar yang mendorongnya menulis buku yang agung ini.
Imamal-Ghazali mengatakan dalam mukaddimah bukunya:
فإني رأيت مباحث النصارى المتعلقة بعقائدهم ضعيفة المباني واهية القوى..
“Aku melihat pembahasan-pembahasan orang Nasrani tentang akidah mereka memiliki pondasi yang lemah”…
Ini bukti bahwa Imamal-Ghazali tidak berangkat dari titik netral, namun dari titik lemahnya akidah kaum Nasrani.
B. Penguasaan Imamal-Ghazali terhadap Bibel
Imamal-Ghazali telah membaca dan memahami Bibeldengan komperehensif sehingga ia mampu memaparkan kontradiksi yang ada dalam Bibel tersebut. Karenanya,Imam al-Ghazali rahimahullah bukan saja ulama biasa namun ia bisa dikategorikan sebagai kristolog abad 5 H.
Imam al-Ghazali mencantumkan enam teks Bibel yang menafikanketuhanan Yesusdikuatkandengan teks-teks Bibellainnya sebagai tafsiran teks-teks yang enam tadi .
C. Dasar yang digunakan oleh kaum Nasrani dalam akidah mereka
Imam Al-Ghazali mengatakan dalam mukaddimah bukunya bahwa orang Nasrani menganut taklid kepada akidah pendahulunya karena kebodohan mereka.Orang Nasrani menganggap agama mereka adalah syariat yang tidak bisa di takwil.
Setelah al-Ghazali membagi orang Nasrani kepada dua bagian.Beliau berbicara tentang dua kelompok orang Nasrani .Al-Ghazali mengatakan bahwa dasar mereka adalah taklid kepada para filosof dalam masalah al-ittihad.
Al-ittihad adalah menyatunya zat Allah dengan zat Yesus yang dijelaskannya di akhir dari buku ini.Teori al-ittihad disamakan oleh orang Nasrani dengan teori bergantungnya jiwa dengan jasad.
D. Ketidaktuhanan Yesus dalam Bibel
Berikut enam teks Bibel yang menafikan ketuhanan Yesus:
Dalam tiga teks pertama al-Ghazali menolak makna hakiki dari teks.Teks-teks tersebut mengandung makna majaz (metapora).
1. Yohannes 10/30-36 (Penggunaan kata Tuhanuntuk Bani Israil):
انا والأب واحد فتناول اليهود حجارة ليرجموه فأجابهم قائلا : أريتكم أعمالا كثيرة حسنة من عند أبي ومن أجل أي الأعمال ترجموني فأجابه اليهود قائلين: ليس من أجل الأعمال الحسنة نرجمك ولكن من أجل التجذيف وإذ أنت إنسان تجعل نفسك إلها. فأجابهم يسوع: أليس مكتوبا في ناموسكم إني قلت وإنكم آلهة فإن كان قد قال لأولئك آلهة لأن الكلمة صارت إليهم وليس يمكن أن ينتقض المكتوب فبكم أخرى الذي قدسه الأب وأرسله إلى العالم
Dalam versi bahasa Indonesia:
“Aku dan Bapa adalah satu.Sekali lagi orang-orang yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: “banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-ku yang kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah diantaranya yang menyebabkan kamu mau melempari aku? Jawab orang-orang yahudi itu: “bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari engkau, melainkan karena engkau menghujat Allah dan karena engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan dirimu dengan Allah. Kata Yesus kepada mereka: “tidakkah ada tertulis dalam kitab taurat kamu: aku telah berfirman: kamu adalah Allah ? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut Allah – sedangkan kitab suci tidak dapat dibatalkan- masihkan kamu berkata kepada dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia.”
Teks ini menerangkan masalah al-ittihad (menyatunya Allah dengan hamba-Nya).Orang yahudi mengingkari perkataan Yesus “aku dan Bapa adalah satu”.Orang yahudi menganggap zhahirnya yaitu Tuhanyang sesungguhnya.Isa A.S. membantah hal tersebut dan mengatakan bahwa kata “aku dan Bapa adalah satu” adalah metapora. Beliau berkata: “Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: aku telah berfirman: kamu adalah Tuhan-Tuhan”.
Al-Ghazali berkata:
Hal seperti ini ada dalam syaria’t kami (Islam). Rasulullah S.A.W. bersabda dalam hadits qudsi: Allah berfirman:
ولن يتقرب إلي المتقربون بأفضل من أداء ما افترضت عليهم ثم لا يزال العبد يتقرب إلي بالنوافل حتى أحبه فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به وبصره الذي بيصر به ولسانه الذي ينطق به ويده التي يبطش بها
“Tidaklah mendekatkan kepadaku orang-orang yang mendekatkan diri dengan yang lebih utama dari pada melakukan yang aku fardhukan kepada mereka. Kemudian tidaklah seorang hamba terus mendekatkan diri kepadaku dengan hal-hal yang sunnah sehingga aku mencintainya. Apabila aku telah mencintainya maka aku adalah pendengaran yang ia mendengar dengannya, penglihatan yang ia melihat dengannya, lisannya yang ia berbicara dengannya dan tangannya yang ia memukul dengannnya.”
Al-Ghazali berkata:
“Mustahil sang pencipta menempati indra-indra tersebut atau Allah adalah salah satu dari indra-indra tersebut. Akan tetapi seorang hamba ketika bersungguh-sungguh dalam ta’at kepada Allah Allah akan memberikannya kemampuan dan pertolongan yang ia mampu dengan keduanya untuk berbicara dengan lisannya, memukul dengan tangannya dan lain-lainnya .
Gaya bahasa metapora dalam kedua teks Bibel dan hadits qudsi itulah yang dimaksudkan bukan arti zhahirnya.
2. Yohannes 17/11 (Bersatunya Allah dengan Yesus):
أيها الأب القدوس احفظهم باسمك الذي أعطيتني ليكونوا معك واحدا كما نحن
Dalam versi Indonesia diterjemahkan:
“Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dengan nama-Mu yang telah engkau berikan kepadaku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita”.
Al-Ghazali berkata:
Teks ini seperti yang sebelumya yang menguatkan perpindahan makna hakikat menjadimetapora.Isa A.S. mendo’akan murid-muridnya agar Allah menjaga mereka dengan namanya sebagaimana Allah menjaganya.Agar dengan penjagaan itu mereka menjadi satu dengan Allah.Kemudian disebutkan huruf tasybih (penyerupaan) “sama seperti kami”.maksudnya mereka satu sebagaimana aku satu dengan engkau”. Apabila bersatunya Isa A.S. dengan Allah menjadikan Isa sebagai Tuhan, maka artinya Isa mendo’akan mereka agar menjadi Tuhan-Tuhan, namun hal itu tidak akan dibayangkan kecuali oleh orang yang hilang akalnya.
3. Yohannes 17/17-22 (Bersatunya Allah dengan Yesus dan murid-muridnya):
قدسهم بحقك فإن كلمتك خاصة هي الحق. كماأرسلتني إلى العالم أرسلتهم أيضا إلى العالم ولأجلهم اقدّس ذاتي ليكونوا هم مقدّسين بالحق وليس أسأل في هؤلاء فقط بل وفي الذين يؤمنون بي بقولهم ليكونوا بأجمعهم واحدا كما أنك يا أبت حالّ في وأنا فيك ليكونوا أيضا فينا واحدا ليؤمن العالم أنك أرسلتني وأنا أعطيتهم المجد الذي أعطيتني ليكونوا واحدا كما نحن
Dalam versi Indonesia:
“Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.Sama seperti engkau telah mengutus aku ke dalam dunia, demikian pula aku telah mengutus mereka ke dalam dunia, dan aku menguduskan diriku bagi mereka, supaya mereka pun dikuduskan dalam kebenaran.Dan bukan untuk mereka ini saja aku berdo’a, tapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadaku oleh pemberitaan mereka. Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti engkau, ya Bapa, didalam aku dan aku di dalam Engkau, agar juga mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa engkaulah yang telah mengutus aku, dan aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang engkau berikan kepadaku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu.”
Al-Ghazali berkata:
Perkataan “ya Bapa, didalam aku dan aku di dalam Engkau, agar juga mereka juga di dalam kita”, menegaskan bahwa ini adalah metapora. Karena perkatan Isa A.S. mengandung arti: sesungguhnya perkataan dan perbuatan mereka apabila sesuai dengan kehendakMu dan kehendakMu adalah kehendakku maka kami semua adalah zat yang satu karena tidak adanya perbedaan kehendak.Menta’ati perintah nabi berarti menta’ati perintah Allah juga. Ini dipertegas dalam Yohannes 12/44-45:
من يؤمن بي فليس يؤمن بي فقط بل وبالذي أرسلني ومن رآني فقد رأى الذي أرسلني
Dalam versi bahasa Indonesia:
“Tetapi Yesus berseru katanya: “Barang siapa percaya kepadaku ia bukan percaya kepadaku tetapi kepada Dia yang telah mengutusku dan barang siapa melihat aku ia melihat Dia yang telah mengutusku”.
Maksudnya adalah jika mereka ta’at kepada Yesus itu berarti mereka ta’at juga kepada Allah.Sama seperti kaum yang ta’at kepada nabinya maka sesungguhnya mereka telah ta’at kepada yang Allah yang telah mengutus mereka.Teks ini tidak bisa difahami sebagai dasar ketuhanan Yesus.
Serupa dengan firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 80:
مَنْيُطِعِالرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّىٰ فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”
4. Markus 13/32 (Keterbatasan ilmu Yesus):
"فأما ذلك اليوم وتلك الساعة فلا يعرفها أحد ولا الملائكة الذين في السماء ولا الابن إلا الأب وحده "
Dalam versi bahasa Indonesia:
“Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan anak pun tidak hanya Bapa saja”.
Al-Ghazali berkata:
“Teks ini menjelaskan tentang kemanusiaan Isa A.S. menafikan darinya ilmu yang khusus untuk Tuhan. Ini adalah dalil yang jelas tentang kemanusiaannya”..
Jika Yesus itu adalah Tuhan pasti ia mengetahui segala sesuatu termasuk hari akhir. Teks ini menjelaskan keterbatasan Yesus dalam ilmu dan bahwasanya ada ilmu yang khusus Allah ketahui.
5. Yohannes 17/1-3(Yesus diutus oleh Allah):
تكلم يسوع بهذا ثم رفع عينيه إلى السماء وقال: يا أبت قد حضرت الساعة فمجد ابنك ليمجدك ابنك. كما أعطيته السلطان على كل جسد ليعطي كل من أعطيته حياة الأبد. وهذه حياة الأبد أن يعرفوك أنك الإله الحق وحدك والذي أرسلته يسوع المسيح..
Dalam versi bahasa Indonesia:
“Demikianlah kata Yesus. Lalu ia mengadah ke langit dan berkata: “Bapa telah tiba saatnya; permuliakanlah anakmu supaya anakmu mempermuliakan engkau sama seperti engkau telah memberikan kepadanya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula ia akan memberikan hidup kepada semua yang telah engkau berikan kepadanya. inilah hidup yang kekal itu yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus kristus yang telah engkau utus”.
Al-Ghazali berkata: “Teks ini menerangkan dengan jelas kerasulan Isa A.S.”
Kata “anak” tidak bisa difahami bahwa Yesus adalah anak Tuhan.Hal yang menafikan itu adalah perkataanya “Engkau satu-satunya Allah yang benar dan mengenal Yesus kristus yang telah engkau utus”.Kata “Allah yang benar” artinya hanya Allahlah Tuhanyang sebenarnya.
6. Yohannes 8/39-40 (Yesus mengetakan bahwa ia manusia biasa):
لو كنتم بني إبراهيم كنتم تعملون أعمال إبراهيم لكنكم الآن تريدون قتلي وأنا إنسان كلمتكم بالحق الذي سمعته من الله.
Dalam versi bahasa Indonesia:
“Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh aku.Aku seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang ku dengar dari Allah”.
Al-Ghazali berkata:
“Jelaslah pada teks ini kemanusiaan Isa A.S. yaitu dalam perkataannya: “Seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu,yaitu kebenaran yang aku dengar dari Allah”.
Kata “seorang” maksudnya seorang manusia biasa yang menerima wahyu dari Allah S.W.T.
E. Sikap al-Ghazali terhadap Al-Hulul (Zat Allah menempati setiap makhluk)
Masalah al-hulul tak kalah pentingnya dari al-ittihad. Al-Ghazali menegaskan bahwa penggunaan kata al-hulul memang dilarang dalam syari’at Muhammad S.A.W. namun dibolehkan dalam syari’at Isa A.S. Kata hulul dimaksudkan metapora dalam perumpamaan-perumpamaan yang ada pada Bibeltersebut, begitu pula kata Bapa dan anak.
Seperti dalam BibelYohannes 14/10:
أَلَسْتَ تُؤْمِنُ أَنِّي أَنَا فِي الآبِ وَالآبَ فِيَّ؟ الْكَلاَمُ الَّذِي أُكَلِّمُكُمْ بِهِ لَسْتُ أَتَكَلَّمُ بِهِ مِنْ نَفْسِي، لكِنَّ الآبَ الْحَالَّ فِيَّ هُوَ يَعْمَلُ الأَعْمَالَ
Dalam versi bahasa Indonesia:
“Tidak percayakah engkau, bahwa aku didalam Bapa dan Bapa didalam aku.Apa yang aku katakan kepadamu, tidak aku katakan dari diriku sendiri tetapi Bapa yang diam di dalam aku, Dia-lah yang melakukan pekerjaan-Nya.”
F. Bantahan al-Ghazali terhadap teori al-ittihad
Al-Ghazali berkata:
Mereka meyakini bahwa Tuhanmenciptakan unsur manusia Isa A.S. kemudian Tuhannampak menjadi satu dengan Isa A.S.. mereka memaksudkan dengan al-ittihad, Isa A.S. mempunyai keterkaitan seperti keterkaitan jiwa dengan badan. Kemudian dengan keterkaitan ini terjadi hakikat ketiga yang berbeda dengan dua hakikat tadi yang terdiri dari unsur Tuhandan unsur manusia yang disifati dengan sifat keduanya baik ia secara Tuhanataupun manusia. Mereka berbuat hal yang bodoh dalam menetapkan hakikat ini.Sebaiknya mereka menutupinya. Dan yang lebih parah ia tidak malu berkata apa yang diinginkannya. Karena mereka menetapkan seluruh zat manusia dan sifat-sifatnya juga menetapkan yang wajib bagi Tuhandan yang mustahil bagi manusia.Mereka memutuskan sesuatu yang berbeda dari keduanya padahal keduanya saling isytirak (bergabung dalam sifat dan zat). Ini adalah perkataan orang yang tidak mempunyai akal. .
Keterkaitan dua zat dan bergabungnya dua sifat, kemudian menjadi hakikat lain yang berbeda dari dua zat tersebut adalah hal yang mustahil yang tidak diterima akal.
Teori al-ittihad ini justru membuktikan bahwa kristus bukanlah Tuhan.Al-Ghazali menggunakan analogi mantik.Ia berkata: Kristus di salib. Tidaklah dari yang disalib adalah Tuhan, maka kristus bukanlah Tuhan.
G. Kata “Tuhan” tidaklah dimaksudkan zhahirnya
Kata Tuhanmenunjukkan perkara yang agung bukan hanya berarti Tuhan (yang disembah).Hal ini jelas dalam perjanjian lama(Mazmur: 82/6):
وآلهة قلت لكم وبنوا العلي كلكم
Dalam versi bahasa indonesia:
“Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah Allah , dan anak-anak yang mahatinggi kamu sekalian”.
Maksudnya kalian adalah orang-orang yang agung bukan kalian adalah para Tuhan.
H. Syubhat orang Nasrani dalam penggunaan teks Al-Qur’an
Orang Nasrani menggunakan dalil ketuhanan Isa A.S. dengan firman Allahsurat An-Nisa ayat 171:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ وَلَا تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَى مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ
“Wahai ahli kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.“
Mereka menganggap bahwa ruh dari Allah menunjukkan bahwa Isa A.S. adalah Tuhan.Al-Ghazali membantah hal tersebut.Beliau mengatakan bahwa yang dilahirkan adalah musabbab (yang dihasilkan) dari dua sebab.Sebab yang pertama adalah sebab biasa yaitu pertemuan sperma dengan ovum.Sebab ini disebut juga dengan sebab dekat.Sebab yang kedua adalah sebab yang jauh dan itu adalah sebab yang hakiki.
Seperti orang yang melihat taman-taman yang hijau ia berkata: “Lihatlah apa yang telah hujan perbuat”. Ini disandarkan kepada sebab yang dekat.Padahal yang melakukan sesungguhnya adalah Allah. Kalau ia melihat tumbuhan yang bagus dan subur diatas tanah yang keras dan bawah terik matahari ia berkata: “Lihatlah apa yang Tuhantelah ciptakan”. Ia mengucapkan sebab yang hakiki karena tidak adanya sebab yang biasa. Oleh sebab itusama dalam teks Al-Qur’an ini, ketika tidak adanya sebab yang dekat,Allah menyebutkan sebab yang hakiki, Yaitu nabi Isa A.S. diciptakan dengan kata yaitu “كن” “jadilah” tanpa sperma . Jibril meniupkan kalimat tersebut kepada Maryam A.S. dengan izin Allah maka jadilah Isa A.S.
Maksudnya Isa A.S. lahir diluar kebiasaan yaitu tanpa bapak.Ia dilahirkan dengan firman Allah “jadilah”. Oleh sebab itu sebab dekat disini tidak disebutkan karena memang tidak ada.
KESIMPULAN
1. Imamal-Ghazali adalah seorang ulama abad ke 5 hijriyah yang dikategorikan bukan hanya fakih (ahli fikih) atau mutashawwif (ahli tasawwuf) ataupun failusuf (filosof) namun juga kristolog.
2. Al-Ghazali menguasai Bibel sebagai referensi dasarnya dalam membantah ketuhanan Yesus.
3. Al-Ghazali menggunakan teori-teori mantik dan filsafat dalam bantahannya terhadap ketuhanan Yesus.
4. Kata-kata Tuhan, Bapa dan anak tidaklah dimaksudkan hakikatnya dalam Bibel.
5. Penggunaan kata al-hulul diperbolehkan dalam Syari’at Isa menurut pendapat al-Ghazali.
6. Teori al-ittihad adalah dasar akidah orang Nasrani yang menghasilkan konsep trinitas.
7. Al-Ghazali membela Al-Qur’an dan menghilangkan syubhat-syubhat yang dituding kepadanya.
Daftar Pustaka
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il, 2002, Shahih Al-Bukhari (Al-Jami’u As-Shahih Al-Musnad AlMukhtashar min Sunani Rasulillah S.A.W. wa Ayyamih), Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah.
Al-Ghazali, Abu Hamid, Arradul Jamil, t.th., Unesco.
Al-Karmi, Mar’i bin Yusuf, 1406 H, Aqawil at-Tsiqat fi Ta’wil al-Asma’ wa as-Shifat wal Ayat al-Muhkamat wal Musytabihat, Beirut: Muassasah Ar-Risalah.
Al-Kitab Al-Muqaddas, St. Takla Haymanout Coptic Orthodox. Alexandria: t.th.
Al-Qur’anul Karim, 1430 H, Madinah: Percetakan Al-Qur’an Raja Fahd.
Al-Qurthubi, Abu Abdillah, 1398 H, Al-I’lam Bima fi Din An-Nashara minal Fasad wal Awham wa Izhar Mahasin Al-Islam, Kairo: Dar at-Turats Al-Arabi.
Az-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad bin Ustman, 1998, Siyar A’lam An-Nubala, Beirut: Muassasah Ar-Risalah Cet.2.
Az-Zarkali, Khairuddin, 2002, Al-A’lam, Beirut:DarulIlmi lil Malayin, Cet.15.
Badawi, Abdurrahman, 1997, Muallafat al-Ghazali, Kuwait: Wakalah al-Mathbu’at, Cet. 2.
Bibel Indonesia, Jakarta: lembaga al-kitab Indonesia 2008.
Ibnu Katsir, Isma’il bin Umar, 1999, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, Riyadh: Dar Thayyibah li An-Nasyr.
Syauqi, Abu Khalil, 2002, Atlas Sejarah Arab Islami, Beirut: Darul fikri, Cet.5.