Jumat, 13 Agustus 2010

Ahmad KhatibAl-Minangkabawi

SejarahSyeikh Ahmad KhatibAl-Minangkabawi


I. Pendahuluan

Padang adalahsalahsatukotapencetakparaulama Indonesia. Daerah tersebutmencatatbanyaknyasuraudantempatmenuntutilmu agama yang sangatmengakardalamtradisi orang padangketikaitu. Diantaraulama yang terkenal yang berasaldari Padang adalah Prof.Hamkadan orang tuanya, Muhammad Natsirdanbanyaktokoh-tokohlainnya yang menjadiulama Indonesia yang ternama.Salah satudaerah di sumaterabarat yang jugaterkenaldenganulamanyaadalahMinangkabau.MinangkabaumelahirkantokohbesaryaituSyeikh Ahmad KhatibAl Minangkabawi.Syeikh Ahmad KhatibAl MinangkabawisebagaiulamaMinangkabau yang menuntutilmu di negeriHijazmerupakanulamakenamaan yang banyakmemberikankontribusibagiummat Islam yang akanpenulisjelaskandalammakalahsederhanaini. Sejarah, perjuangandankaryabeliaumenjadipembahasanpokokdalammakalahini yang diharapkandapatmemberikankitagambarannyatatentangperjuanganulama Indonesia pada era 1800 an.










II. Pembahasan

1) BiografiSyeikhKhatibAl Minangkabawi

a) Namadantempatlahir

NamalengkapbeliauSyeikh Ahmad Khatib bin Abdul Latif al Minangkabawi as Syafi’ilahir di Kota GedangBukittinggi Sumatera Barat, padahariSenintanggal 6 Dzulhijah 1276H (1860 M), danwafat di MekkahhariSenin 8 JumadilAwal 1334H(1916 M). Ia dilahirkan oleh ibu bernama Limbak Urai, yang adalah saudara dari Muhammad Shaleh Datuk Bagindo, Laras, Kepala Nagari Ampek Angkek berasal dari Koto Tuo Balaigurah, Kecamatan Ampek Angkek Candung. Ayahnya adalah Abdullatief Khatib Nagari, saudara dari Datuk Rangkayo Mangkuto, Laras, Kepala Nagari Kotogadang, Kecamatan IV Koto, di seberang ngarai Bukittinggi.
Ahmad Khatib adalah anak terpandang, dari kalangan keluarga yang punya latar belakang agama dan adat yang kuat, anak dan kemenakan dari dua orang tuanku Laras dari Ampek dan Ampek Angkek. Ayah dan ibu Ahmad Khatib dipertemukan dalam pernikahan berbeda nagari, karena sama-sama memiliki kedudukan terpandang dalam adat, keluarga tuanku laras, generasi pejuang Paderi, dari keluarga Pakih Saghir dan Tuanku nan Tuo.
Sejak kecil Ahmad Khatib mendapat pendidikan pada sekolah rendah yang didirikan Belanda di kota kelahirannya. Ia meninggalkan kampung halaman pergi ke Mekah, tahun 1871 dibawa oleh ayahnya. Sampai dia menamatkan pendidikan, dan menikah pada 1879 dengan seorang putri Mekkah, Siti Khadijah, anak dari Syekh Shaleh al-Kurdi.
Sejak itu, Ahmad Khatib mulai mengajar di kediamannya, di Mekkah, dan tidak pernah kembali ke daerah asalnya. Beliau adalah seorang Ulama Besar yang pertama menduduki kursi dan jabatan IMAM KHATIB dan Guru Besar di Mesjid Mekkah (Mesjid Haram) dan juga Mufti Besar dalam Madzhab Syafi’i. Beliau adalah satu-satunya Ulama Indonesia yang mencapai derajat setinggi jabatan yang dipangkunya di Mekkah Mukarramah. Banyak sekali murid beliau dari bangsa Indonesia pada permulaan abad ke 14 H. yang belajar kepada beliau tentang ilmu fiqih Syafi’i’ yang kemudian menjadi ulama-ulama besar pada pertengahan abad ini di Indonesia. Sebagai imam dari Mazhab Syafi’i, ia tidak melarang murid-muridnya untuk mempelajari tulisan Muhammad Abduh, seorang pembaru dalam pemikiran Islam di Mesir. Imam Masjidil Haram ini adalah ilmuan yang menguasai ilmu fiqih, sejarah, aljabar, ilmu falak, ilmu hitung, dan ilmu ukur (geometri).

b) Murid-muridSyeikh Ahmad KhatibAl Minangkabawi
Di antaramurid-muridbeliaubangsa Indonesia itudapatdicatat, yaituSyeikhSulaimanArRasuliCandung Bukittinggi.Kemudianterdapatalm.Syeikh Muhammad JamilJaho Padang Panjang, alm.Syeikh Abbas QadhiLadangLawaBukittinggi, Alm. Syeikh Abbas Abdullah Padang JapangSuliki, alm.SyeikhKhatib ‘Ali Padang, alm.Syeikh Ibrahim Musa Parabek, alm.Syeikh Mustafa HuseinPurbaBaruMandahiling, alm.SyeikhHasanMaksum Medan Deli danbanyaklagiulama di Jawa, Madura, Sulawesi, Kalimantan yang berasaldarimuridSyeikh Ahmad Khatibini.Banyakpemimpinreformis Islam Indonesia belajardaridia, termasuk Ahmad Dahlan, sebagaipendiriMuhammadiyahdanHasyimAsyari, sebagaipendiriNahdlatulUlama.

c) Karya-karyaSyeikh Ahmad KhatibMinangkabawi
Semasa hidupnya, ia menulis 49 buku tentang masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan. Publikasinya tersebar hingga ke wilayah Syiria, Turki dan Mesir.

Syeikh Ahmad Khatib al Minangkabawi ini boleh dikatakan menjadi tiang tengah dari Madzhab Syafi’i dalam dunia Islam pada permulaan abad ke XIV. Beliaubanyaksekalimengarangkitabdalambahasa Arab danbahasaMelayu (Indonesia), di antaranya yang banyaktersiar di Indonesia, adalah:

1. Al KhitathulMardhiah, soalmembaca “Ushalli”.
2. Al ManhajulMasyru’Tarjamah Kitab Ad-Da'il Masmu' (bahasa Melayu), diselesaikan pada hari Khamis, 26 Jamadilawal 1311 H. di Mekkah, soalfaraidh (hartapusaka).
3. al-Da'il Masmu'fi al-Raddi ala man Yurist al-Ikhwah wa Aulad al-Akhawat ma'a Wujud al-Ushl wal Furu’(bahasa Melayu). Diselesaikan pada 14 Muharam 1309 H. di Mekah. Kandungannya mengenai pembahagian pusaka menurut agama Islam dan membantah pusaka menurut ajaran adat Minangkabau.
4. Al-Jauhar al-Naqiyah fi al-A'mali al-Jaibiyah. Kitab tentang ilmu Miqat ini diselesaikan pada hari Senin 28 Dzulhijjah 1303 H.
5. Dhau al-Siraj
6. Hasyiyatun Nafahat ala Syarh al-Waraqat. Syeikh Ahmad Khatib menyelesaikan penulisan kitab ini pada hari Kamis, 20 Ramadhan 1306 H, isinya tentang usul fiqih.Dicetak oleh Mathba'ah al- Maimuniyah, Mesir, Rajab 1309 H
7. IqnaunNufus, tentang zakat uangkertas.
8. Irsyadul Hayara fi Raddhi alan Nashara. (akidah)
9. ItsbatusZain.
10. Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab yang selesai ditulis pada hari Ahad 19 Dzulqaedah 1307 H di Mekkah. Karyanya yang membahas ilmu matematika dan al-Jabar
11. RiyadathulWardhiyahdalamilmufiqih.
12. Shulh al-Jama'atain bi Jawazi Ta'addud al-Jum'atain.Kandungannya membicarakan Jumaat, merupakan sanggahan sebuah karya Habib `Utsman Betawi. Cetakan pertama oleh Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Mekah, 1312 H.
13. TanbihulAwam, masalahSyari’atlslam.
Dan banyaklagi yang lain.

2) PeranandangagasanSyeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi di Indonesia

Perang Paderi (1821-1837) menyadarkan masyarakat Minang dan sekitarnya, bahwa pihak Belanda berhasil menampilkan konflik antara kalangan ulama zuama, dengan kaum adat, yang berakibat melemahnya kekuatan bangsa di Minangkabau. Namun sebelum Bukik Marapalam jatuh ke tangan Belanda, antara kaum adat dan agama telah berunding membuat sumpah satie, melahirkan piagam Marapalam yang menyepakati adaik basandi syarak, syarak basandi Kitabullah di ranah Minang. Dalam peristiwa ini, nama Tuanku Lintau kembali disebut sebagai pemerakarsa.
Ahmad Khatib sangat terkenal dalam menolak dua macam kebiasaan di Minangkabau, yakni peraturan-peraturan adat tentang warisan dan tarekat Naqsyabandiyah yang banyak dipraktekkan pada masa itu. Kedua masalah itu terus menerus dibahasnya, diluruskan dan yang tidak sejalan dengan syari’at Islam ditentangnya.
Pemahaman dan pendalaman Syekh Ahmad KhatibAl Minangkabawi, dilanjutkan oleh gerakan pembaruan di Minangkabau, melalui tabligh, diskusi, dan muzakarah ulama dan zu’ama, penerbitan brosur dan surat-kabar pergerakan, pendirian sekolah-sekolah seperti madrasah-madrasah Sumatera Thawalib, dan Diniyah Puteri, sampai ke nagari-nagari di Minangkabau, sehingga menjadi pergerakan yang ikut memelopori upaya merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam beberapa karya Ahmad Khatib menunjukkan bahwa barang siapa masih mematuhi lembaga-lembaga “kafir”, adalah termasuk kafir dan akan masuk neraka. Kemudian, semua harta benda yang diperoleh menurut hukum waris kepada kemenakan, menurut pendapat Ahmad Khatib harus dianggap sebagai harta rampasan. Pemikiran-pemikiran yang disampaikan Ahmad Khatib memicu pembaruan pemikiran Islam di Minangkabau.
Di pihak lain perlawanan terhadap pemikiran Ahmad Khatib datang dari kalangan Islam tradisi yang adakalanya disebut kaum tua. Kecamannya mengenai tarekat, ditantang oleh Syekh Muhamamad Saat bin Tanta’ dari Mungkar dan Syekh Khatib Ali di Padang, dengan menerbitkan beberapa tulisan tentang itu. Kecamannya dalam harta warisan, telah menumbuhkan kesadaran banyak orang Minangkabau untuk memahami, bahwa tidak dapat disesuaikan hukum waris matrilineal dengan hukum agama.
Di antara guru agama banyak juga yang tidak dapat menyetujui pendirian Ahmad Khatib, yang dianggap tidak kenal damai. Walaupun pikiran-pikiran itu mendapat tantangan dari kaum adat, maupun muridnya yang tidak menyetujui pemikiran demikian, namun perbedaan pendapat ini telah melahirkan hasrat lebih berkembang, menghidupkan kesadaran pengenalan diri, dan kesadaran untuk meninggalkan keterbelakangan.
Syekh Ahmad Khatib al Minangkabawi menyebarkan pikiran-pikirannya dari Mekkah melalui tulisan-tulisan di majalah dan buku-buku agama Islam, dan melalui murid-murid yang belajar kepadanya. Dengan begitu, beliau pelihara hubungan dengan Minangkabau. Murid-muridnya yang menunaikan ibadah haji, dan yang belajar padanya di Mekah, disuruhnya pulang dan menjadi guru di daerah asalnya masing-masing. Murid-muridnya menjadi penggerak pembaruan pemikiran Islam di Minangkabau, seperti Syekh Muhammad Djamil Djambek (1860 – 1947) , Haji Abdul Karim Amarullah atau Inyik Rasul (1879-1945) , dan Haji Abdullah Ahmad (1878 – 1933) .
Murid Ahmad Khatib, mulai mengetengahkan pemikiran, manakala Islam bermaksud tetap memuaskan pengikutnya, maka harus terjadi suatu pembaruan. Setiap periode dalam sejarah peradaban manusia, tetap melahirkan pembaruan pemikiran dengan bimbingan agama, untuk memperbaiki pola penghidupan umatnya. Cita-cita kemajuan ditemukan dalam agama Islam.
Cara berpikir seorang Muslim bertolak dari keyakinan, bahwa Islam tidak memusuhi kebudayaan. Akan tetapi budaya yang dipakai memajukan cara berpikir, bagaimana menemukan kembali cita-citanya dalam Islam. Di dalam Islam ada unsur yang menyangkut kepada cita-cita persamaan, kebangsaan, hasrat untuk maju dan rasionalisme. Keunggulan Ahmad Khatib dalam memberikan pelajaran, selalu menghindari sikap taqlid.
Kritik lain Syeikh Ahmad Khatib yang cukup keras termaktub di dalam kitabnya Irsyadul Hayara fi Raddhi 'alan Nashara. Di dalam kitab ini, ia menolak doktrin trinitas Kristen yang dipandangnya sebagai konsep Tuhan yang ambigu.
Selain masalah teologi, dia juga pakar dalam ilmu falak. Hingga saat ini, ilmu falak digunakan untuk menentukan awal Ramadhan dan Syawal, perjalanan matahari termasuk perkiraan wahtu shalat, gerhana bulan dan matahari, serta kedudukan bintang-bintangtsabitah dan sayyarah, galaksi dan lainnya.
Syeikh Ahmad Khatib juga pakar dalam geometri dan tringonometri yang berfungsi untuk memprediksi dan menentukan arah kiblat, serta berfungsi untuk mengetahui rotasi bumi dan membuat kompas yang berguna saat berlayar. Kajian dalam bidang geometri ini tertuan dalam karyanya yang bertajuk Raudat al-Hussab dan Alam al-Hussab .
3) Syeikh Ahmad KhatibdanNasionalisme
SepertidiungkapkanKarelSteenbrink (1984), sesudahSarekat Islam didirikanpada 1912, SayidUsman, pegawaipemerintahHindiaBelanda yang bertugasmelancarkanpekerjaanSnouckHurgronje, dansudahbegitutuawaktuitu, masihbersediamengarangbrosur yang menentangorganisasiini. JudulnyaMenghentikan Rakyat BiasadariBergabungdenganSarekat Islam.Dalamtulisannya, ulamaBetawiinimenuduhSarekat Islam sebagaikelompok yang tidak Islam samasekali. Diajugamencapbahwa Haji Umar Said Cokroaminoto (HOS Tjokroaminoto), pemimpinorganisasiini, “tidaklahhidupsesuaidengannorma-norma Islam” Brosurinidikirimkanolehpemerintahkolonialkepada guru-guru agama di PulauJawadanpulau-pulaulain di Indonesia. Dan Ahmad Khatibmenolakkeraspendapatmusuhlamanyaitu.Kita ketahui, kelakkeponakannya, Haji AgusSalim, bergabungdenganSarekat Islam danmenjadi orang penting di sini.Salah satuperanterbesar Haji AgusSalimadalahmembersihkanorganisasidarianasirkomunisme.
Ahmad Khatibmemangtidaksekali-duamenyerangBelanda.Dalamberbagaitulisannya, Ahmad KhatibmenyamakanBelandadengan orang kafir yang mengguncangkan agama islam di hatipenganutnya.Dalambukunya, Dhau as-SirajpadamenyatakanIsra’ danMi’raj, yang diterbitkantahun 1894, iaantara lain menulis:
“Ketahuilaholehmu, bahwasanyahamba, tatkalamendengardaripadaihwalsaudara-saudarakitadaripada orang Melayu yang telahbernamadengan orang Islam, yang telahbercampurmerekaitudengan orang kafir, sebelummengetahuiiadaripadaagamanya lain daripadasyahadatsaja, danmenyatakanlah orang putihitupadanyasyubhat-syubhatpada agama Islam yang adasetengahdaripadasyubhatitumi’rajNabikitakepadalangitdanmenerima pula orang jahilakandemikiansyubhatdanmemungkiripulalahiaakanmi’rajNabikita, karenamengingat kata gurunya orang kafiritukarenajahilnyadenganhakekatagamanyadankarenabuta-butanyadaripadailmudankarenaituadalahiakepadabarangmanaditariknyaoleh orang putih, niscayatertariklahiasertanyadantiadamengetahuiiaakanbodohnya. Makakasihlahhatihambakepadamerekaitumendengarhalmerekaitu, karenatelahjadimerekaitudengandemikianitumurtad, keluardaripada agama Islam dantiadalahharusbahwadisembahyangkanmerekaitukemudiandaripadamati…”.











III. Kesimpulan

Syeikh Ahmad Khatibmerupakanulama yang gigihmempertahankanhukumIslam ditengahadat yang sangatbertentangandengan Islam. Gelar yang diberikankepadanyayaitu Imam dankhatibmenjadikansosokSyeikh Ahmad Khatibsangatterkenaldi MekkahdannegeriHijaz.
Syeikh Ahmad bin Khatibtelahmengkaderisasimuridnyayang mampumengembandakwah Islam kepadamasyakat. Murid yang solid, yang telahterkaderisasi, adalahmerupakanunsurpentinguntukkeberlangsungandakwah Islam.Karya-karyaSyeikhsangatberagammencakupilmu agama dandunia.Syeikh Ahmad Khatibtelahmelakukanpembaruanpemikirandanmencoba agar ummat Islam tidakjatuhdalamkesesatantarekatsufi. WalaupunSyeikh Ahmad KhatibulamamazhabSyafi’Inamunbeliauterbukadengangerakanmodernispadawaktuitu.Tidaksepertiulamalainnya, Syeikh Ahmad Khatibsangatmenentangtarekat.Secaraumum, Syeikh Ahmad Khatibadalahulama yang banyakmelakukanperubahaanuntukkemajuanummat Islam.Wallahua’lam.












DAFTAR PUSTAKA


Abbas,Siradjuddin, 1994, SejarahdariKeagunganMazhabSyafi'i, Jakarta: PustakaTarbiyah.
Bruinessen, Martin Van, 1999, KitabKuningPesantrendanTarekatTradisi-Tradisi Islam di Indonesia, Bandung: Mizan cet.3.
Edwar,1981, Riwayat Hidup dan Perjuangan Dua Puluh Ulama Besar Sumatera Barat, Padang: Islamic Center Sumatera Barat.
Ensiklopedi Islam Indonesia (EII), 2002, Jakarta Djambatan, Cet.2 ed. Revisi
Majalah Sabili No. 13 tahun XVI 15 Januari 2009, Special Edition.
Noer, Deliar, 1980, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942,Jakarta: LP3ES.
Ricklefs, M.C., 1994, A History of Modern Indonesia Since c. 1300, Stanford: Stanford University Press, 2nd Ed.
Steenbrink, Karel, 1984, BeberapaAspektentang Islam di Indonesia abad ke-19, Jakarta: BulanBintang, Cet. 1.