Selasa, 08 Juli 2014
JANGAN TAMAK
JANGAN TAMAK
TERHADAP RIZKI ORANG LAIN
WWè N
`éPVÞWÙWTWT WÚ WÔJðµWTÊ JðS/@
-YãY `ØRÑðµ`ÅW uøVÕWÆ &w´`ÅW
XÓWQX£ÕPYÖ t~Y±WTß QWÙQYÚ $N
éSW©WT`{@
Yò:W©QYÞÕYÖWè t~Y±WTß QWÙQYÚ
&WÜ`iTTW©WT`{@
N
éSTÕWLùpTªWè JðW/@
ÝYÚ ,-%YãYÕpµWTÊ QWÜ
M JðW/@
fûW{
QXÔRÑY ]òpøW® _Ù~YÕWÆ (32)
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
(QS. An-Nisa’ : 32 )
Saudaraku..
Mari berhitung seberapa banyak nikmat Allah yang menempel pada badan kita hari
ini, saat ini ,detik ini , banyak bukan? Mengapa kita masih menyempatkan diri
menghitung nikmat yang ada di tangan orang lain? dan mengapa kita suka
membanding-bandingkannya?
Bukankah setiap orang memiliki bagian rizki masing-masing ! ada yang dilebihkan
oleh Allah, ada yang sederhana, dan ada pula yang serba kekurangan. Semua itu
pasti ada pesan hikmah yang ingin disampaikan oleh Allah kepada manusia. Namun
sayang hanya sedikit diantara mereka yang mengetahuinya.
Coba bayangkan, seandainya seluruh manusia kaya semua, atau miskin semua, tentu
tatanan sosial tidak akan berjalan. Disebut kaya karena ada yang miskin, dan
demikian pula disebut miskin karena ada yang kaya.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin seseorang mencukupi kebutuhan
hidupnya seorang diri, pasti ia membutuhkan sesamanya. Contoh kecil saja, baju
yang kita pakai itu sebenarnya melalui proses yang panjang, yaitu kita
membutuhkan petani yang menanam kapas, setelah panen kita membutuhkan pabrik
pemintal benang, setelah jadi kain kita butuh penjahit, setelah jadi baju kita
butuh distributor dan seterusnya sampai ketangan kita.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ
دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ
Dan Dialah Allah yang telah menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat
cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (
QS. Al-An ‘am : 165 )
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ( QS. Az-Zuhruf : 32 )
Imam Hasan Al- Bashri berkata :
Aku tahu rizkiku tidak mungkin tertukar dengan rizki orang lain, karenanya
hatiku tenang.
Aku tahu Amal-Amalku tidak bisa digantikan oleh orang lain,
maka kusibukkan diriku bekerja dan beramal.
Aku tahu Allah selalu melihatku,
karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat.
Aku tahu kematian menantiku,
maka kupersiapkan bekal untuk berjumpa dengan tuhanku.
Ketahuilah saudaraku, rasa iri akan menyempitkan rongga jantungmu, menyesakkan
nafasmu, dan mebunuhmu secara perlahan-lahan. Dan yang lebih berbahaya lagi,
hangusnya amal shalehmu, sebagaimana hangusnya kayu bakar yang dilalap api yang
membara, sia-sialah ia, seperti abu yang berterbangan ditiup angin kencang.
Cobalah sejenak anda renungkan, iri yang bersemayam di hati anda, semua itu akan
membuat anda menjauh dari persahabatan, dan manusia juga tidak mau bersahabat
dengan anda. Maka berzuhudlah ( tidak tamak ) terhadap apa yang ada di tangan
orang lain. Dan segera miliki sifat qonaah terhadap apa yang anda miliki
sekarang, niscaya orang lain akan mencintai anda.
Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
berkata : Wahai Rasulullah !Tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku
kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah
terhadap dunia maka engkau akan dicintaiAllah dan zuhudlah terhadap apa yang ada
pada manusia maka engkauakan dicintai manusia. (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah)
.
Sekali lagi buanglah jauh-jauh sifat iri terhadap kenikmatan orang lain, karena
Islam memperbolehkan iri hanya pada dua hal saja, yaitu : boleh iri kepada orang
yang dermawan yang menghabiskan hartanya di jalan Allah, dan boleh iri kepada
orang alim yang mengamalkan ilmunya. Sebagaimana hadits Rasulullah di bawah ini
;
لا حسد إلا في اثنتين : رجل آتاه الله مالا ، فسلطه على هلكته في الحق . ورجل آتاه
الله الحكمة ، فهو يقضي بها ويعلمها
Tidaklah hasud (iri) itu diperbolehkan kecuali didalam dua hal : 1. Orang yang
dikaruniai harta, kemudian dihabiskan dijalan kebenaran, 2. Orang yang diberi
ilmu kemudian ia amalkan dan mengajarkannya.( HR. Bukhori Muslim ).