tag:blogger.com,1999:blog-23166830310641740622023-11-15T06:07:46.697-08:00Ahmad AlimUnknownnoreply@blogger.comBlogger113125tag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-62474988290475453312014-07-08T19:58:00.000-07:002014-07-08T19:58:00.749-07:00MISKIN HAKIKI
ليس المسكين بهذا الطواف الذي يطوف على الناس فترده اللقمة واللقمتان والتمرة
والتمرتان قالوا فما المسكين يا رسول الله قال الذي لا يجد غنى يغنيه ولا يفطن
الناس له فيتصدق عليه ولا يقوم فيسأل الناس ( رواه مالك )
Orang yang miskin bukanlah orang yang yang berkeliling kesana kemari untuk
meminta sesuap atau dua suap nasi, atau sebutir dua butir kurma.
Parasahabat bertanya : Ya Rasulallah …siapa orang miskin yang sesungguhnya ?
Orang miskin yang sesungguhnya adalah orang yang tidak pernah kaya dengan
kekayaannya, manusia tidak memuliakannya, justru bersedekah padanya, dia tidak
bangkit untuk memberi, malah ia meminta - minta kepada manusia.( HR. Malik)
Mungkin anda mengira bahwa orang yang tinggal di lorong-lorong jembatan,
tidurnya beralaskan koran, makanannya nasi tanpa lauk, siang kepanasan, malam
kedinginan, hujan kebocoran, adalah orang miskin. Perkiraan seperti itu belum
tentu benar; karena boleh jadi ia miskin harta akan tetapi belum tentu ia miskin
jiwanya.
Betapa banyak milyader berdasi yang miskin karena jiwanya tidak merasa cukup,
dan betapa banyak jutawan yang fakir jiwa karena diperbudak ambisinya. Orang
miskin bukanlah orang yang fakir harta atau kedudukan, akan tetapi orang yang
miskin sesungguhnya adalah orang yang fakir hatinya yang tidak merasa cukup
dengan hartanya, dan fakir pengetahuanya terhadap petunjuk agama.
Ibnu Rajab mengatakan :
ولاتحسبن الفقر من فقد الغنى
ولكن فقد الدين من أعظم الفقر
Jangan anda mengira bahwa kefakiran adalah hilangnya kekayaan, akan tetapi
hilangnya agama adalah sebesar-besarnya kefakiran.
orang yang kaya adalah orang yang merasa cukup dengan Allah Sementara orang yang
fakir adalah orang yang merasa cukup dari selain Allah.
Mereka yang hidup dalam keadaan sempit bukan berarti sempit hatinya, dan belum
tentu juga orang yang lapang kehidupannya, lantas lapang hatinya. Rumah yang
sempit tidak mampu menyempitkan hati yang lapang, dan rumah yang luas tidak
mampu meluaskan hati yang sempit. Itu semua kembali kepada hati masing-masing,
semakin lapang hati kita, semakin lapang hidup kita. Dan begitu juga sebaliknya,
semakin sempit hati kita berarti semakin bertambah sempit kehidupan kita.
Syaih Abdul Qodir Al-Jaelani berkata : Orang yang kaya adalah orang yang merasa
cukup dengan Allah dan berhubungan dengan-Nya. Sementara orang yang fakir adalah
orang yang jauh dari Allah dan merasa cukup dari selain Dia. ( Alfathu
Ar-Rabbani)
Jadi, orang yang menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran, maka ia akan
selalu merasa kaya, sedangkan orang yang menjadikan harta sebagai sandaran, maka
ia akan selalu merasa miskin.
Mari kita perkaya diri, dengan berbondong-bondong menuju rahmat Allah yang
begitu luas, mencari ridlo-Nya dengan memperbanyak amal shaleh, karena orang
yang dekat dengan-Nya. Dialah orang yang akan dicukupi kehidupanya. Hasbunallah
wani’mal wakil, Allahlah yang telah mencukupi segala kebutuhan kita, dan dialah
sebaik-baiknya dzat yang mewakili, ni’mal maula wa ni’man nasir, dialah Allah
sebaik-baiknya kekasih dan penolong.
Jangan sampai kita menjadi orang yang merasa cukup dengan selain Allah, karena
hal itu menjadikan fakirnya jiwa kita, lemahnya iman kita, gundahnya hidup kita,
dan itu semua akan mendekatkan kita kepada keputus asaan.
Orang yang jatuh miskin adalah orang yang membawa segunung amal di akhirat ,
kemudian diambil oleh orang lain sebagai ganti kedzalimanya di dunia Silahkan
anda memiliki kekayaan duniawi, tapi ingat harus sesuai dengan prosedur yang
benar dan diridloi Allah. Dan jangan sampai kekayaan yang kita miliki, merupakan
hasil dari mendzalimi orang lain, karena hal itu akan menjadikan kita bangkrut
di akhirat.
Perlu anda ketahui ada orang yang jatuh miskin karena bangkrut diakhirat nanti.
Siapakah dia? Yaitu Al-Muflis. Siapakah Al-Muflis itu? Mari kita simak
jawabannya di bawah ini :
Rasulullah SAW bertanya kepada sahabatnya : “ Wahai sahabatku siapakah
orang yang bangkrut itu ( Al-muflis) ? Para sahabat menjawab : “Yaitu orang yang
tidak memiliki emas dan perak”. Kemudian Rasulullah bersabda : “ Orang yang
bangkrut itu adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala
shalat,puasa, zakat dan sedekah, kemudian datang orang-orang yang pernah
didzaliminya untuk meminta ganti kepadanya. Sehingga habis semua pahalanya,
bahkan dosa-dosa orang yang pernah didzaliminya dipikulkan kepadanya, dan
kemudian ia dilempar keneraka. Inilah orang yang bangkrut. ( HR. Muslim)
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-13943793226166774782014-07-08T19:57:00.002-07:002014-07-08T19:57:11.420-07:00KAYA HAKIKIKAYA HATI
ليس الغنى عن كثرة العرض، ولكن الغنى غنى النفس
Tidaklah kaya itu sebab banyaknya harta
Akan tetapi, kaya sesungguhnya adalah kaya hatinya.
.(HR. Bukhori Muslim )
Orang kaya harta sangatlah banyak dibelahan bumi ini, tetapi sangat sedikit
orang yang kaya jiwanya, padahal itu adalah kaya yang hakiki.
Sebagian orang memandang bahwa harta kekayaan adalah jaminan kebahagiaan hidup,
jaminan masa depan. Itu adalah keyakinan yang salah; karena banyak sekali orang
yang setres justru karena hartanya.
Rasulullah SAW mengukur kekayaan seseorang bukan ditentukan pada hartanya, akan
tetapi ditentukan oleh hatinya. Bermobil mewah akan tetapi dari hasil menipu
orang lain, atau mendzalimi teman sendiri, hakikatnya ia adalah miskin. Rumah
berlantai sembilan dengan fasilitas lengkap dan serba lux, akan tetapi dari
hasil korupsi itu juga disebut orang miskin. Berduit banyak milyaran rupiah
bahkan triliyunan, akan tetapi dari hasil membobol bank itu juga miskin.
Bukanlah harta yang menjadikan mereka kaya akan tetapi mental benalulah yang
menjadikan mereka miskin.
Orang yang qona’ah selalu lapang, walau dalam kondisi sempit Lebih baik tinggal
di rumah gubuk beratapkan daun rumbia, yang dihiasi lantunan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan hati yang qona'ah, itu lebih baik dari pada kaya yang tidak sewajarnya.
Karena hati yang qonaah selalu tersenyum walaupun dalam posisi yang terjepit,
gubuk yang sempit tidak mampu menjadikanya sesak nafas, karena dadanya lapang
dari kesempitan. Betapa banyak orang yang berumah luas dilengkapi taman yang
indah, akan tetapi terasa sempit oleh karena hatinya yang sempit.
ارض بما قسم الله لك تكن أغن الناس
Syukurilah terhadap apa yang anda miliki, maka kamu akan menjadi manusia yang
paling kaya.
( HR. Ahmad)
Orang yang kaya adalah orang yang bisa mensyukuri apa yang ia miliki saat ini
Sesuap rizki yang halal itu lebih baik dari gunung emas yang haram. Memikul kayu
bakar untuk kemudian dijual di pasar, itu lebih baik dari pada berpenghasilan
seratus ribu perhari, akan tetapi dari hasil meminta-minta orang lain di
persimpangan jalan, atau berpenghasilan sepuluh juta rupiah perhari, akan tetapi
dari hasil menipu.
لأن يأخذ أحدكم أحبله ثم يأتي الجبل، فيأتي بحزمةٍ من حطبٍ على ظهره فيبيعها، فيكف
الله بها وجهه، خيرٌ له من أن يسأل الناس، أعطوه أو منعوه.
Hendaklah kalian mengambil kampak, kemudian mendaki gunung ( untuk mencari kayu
bakar), kemudian memikulnya diatas punggung, dan Allah mencukupinya dengan
penghasilannya.Itu semua lebih baik daripada meminta-minta kepada manusia,
padahal kadang mereka memberi dan kadang menolak. ( HR. Buhari )
Alangkah nikmatnya, makan dari keringat yang halal Perlu anda ketahui nabi daud
tidak mau makan kecuali dari hasil keringat sendiri, demikian pula nabi Zakaria
dia tidak malu menjadi tukang kayu walaupun statusnya adalah sebagai seorang
Nabi dan Rasul.
عن أبي عبد الله الزبير بن العوام رضي الله عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: كان
داود عليه السلام لا يأكل إلا من عمل يده
Diriwayatkan dari Zubair bin Awwam, Rasulullah SAW bersabda : Bahwa Nabi Dawud
tidak makan kecuali dari hasil keringatnya sendiri ( HR. Bukhori )
وعنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: كان زكريا عليه السلام نجاراً.
Diriwayatkan dari Zubair bin Awwam, Rasulullah SAW bersabda : “ Bahwa Nabi
Zakaria adalah seorang tukang kayu. ( HR. Muslim )
اللهم اجعل غنانا في أنفسنا
Ya..Allah, jadikanlah kekayaan kami pada hati kami
(HR. Waki’ bin Jarrah )
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-54304427571741775452014-07-08T19:56:00.002-07:002014-07-08T19:56:26.810-07:00JANGAN TAMAKJANGAN TAMAK
TERHADAP RIZKI ORANG LAIN
WWè N
`éPVÞWÙWTWT WÚ WÔJðµWTÊ JðS/@
-YãY `ØRÑðµ`ÅW uøVÕWÆ &w´`ÅW
XÓWQX£ÕPYÖ t~Y±WTß QWÙQYÚ $N
éSW©WT`{@
Yò:W©QYÞÕYÖWè t~Y±WTß QWÙQYÚ
&WÜ`iTTW©WT`{@
N
éSTÕWLùpTªWè JðW/@
ÝYÚ ,-%YãYÕpµWTÊ QWÜ
M JðW/@
fûW{
QXÔRÑY ]òpøW® _Ù~YÕWÆ (32)
“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bagian daripada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
(QS. An-Nisa’ : 32 )
Saudaraku..
Mari berhitung seberapa banyak nikmat Allah yang menempel pada badan kita hari
ini, saat ini ,detik ini , banyak bukan? Mengapa kita masih menyempatkan diri
menghitung nikmat yang ada di tangan orang lain? dan mengapa kita suka
membanding-bandingkannya?
Bukankah setiap orang memiliki bagian rizki masing-masing ! ada yang dilebihkan
oleh Allah, ada yang sederhana, dan ada pula yang serba kekurangan. Semua itu
pasti ada pesan hikmah yang ingin disampaikan oleh Allah kepada manusia. Namun
sayang hanya sedikit diantara mereka yang mengetahuinya.
Coba bayangkan, seandainya seluruh manusia kaya semua, atau miskin semua, tentu
tatanan sosial tidak akan berjalan. Disebut kaya karena ada yang miskin, dan
demikian pula disebut miskin karena ada yang kaya.
Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara
yang satu dengan yang lainnya. Tidak mungkin seseorang mencukupi kebutuhan
hidupnya seorang diri, pasti ia membutuhkan sesamanya. Contoh kecil saja, baju
yang kita pakai itu sebenarnya melalui proses yang panjang, yaitu kita
membutuhkan petani yang menanam kapas, setelah panen kita membutuhkan pabrik
pemintal benang, setelah jadi kain kita butuh penjahit, setelah jadi baju kita
butuh distributor dan seterusnya sampai ketangan kita.
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ الْأَرْضِ وَرَفَعَ بَعْضَكُمْ فَوْقَ بَعْضٍ
دَرَجَاتٍ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ
Dan Dialah Allah yang telah menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat, untuk
mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat
cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (
QS. Al-An ‘am : 165 )
نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا
بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia,
dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat
Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. ( QS. Az-Zuhruf : 32 )
Imam Hasan Al- Bashri berkata :
Aku tahu rizkiku tidak mungkin tertukar dengan rizki orang lain, karenanya
hatiku tenang.
Aku tahu Amal-Amalku tidak bisa digantikan oleh orang lain,
maka kusibukkan diriku bekerja dan beramal.
Aku tahu Allah selalu melihatku,
karenanya aku malu bila Allah mendapatiku melakukan maksiat.
Aku tahu kematian menantiku,
maka kupersiapkan bekal untuk berjumpa dengan tuhanku.
Ketahuilah saudaraku, rasa iri akan menyempitkan rongga jantungmu, menyesakkan
nafasmu, dan mebunuhmu secara perlahan-lahan. Dan yang lebih berbahaya lagi,
hangusnya amal shalehmu, sebagaimana hangusnya kayu bakar yang dilalap api yang
membara, sia-sialah ia, seperti abu yang berterbangan ditiup angin kencang.
Cobalah sejenak anda renungkan, iri yang bersemayam di hati anda, semua itu akan
membuat anda menjauh dari persahabatan, dan manusia juga tidak mau bersahabat
dengan anda. Maka berzuhudlah ( tidak tamak ) terhadap apa yang ada di tangan
orang lain. Dan segera miliki sifat qonaah terhadap apa yang anda miliki
sekarang, niscaya orang lain akan mencintai anda.
Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau
berkata : Wahai Rasulullah !Tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku
kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah
terhadap dunia maka engkau akan dicintaiAllah dan zuhudlah terhadap apa yang ada
pada manusia maka engkauakan dicintai manusia. (Hadits hasan riwayat Ibnu Majah)
.
Sekali lagi buanglah jauh-jauh sifat iri terhadap kenikmatan orang lain, karena
Islam memperbolehkan iri hanya pada dua hal saja, yaitu : boleh iri kepada orang
yang dermawan yang menghabiskan hartanya di jalan Allah, dan boleh iri kepada
orang alim yang mengamalkan ilmunya. Sebagaimana hadits Rasulullah di bawah ini
;
لا حسد إلا في اثنتين : رجل آتاه الله مالا ، فسلطه على هلكته في الحق . ورجل آتاه
الله الحكمة ، فهو يقضي بها ويعلمها
Tidaklah hasud (iri) itu diperbolehkan kecuali didalam dua hal : 1. Orang yang
dikaruniai harta, kemudian dihabiskan dijalan kebenaran, 2. Orang yang diberi
ilmu kemudian ia amalkan dan mengajarkannya.( HR. Bukhori Muslim ).
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-57038215380656571632014-07-08T19:55:00.002-07:002014-07-08T19:55:27.242-07:00ANGAN CEMASKAN RIZKIMU JANGAN CEMASKAN RIZKIMU
Saudaraku…
Rizki sudah ada yang mengatur, janganlah anda cemas, ketika tiba gilirannya ia
pasti datang. Tugas anda hanya cukup berusaha untuk menjemputnya, dan Allahlah
yang akan menentukan hasilnya.
Jangan sampai anda menyibukkan diri pada apa yang telah dijamin oleh Allah
berupa rizki, sementara anda lupa terhadap kewajiban yang telah Allah bebankan
kepada anda berupa ibadah dan menghambakan diri hanya kepadaNya.
Bukankah rizki seseorang tidak pernah tertukar ! bukankah Allah telah memberikan
rizki kepada janin ketika ia masih berada dalam rahim sang ibu ! Tanpa ia
harus memintanya. Allah Maha Tahu wahai saudaraku…, sebelum janin dilahirkan di
muka bumi ini, Allah telah menyambutnya dengan rizki yang siap saji yaitu air
ASI sang ibu yang penuh vitamin dan gizi, dan itulah sebaik-baiknya rizki bagi
jabang bayi. Subhanallah Maha Suci Allah yang maha mengetahui kebutuhan
hamba-Nya sebelum kebutuhan itu datang.
Rasulullah SAW bersabda :
”Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai
setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh
hari.
Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia
diperintahkan untuk menetapkan 4 perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya,
amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. (Riwayat Bukhori dan Muslim).
Ya, semuanya diberi rizki oleh Allah, tanpa terkecuali satupun, Ia maha tahu
dengan kebutuhan kita, mana mungkin Allah meninggalkan hamba-Nya dengan sia-sia.
Mana mungkin hamba yang terlahirkan dibiarkan begitu saja tanpa rizki.
Sedikit banyak yang kita terima adalah baik dimata Allah, sedikit yang disyukuri
seakan menjadi banyak karena denganya ia menjadi berkah, dan sebaliknya banyak
dimata orang yang rakus ibarat sebutir pasir yang menempel dipelupuk mata.
Rezeki itu adalah fadl ( anugerah) dari Allah bukan dari hasil rekayasa akal,
seandainya rizki itu tergantung pada akal tentu makhluk yang tidak berakal
(binatang) tidak mendapatkan rizki, akan tetapi kenyataannya semua makhluk
diberi rizki oleh Allah tanpa terkecuali.
Abu tammam berkata :
ولو كانت الأرزاق تجري على الحجا
هلكن إذا من جهلهن البهائم
Seandainya rizki itu mengalir ditangannya orang yang berakal saja, tentu
binatang ternak akan mati karenanya.
Allah telah membagi rizki dengan seadil-adilnya, karena Ia maha tahu akan
kebutuhan hambanya. Jika seandainya semua mahluk diberikan rizki melebihi
kebutuhannya, tentu saja mereka tidaklah bertambah melainkan kekufuran dan
melampaui batas.
óéTVÖWè W¸W©WT JðS/@
WË`¦QX£Ö@
-YâY WYÅYÖ N
óéTWçÅWTVÖ Á X³`¤KKVô@
ÝYÑHTVÖWè SÓQX¥WÞTSTÿ x¤WWÍY WQÚ S&ò:WWTÿ ISãTPVßMX
-YâY WYÅY =S¤kYW
c¤kY±W
Dan jika Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya
dengan ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi
Maha Melihat. ( QS. As-syura : 27 )
Maka dari itu, jangan anda mengeluh, dengan yang anda miliki saat ini. Cobalah
sejenak perhatikan perilaku cicak yang tidak pernah cemas dalam urusan rizkinya,
ia tidak pernah protes kepada Allah dalam urusan rizki, dan tidak pernah pula
mengatakan “ Ya Allah mengapa Engkau menjadikan nyamuk sebagai rizkiku, nyamuk
memiliki sayap, sedang saya tidak memilikinya “ .
Jangan sampai anda termasuk golongan manusia dibawah ini :
QWÜMX
WÝHTW©ßMXô@
WÌYÕS [ÆéSTÕWå (19)
V¢XM
SãJðT©WÚ QS£PVÖ@
_ÆèS¥W
(20)
V¢XM
Wè SãJðT©WÚ S¤`kW<Ö@
[TTÆéSTÞWÚ (21)
Sesungguhnya manusia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh kesah, ketika
tertimpa kesempitan maka ia meratap, dan jika mendapat kelapangan maka timbul
sifat kikirnya. ( QS. Al- Ma’arij : 19-21 )
Tabiat manusia memang banyak keluh kesahnya, dia tidak sabar akan kesempitan
sejenak yang menimpanya, dan ketika datang kelapangan dia bertambah aniaya.
Seandainya ia tahu bahwa disetiap kesempitan ada kelapangan, tentu ia tidak
berburuk sangka terhadap anugerah Allah yang maha luas, dan seandainya ia tahu
bahwa disetiap kelapangan ada hak yang harus ditunaikan tentu dia tidak akan
kikir.
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-58359427032676838192014-07-08T19:54:00.002-07:002014-07-08T19:54:08.517-07:00INI ADALAH ANUGRAH TUHANKU
W¡HTWå ÝYÚ XÔpµWTÊ øQYTTW¤ õøYTßWéRÕ`W~YTÖ S£RÑ`®VK
ò ó×KV
S$£SÉ`{KV
Ini anugerah tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur ataukah kufur (QS.
Anaml : 40 )
Ini adalah ucapan nabi Sulaiman saat mendapat anugrah dari Allah. Mungkin anda
masih ingat akan kisah Nabi Sulaiman, yaitu ketika Allah memberikan kepadanya
anugerah yang sangat luarbiasa. Coba bayangkan ia adalah manusia yang diberi
kemampuan untuk berkomunikasi dengan bangsa binatang, Ia mampu memahami bahasa
semut, burung hud-hud, Ia juga sosok manusia yang mampu mengendalikan angin,
menundukkan bangsa jin dan yang tidak kalah penting kekayaan dan kekuasaannya
melimpah ruah.
Namun dengan segala kelebihan yang ia miliki, ia hanya mengatakan : “Ini semua
adalah anugrah Tuhanku, apakah aku mensyukurinya atau mengkufurinya “. Ya…Inilah
ucapan yang sangat terpuji yang seharusnya keluar dari mulut orang yang
mendapat kenikmatan. Karena pada hakikatnya hasil rezeki yang kita dapatkan
bukan hanya sekedar dari jerih payah usaha kita, akan tetapi itu semua datang
dari anugerah Allah. Tanpa adanya anugerah Allah, tidak mungkin semua itu
menjadi milik kita.
Jangan seperti Qorun yang mengingkari anugerah Allah, karena ia merasa bahwa
semua harta yang ia miliki adalah hasil olah fikir dan keringatnya sendiri,
tidak ada campur tangan Allah. Dengan sombong ia mengatakan: “Sesungguhnya aku
memiliki harta, itu karena ilmu yang ada padaku”. Naudzu billah min dzalik.
Dan ingatlah bahwa ketika kita bersyukur, sesungguhnya kita sedang mensyukuri
diri kita sendiri.
ÝWÚWè W£VÑW® WÙPVTßXMWTÊ S£RÑpTWTÿ -$YãY©pTÉWÞYTÖ ÝWÚWè W£WÉW{ QWÜXMWTÊ
øQYTTW¤ ÂtøYÞWTçÆ cØÿX£VÒ (40)
Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan)
dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha
Kaya lagi Maha Mulia". (QS. Anaml : 40 )
Nikmat yang ada pada kita, akan langgeng dan bertambah jika mau bersyukur ;
karena jalan satu-satunya untuk menjaga nikmat, hanyalah dengan bersyukur, dan
mengakui keberadaan anugerah Allah, yang begitu banyak, yang menempel pada diri
kita. Bahkan semua ibadah yang rutin kita lakukan, mulai dari sholat, puasa,
sodaqoh, infaq, sampai kepada hal-hal yang berhubungan langsung dengan muamalah
sehari-hari, itu semua adalah anugerah-Nya.
Tidak dibenarkan mengaku sebagai orang yang ahli beribadah, walaupun pada
kenyataannya ia rajin beribadah, atau mengaku sebagai orang yang alim, walaupun
pada kenyataannya ia memiliki banyak ilmu dan pengetahuan. karena ia tidak
sadar, bahwa pada hakekatnya ibadah yang ia lakukan adalah anugerah Allah dan
ilmu yang ia miliki adalah ilmu Allah.
Mudah bagi Allah menyesatkan kepada siapa saja yang Ia kehendaki, dan memberi
petunjuk kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Maka sangat beruntung sekali, jika
kita termasuk orang yang mendapat nikmat hidayah Allah, karena hidayah adalah
nikmat yang terbesar yang dianugerahkan kepada hamba-Nya.
Anugerah hidayah tidak bisa diuangkan ataupun dihargai dengan dolar, karena
tidak dijumpai toko yang menjualnya. Hidayah hanyalah milik Allah semata, yang
tidak dimiliki satupun dari mahluk-Nya. Bahkan para Rasulpun hanya diberi
kekuasaan untuk menyampaikan hidayah berupa risalah wahyu, bukan memberi
hidayah. Buktinya Nabi Muhammad pun tidak mampu meng-Islamkan pamannya Abu
Thalib yang sangat dicintainya, walaupun beliau bersikeras untuk mengajaknya
untuk memeluk agama Islam, Allah hanya menegur kepada nabi kita Muhammad SAW, “
Sesungguhnya engkau tidak mampu memberi hidayah kepada orang yang engkau
cintai”.
Jadi, tanpa anugerah Allah, kita ini bukanlah apa-apa atau siapa-siapa.
Kita adalah manusia biasa yang terlalu sering melakukan kesalahan dan tindak
aniaya. Tidak bisa terbayangkan seandainya hidup ini jauh dari bimbingan hidayah
Allah. Alangkah sesatnya kita, alangkah kelamnya hidup kita, dan alangkah
malangnya jika hidup ini berlarut-larut dalam gelapnya kesesatan.
Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ala dinika, Ya Allah.. dzat yang
membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku untuk selalu memeluk agamaMu, ya
musorrifal qulub sorrif qulubi ala tho’atika, Ya Allah……. dzat yang menggerakkan
hati, gerakkanlah hatiku untuk selalu berada dalam ketaatan kepadaMu, Robbana
laa tuzigh qulubana ba’da idz hadaitana wa hab lana min ladunka rahmah, Wahai
Tuhan kami.. janganlah Engkau palingkan hati kami, setelah mendapat hidayah-Mu,
dan berilah kami rahmat dari sisi-Mu .
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-84666182073685550992014-07-08T19:53:00.002-07:002014-07-08T19:53:30.054-07:00REZEKI TIDAK HANYA RUPIAH
Pagi ini anda bernafas lega itu adalah rezeki
Pagi ini BAB ( Buang Air Besar ) lancar itu juga rezeki
Pagi ini segelas kopi terhidang di meja anda itu juga rezeki
Siang ini anak anda tidak rewel itu adalah rezeki
Siang ini mendapat teman baru itu juga rezeki
Siang ini pekerjaan kantor tuntas itu juga rezeki
Sore ini anda pulang dengan selamat itu adalah rezeki
Sore ini tidak terjebak macet di perjalanan itu juga rezeki
Sore ini duduk santai diteras bersama keluarga itu juga rezeki
Malam ini anda bisa sholat isya berjama 'ah itu adalah rezeki
Malam ini anda makan malam bersama anak istri itu juga rezeki
Malam ini anda bisa tidur nyenyak itu juga rezeki
Rezeki yang telah Allah berikan kepada kita sangatlah banyak, tidak hanya rupiah
saja. Rupiah hanyalah bagian kecil dari makna nikmat itu sendiri. Jadi
seandainya kita menghitung nikmat Allah tidak akan menjumpai ujungnya, karena
nikmat Allah tidak terhitung angkanya. Akan tetapi kebanyakan manusi tidak
menyadari akan hal itu, karena mereka menganggap rizki itu hanya sebatas rupiah.
Jg÷KVYWTÊ Yò:W
ò WÙRÑQYTW¤ XÜWTPY¡VÑST
[Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman : 13 )
Allah mengulang-ulang ayat ini sebanyak 31 kali di dalam surat Ar-Rahman. ini
menunjukkan, bahwa kebanyakan manusia tidak tahu makna syukur, yang seharusnya
berterimakasih, ketika mendapat kenikmatan, justru ia kufur terhadap Sang
Pemberi Nikmat.
Manusia yang bijak adalah mereka yang pandai berterimakasih, karena dengan
kenikmatan itulah ia mampu menikmati kehidupan ini. Namun manusia yang kufur
itulah yang tidak pernah mengenal terimakasih.
Ya, kita harus berterimakasih kepada Allah, karena dialah sumber nikmat itu.
Dan juga jangan lupa untuk berterimakasih kepada manusia, karena dia adalah
perantara nikmat yang sampai pada tangan kita.
من لم يشكر الناس لم يشكر الله
Orang yang tidak mau berterimakasih kepada manusia, berarti ia belum bersyukur
kepada Allah
( HR. Abu Daud, Tirmidzi )
Agar kita senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan, hendaklah kita
selalu beristiqomah untuk membaca do’a ini :
JgW¤ õøYÞ`ÆX¦`èVK
óÜKV
W£RÑ`®VK
ðÐWTWÙ`ÅYTß õøYPVÖ@
ð`ÙWÅ`TßKV
JðøVÕWÆ
uøVÕWÆWè JðüWYÖ.Wè óÜKV
Wè WÔWÙ`ÆVK
_YÕHTW² SãHùW¶ó£WT øYÞ<ÕY` VK
Wè
ðÐYWÙ`W£YT Á WÏY fTTTYÆ WÜkYYÕHTUfTT±Ö@
Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku .
Agar aku senantiasa mengerjakan amal saleh yang Engkau ridloi; dan masukkanlah
aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”
( QS. An-Naml : 19 )
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-61246050652351683322014-07-08T19:52:00.002-07:002014-07-08T19:52:32.135-07:00NIKMATI HARIMU APA ADANYA
Saudaraku…
Mulailah di pagi harimu dengan ucapan hamdalah, memuji Allah dan mengagungkan
namanya. Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah yang telah menghidupkanku
kembali dari kematian sejenak, dan hanya kepada-Nyalah aku kembali.
Alhamdulillah pagi hari ini, kedua mataku masih diberi kesempatan untuk melihat
indahnya cahaya mentari yang baru saja terbit, kedua telingaku masih diberi
kesempatan untuk mendengarkan kicauan burung yang bernyanyi riang, demikian pula
kedua lubang hidungku masih bisa menikmati segarnya udara pagi. Sungguh hari ini
adalah hari yang sejuk nan indah dengan iringan kasih sayang Allah yang maha
penyayang.
مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قوتُ
يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
Barangsiapa yang di pagi hari bangun dalam keadaan sehat, aman dari gangguan,
memiliki jatah makanan sehari, maka sesungguhnya ia seperti memiliki dunia
seisinya (HR. Ibnu Majah)
Saudaraku.., Jangan pernah berfikir tentang kenikmatan nanti sore ataupun esok
hari, apalagi anda mencemaskan sesuatu yang belum terjadi, dan jangan pula
menyibukkan diri memikirkan kenikmatan yang ada pada tangan orang lain. Itu
semua akan membuahkan kegelisahan dihatimu, dan meracuni ketenanganmu.
Kenikmatan yang seharusnya anda nikmati dengan puas justru hilang dengan
sia-sia.
Jika ditanganmu ada segelas teh manis, janganlah engkau melihat segelas susu
yang ada ditangan orang lain; karena rasa iri itu akan menghilangkan manisnya
teh, dan segelas teh manis yang begitu segar berubah rasa menjadi pahit akibat
perasaanmu yang rakus akan nikmat orang lain.
Maka dari itu, tanamkanlah niat pada pagi hari ini, untuk berusaha bersyukur,
memperbaiki diri, tidak menyakiti orang lain, dan selalu menebarkan kebajikan.
Walaupun hanya sekedar niat, Allah akan mencatatnya sebagai sebuah amal saleh,
dan apabila mewujudkannya dan bentuk perbuatan, tentu pahalanya akan berlipat
ganda sampai tujuh ratus kali. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan
hal tersebut : Siapa yang berniat melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak
mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh. Dan jika
dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan
mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga
kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia
tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia
berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan.
(HR. Bukhori dan Muslim).
Jangan terlalu idealis dalam hidup ini, tapi hiduplah dengan realita. Semakin
idealis berarti semakin menyakiti perasaan sendiri. Tidak selamanya yang kita
inginkan akan tercapai, dan tidak selamanya pula orang lain seide dengan kita.
Tinggalkan kata-kata : “ Pokoknya harus begini, kalau tidak, maka….”.
Nikmati hari ini dengan apa yang anda miliki saat ini, syukuri yang ada, sambil
meningkatkan diri untuk mencapai yang terbaik. Sedikit yang disyukuri akan
terasa menjadi banyak, karena dengannya menjadi berkah, dan sebaliknya limpahan
nikmat yang banyak akan terasa sedikit, ketika tidak ada rasa syukur di
dalamnya, karena mungkin Allah telah mencabut keberkahan darinya.
Sebutir kurma dan seteguk air yang disyukuri, akan mengenyangkan perut anda,
walaupun sehari semalam belum terisi apa-apa, dan satu kilogram kurma serta
satu liter air, tidak pernah mengenyangkan perut orang-orang yang rakus. Bukan
kurma dan air yang mengenyangkan, tapi rasa syukurlah yang menjadikannya
kenyang.
Kita sering kufur nikmat, padahal samudera nikmat menempel pada badan kita. Kita
sering iri dan dengki pada nikmat yang ada di tangan orang lain, padahal nikmat
itu tidak pernah tertukar ataupun berpindah tangan.
Anugrah nikmat yang kita terima, selalu bernilai lebih dari pada yang kita
minta. Namun terimakasih yang kita ucapkan hanya sebatas di mulut saja.
Mungkin tuhan berkata : “ Seharusnya engkau malu …! “ . Namun kita hanya
berlalu, seakan tidak terjadi apa-apa.
Maka dari itu untuk melestarikan rasa syukur kita kepada Allah, katakan pada
diri kita :
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun sarapan pagi tanpa lauk
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun persediaan beras menipis
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun pergi ke kantor dengan jalan kaki.
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun basah kuyup kehujanan ditengah
perjalanan.
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun terjebak macet saat menuju
kampus.
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun tempat dudukku direbut orang lain.
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun ditilang polisi saat pulang
kantor, karena lupa membawa SIM.
Saya akan mengucapkan alhamdulillah, walaupun rumah bocor, karena gentingnya
pecah.
Alhamdulillah , segala puji bagimu ya Allah, hari ini engkau limpahkan nikmatmu
kepadaku.
“ Ya Allah tolonglah hambaMu ini, agar bisa selalu mengingatMu, mensyukuri
nikmatMu, dan memperbaiki kualitas ibadah hanya kepadaMu”.
Ingatlah bahwa orang yang selalu memuji Allah disetiap saat, baik diwaktu senang
maupun sedih, ia adalah termasuk golongan umat yang akan dipanggil pertama kali
untuk masuk surga.
أول من يدعى إلى الجنة الحمادون الدين يحمدون الله في الشرآء والضرآء
Orang yang pertama kali dipanggil untuk masuk surga adalah orang yang banyak
bersyukur.Yaitu mereka memuji Allah baik dalam keadaan senang maupun susah.
( HR.At-Thabrani, Hakim, dalam kitab Fathul Kabir )
Subhanallah, alangkah indahnya hidup ini, jika lisan ini dibasahi dengan
lantunan pujian hanya kepada-Nya. Dan alangkah sengsaranya hidup ini, jika
lisan ini dibasahi cacian, makian, terhadap apa yang telah kita terima.
Jangan sampai kita disibukkan dengan kenikmatan yang kita terima, lalu melupakan
sang maha pemberi nikmat. Dan jangan sampai
pula, kita berterimakasih hanya pada saat kenikmatan itu melimpah, tapi cemberut
saat nikmat itu sedikit. Padahal sedikit banyak yang telah kita terima adalah
merupakan pemberian-Nya yang terbaik.
Sungguh orang yang bersyukur adalah mereka yang melihat kemurahan pemberian
Allah, lalu berterimakasih kepada-Nya.kemurahan itu tidak disia-siakan, akan
tetapi dibelanjakan untuk menggapai ridloNya.
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-63770114516983823062014-07-08T19:45:00.002-07:002014-07-08T19:45:21.145-07:00
BAYI YATIM
Jika anda seorang istri yang ditinggal mati suami, sedangkan anak-anak anda
masih kecil dan tidak ada harta yang diwariskan. Janganlah cemas.., tidak usah
khawatir bagaimana masa depan mereka nanti, dari mana biaya sekolah mereka,
apakah mereka akan sampai didepan pintu kesuksesan?
Sungguh Allah telah membekali rizki pada diri mereka masing-masing, janganlah
anda takut, rizki bukanlah urusan anda, Allahlah yang menanggung rizki
mereka.Bacalah hadis ini :
“Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai
setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh
hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan
dia diperintahkan untuk menetapkan 4 perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya,
amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya”.
( HR, Bukhori, Muslim )
kewajiban anda yang hakiki adalah bagaimana mengasuh mereka, mengarahkannya,
mendidiknya, sehingga mereka menemui jalannya masing-masing. Bukankah Allah maha
kaya, bumi langit seisinya adalah miliknya, bukankah rizki semua makhluk berada
digenggamanNya, masihkah anda ragu akan kemurahan rizkinya? Dialah yang
menggenggam kerajaan langit dan bumi serta segala isinya,
ðÏW£HTWTWT ÷Y¡PVÖ@
YâYW~Y ñÐ<ÕSÙ<Ö@
WéSåWè uøVÕWÆ QXÔRÒ xòpøW® e£ÿYWTÎ
(1) ÷Y¡PVÖ@
WÌVÕW ð`éWÙ<Ö@
WáléW~W<Ö@
Wè `ØS{WéRÕ`W~YÖ `yRÑQSTÿKV
SÝW©`KV
¾&WÙWÆ WéSåWè S¥ÿX¥WÅ<Ö@
S¤éSÉWTçÅ<Ö@
“Maha suci Allah yang di genggamanNya kerajaan langit dan bumi, dan Dialah maha
kuasa atas segala sesuatu, Dialah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan,
supaya menguji kalian, manakah diantara kalian yang paling baik amalnya
.(QS.Al-Mulk : 1-2 )
Sesungguhnya Allah Maha Penyayang lagi Maha Pengasih terhadap hamba-Nya yang
beriman. Maka dari itu yakinlah bahwa Allah tidak pernah menyia-nyiakan anda,
apalagi mendzalimi anda, selama anda berkeyakinan baik kepada Allah dan bertaqwa
dengan sebenar-benarnya taqwa.
ÝWÚWè XÌQWTWTÿ JðW/@
ÔWÅmïmð` ISãPVÖ _W£`oð (2)d
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberinya rizki dari
jalan yang tak terduga”. ( QS . At-thalaq :2 )
ÝWÚWè XÌQWTWTÿ JðW/@
ÔWÅmïmð` ISãPVÖ óÝYÚ -YâX£`ÚVK
_£p©STÿ (4)
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan semua
urusannya menjadi mudah”. ( QS . At-Thalaq :4 )
ÝWÚWè gÌQWTWTÿ JðW/@
ó£TPYÉVÑSTÿ SãT`ÞWÆ -YãTYWLTTQY~TWª óØYÀ¹`ÅSTÿWè ,ISãVÖ
Z£`VK
(5)
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya
dan melipat gandakan pahalanya”. ( QS . At-thalaq :5 )
Jadi anda hanya bertugas mengantarkan mereka untuk menjemput bagiannya
masing-masing, yang telah tertulis disisi Allah. Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-69892330184042085102014-07-08T19:44:00.002-07:002014-07-08T19:44:08.746-07:00KEMATIAN DI AMBANG PINTU
Saudaraku.., Jangan cemaskan kematian, karena kedatanganya adalah pasti. Tiada
satupun makhluk yang mampu menolaknya, waktunya tidak pernah berubah, tidak bisa
diajukan tidak pula dimundurkan, siapapun tidak bisa lari darinya.
Kematian adalah pintu gerbang yang setiap mahluk akan melewatinya. Ia akan
memaksa siapa saja untuk memasukinya tanpa terkecuali, kematian adalah bagian
dari kekuasaan Allah, yang menunjukkan bahwa dialah dzat yang maha kuasa atas
segala sesuatu, tidak ada satu makhluk pun mampu menandinginya.Namun sayang
dibelahan dunia ini banyak orang yang takut pada orang mati dari pada kematian
itu sendiri.
Yang perlu anda cemaskan adalah ada apa setelah kematian? apakah anda kembali
ke surga, ataukah ke neraka? sudahkan bekal anda cukup? sudahkah jasad anda
bersih dari lumuran dosa? sudahkan anda mempersiapkan laporan pertanggungjawaban
amal anda?
WäQSTÿKVH;TTWTÿ fÛTÿY¡PVÖ@
N
éSÞWÚ
ò N
éSTÍPVT@
JðW/@
ó£TñÀ¹ÞW<ÖWè
t¨pTÉWTß QWÚ pWÚPVWTÎ $xWçÅYÖ N
éSÍPVT@
Wè &JðW/@
QWÜMX
JðW/@
=S¤kYW
WÙY WÜéSTÕWÙ`ÅWT (18) WWè N
éSTßéRÑWT ðÝÿY¡PVÖ@ðÒ N
éS©WTß JðW/@
óØSäHùW©ßVKWTÊ &óØSäW©SÉßVK
ðÐMXù;HTTVÖOèKR
SØSå fûéSÍY©HTWTÉ<Ö@
(19)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah
orang-orang yang fasik )QS. Al-Hasr : 19 )
Saudaraku…perjalanan akhirat amatlah panjang sepanjang lima puluh ribu tahun
perhari, jika dikalikan dengan hitungan waktu kita di dunia tentu tidak ada satu
persenya.
SS£`ÅWT SàW|MXù;HTTVÕWÙ<Ö@
SèQS£Ö@
Wè Yã`~VÖMX
Á xz`éWTÿ WÜVÒ
ISâS¤
WpTÍYÚ WÜkY©`Tìðr ðÈ<ÖVK
xàWÞTTWª (4) `¤Yip²@WTÊ
_¤`iW² ½~Yîðr (5)
óØSäPVTßXM
ISãWTß`èW£WTÿ
_~YÅWT
Yaitu pada hari dimana para malaikat dan jibril naik menghadap tuhannya kadar
kira limapuluh ribu tahun perhari, maka sabarlah dengan sabar yang baik,
sesungguhnya mereka menganggap hari itu amatlah jauh nan lama ( QS. Al-Ma’arij :
4-6 )
Sungguh merupakan perjalanan yang amat panjang nan jauh. Tentunya kita
membutuhkan persiapan yang matang dan bekal yang cukup untuk menghadapinya,
dan hendaklah jangan terlalu banyak beban di punggung kita akibat dosa-dosa
kita, karena hal itu akan sangat memberatkan perjalanan kita.
Perbaruhi perahumu, karena lautan ini amatlah dalam, kuatkan niatmu, karena
ombak badai di depan sana amatlah menakutkan.
Ketika sampai di desa akhirat yang kita tuju, ternyata kita akan menemukan kata
kunci : tidak sama antara penghuni neraka dan penghuni surga. Pertanyaanya
adalah kita mau memilih yang mana ? tentu jawaban membutuhkan sebuah konsekwensi
yang nyata, tidak hanya di bibir saja.
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-25961170522374548962014-07-08T19:43:00.002-07:002014-07-08T19:43:35.843-07:00SAKIT TAK KUNJUNG SEMBUH
Jika penyakit kronis anda menahun, yang tidak kunjung sembuh, disisi lain
dokter sudah tidak sanggup lagi mengobati anda,seakan kematian sudah berada
diujung tanduk, jangan cemas….Allahlah Maha Penyembuh dan pemilik mutlak
kesembuhan itu, Dialah dzat yang menurunkan penyakit, Dia pulalah yang
menurunkan obat dan menyembuhkannya.
Katakan pada hati anda yang terdalam dengan sugesti dibawah ini :
Dialah Allah yang telah menciptakanku
Dialah pula yang telah memberi penghidupanku
Makan, minumku, adalah aliran rahmatnya
Ketika aku sakit, maka dialah yang datang menyembuhkanku
Ketika aku butuh, dialah yang mencukupiku
Ketika aku sempit, dialah yang melapangkanku
Ketika tidak ada lagi tempat untuk mengadu, dialah sebaik-baiknya pendengar
keluhanku
Ketika semuanya telah hancur, dialah yang menyusun kembali hidupku
DitanganNyalah urusan segala mahluk jagat raya
Dialah Allah yang menghidupkan, dan dia pula yang mematikan
ðÏW£HTWTWT ÷Y¡PVÖ@
YâYW~Y ñÐ<ÕSÙ<Ö@
WéSåWè uøVÕWÆ QXÔRÒ xòpøW® e£ÿYWTÎ
(1) ÷Y¡PVÖ@
WÌVÕW ð`éWÙ<Ö@
WáléW~W<Ö@
Wè `ØS{WéRÕ`W~YÖ `yRÑQSTÿKV
SÝW©`KV
¾&WÙWÆ WéSåWè S¥ÿX¥WÅ<Ö@
S¤éSÉWTçÅ<Ö@
(2)
“Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya lah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebihbaik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”. ( QS.Al-Mulk : 1-3 ).
Anda cukup mengulang-ulang kalimat ini :
حسبنا الله ونعم الوكيل، نعم المولى ونعم النصير
Hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man nasir.
“Allahlah yang mencukupiku, dia sebaik-baiknya dzat tempat aku berserah. Dialah
dzat sebaik-baiknya pelindung, dan sebaik-baiknya penolong”.
Nikmatilah kandunganya, rasakanlah didalam nurani anda yang terdalam, yakinlah
dan yakinlah, pertolongan Allah pasti datang.
V¢XM
Wè ñp¶X£WÚ WéSäWTÊ gûkYÉ`WTÿ
jika aku sakit, maka Dialah Allah yang menyembuhkanku ( QS. As-syu’aro : 80 )
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-61792926794894190212014-07-08T19:42:00.005-07:002014-07-08T19:42:54.804-07:00HIDUP SEBATANGKARA
Anda tidak sendirian di dunia ini, siapa bilang anda sebatang kara, bukankah
Allah adalah Tuhanmu ! Dialah kekasih yang selalu menyertaimu dimanapun engkau
berada, Dialah yang selalu memperhatikanmu disetiap saat dan waktu, Dialah yang
selalu menyayangimu melebihi ibu kandungmu. Bukankah semua orang mukmin adalah
sahabat karibmu ? Bukankah dunia seisinya adalah untuk kemaslahatanmu? Jangan
cemas….
ðTWTÊ N
éSÞXäWT vN
éSÆ`WTWè øVÖXM
gy<ÕJð©Ö@
ñySßKV
Wè WÜ`éVÕ`ÆVKô@
SJðJðS/@
Wè `ØRÑWÅWÚ ÝVÖWè `yS{W£YWÿ `ØRÑVÕHTWÙ`ÆVK
“Janganlah kamu lemah dan menyerah, padahal kamulah yang di atas, dan Allah
(pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala)
amal-amalmu”. ( QS. Muhamad : 35 )
Lihatlah..! disana banyak orang-orang mukmin yang siap menjadi saudara anda.
WÙPVßXM
WÜéSÞYÚ`ëSÙ<Ö@
báWépTTMX
N
éSYÕ`²VKWTÊ WÜ`kTWT &`yRÑ`TÿWéWVK
N
éSÍPVT@
Wè JðW/@
`yRÑPVÕWÅVÖ WÜéSðró£ST (10)
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat”. ( QS. Al-Hujurat : 10 )
Hendaklah anda selalu berbuat kebajikan kepada siapa saja tanpa pandang bulu
maupun kedudukan, pasti anda akan dicintai sesama, dan memiliki banyak saudara.
Jadi anda tidak sebatang kara lagi. Karena bunga yang tak pernah layu di dunia
ini adalah bunga kebajikan. Ia akan selalu menebarkan harum mewangian di
sepanjang masa.
Senyumlah ketika anda bertemu sesama, dan ucapkan salam, ulurkan tangan anda
untuk membantu mereka, jagalah lisan, hati-hatilah saat berbicara, agar tidak
melukai orang lain, disitu anda akan menemukan kebahagian yang luar biasa,
cobalah..!
Teruslah berbuat kebajikan, karena setiap kebajikan pasti mendatangkan
ketenangan pada batin anda.
البر: ما اطمأنت إليه النفس، واطمأن إليه القلب، والإثم ما حاك في النفس وتردد في
الصدر
“Kebajikan adalah setiap apa yang mendatangkan ketenangan pada jiwa dan
mendatangkan tentram dihati. Sedangkan kejahatan adalah setiap apa yang
mendatangkan kegelisah pada jiwa dan was-was didalam dada”. (HR. Ahmad )
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-47162304109242100542014-07-08T19:42:00.002-07:002014-07-08T19:42:21.218-07:00JODOH TAK KUNJUNG DATANG
Jodoh di tangan Allah, Dia Maha Tahu kapan tiba saatnya, dengan siapa, dimana
tempatnya, semua itu adalah misteri ilahi. Janganlah cemas dan berprasangka
buruk kepada Allah.
أنا عند ظن عبد بي
“Aku menuruti prasangka hambaku terhadap-Ku”.
Coba kalau anda berprasangka buruk kepada Allah, keburukan pula yang akan
menimpa anda, dan sebaliknya jika anda selalu berprasangka baik terhadap-Nya,
tentu kebaikan pula yang akan anda terima.
Didalam hadits yang lain Rasulullah SAW memberikan peringatan keras pada kita :
لَا يَمُوتَنَّ أَحَدٌ مِنْكُمْ إِلَّا وَهُوَ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِاللَّهِ
“Janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan berprasangka baik terhadap Allah.”
(HR.An Nasa’i)
Jika jodoh yang ditunggu tidak kunjung datang, disisi lain usia semakin
bertambah, desakan orang tua yang semakin menjadi-jadi, isu dan gosip dari
masyarakat yang sudah tidak toleransi lagi, maka sabarlah…!
Belum tentu sesuatu yang anda anggap baik itu baik pula bagi Allah, dan mungkin
juga sesuatu yang anda benci justru itu baik menurut Allah, yakinlah dengan
ketentuan Allah.
Tidak selamanya sesuatu yang pahit itu adalah racun, dan tidak selamanya pula
sesuatu yang manis itu adalah madu. Jamu adalah pahit, tapi ia sangat bermanfaat
untuk anda, dan perasan anggur adalah sangat manis, tapi ingat ia akan memabukan
anda, sehingga tidak sadarkan diri.
uvøW©WÆWè ÜKV
N
éSåW£<ÑWT _TLTT`~W® WéSåWè b¤`kW ó$ØS|VÖ uvøW©WÆWè ÜKV
N
éQSYST _TLTT`~W® WéSåWè ó%ØRÑPVÖQb£W® SJðJðS/@
Wè SØVÕ`ÅWTÿ `ySßKV
Wè W
fûéSÙVTÕ`ÅWT (216)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”. (Al-Baqarah : 216 )
Jika di dunia anda belum bertemu jodoh, pasti dan pasti di Surga nanti anda akan
mendapatkan jodoh yang lebih baik dan lebih sempurna, dari pada jodoh didunia
yang selama ini anda idamkan.
Ingatlah Maryam…, wanita shalehah yang dipilih Allah sebagai wanita suci yang
menjaga kehormatan dirinya walaupun ia hanya seorang diri tanpa suami, Ia mulia
disisi Allah dan teladan bagi seluruh wanita, bahkan Allah titipkan Isa dalam
rahimnya sebagai tanda kekuasaan-Nya.
WØWTÿó£WÚWè ðWTÞ`T@
WÜ.W£`ÙYÆ õøXPVÖ@
pWÞW±`VK
WäWó£WTÊ WTÞ`WÉWÞWTÊ
Yã~YTÊ ÛYÚ WÞYèSQ¤ pWTÎPVW²Wè gHTWÙYÕVÑYT WäQYTW¤ -YãYSS{Wè pWTßW{Wè
WÝYÚ WÜkYYÞHTWÍ<Ö@
(12)
Dan Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke
dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami; dan dia membenarkan
kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-kitab-Nya; dan adalah dia termasuk
orang-orang yang taat (QS.At-Tahrim : 12 ).
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-23642796263018093672014-07-08T19:41:00.003-07:002014-07-08T19:41:43.666-07:00ARTI SEBUAH KEGAGALAN
Mungkin tidak ada kata kegagalan di kamus orang yang terus berjuang. Kegagalan
adalah hal yang biasa yang pasti akan dialami oleh setiap orang. Sepandai-pandai
tupai meloncat ia akan jatuh juga. Selincah apapun burung terbang, ia akan
jatuh juga.
Kegagalan adalah sebuah peluang untuk anda mencoba lagi. Seorang bayi yang baru
berlatih berjalan ia pasti gagal dan terjatuh. Jika ia takut untuk bangkit lagi
untuk berjalan, mungkin ia selamanya akan lumpuh dan tidak bisa berjalan.
Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Semakin banyak gagal, semakin anda
mendekati kesuksesan; karena Ia adalah cambuk yang mempercepat jalan anda.
Jadikan kegagalan sebagai masa lalu anda. Dan jadikan ia sebagai sebuah kaca
sepion, Anda bisa melihat keadaan yang ada dibelakang, sedangkan sepeda motor
anda masih terus melaju kedepan.
Kegagalah bukanlah musuh anda, ia adalah guru anda yang mengajarkan banyak hal
dari makna hidup. Kegagalan adalah bukti bahwa anda telah berbuat sesuatu,
mungkin hasil yang anda harapkan saat ini belum tampak, besok atau lusa pasti ia
ada di genggaman anda. Bukankah bulan sabit akan tumbuh menjadi purnama?
Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal pada usaha anda, selagi anda masih
terus mencoba dan terus mencoba . Jangan pernah menyerah, selagi nafas anda
masih mengalir. Jangan pula berhenti pada satu pintu yang tertutup, sementara
masih seribu pintu yang terbuka.
“Urusan yang ringan dimata orang yang kerdil akan tampak berat, Sedangkan urusan
yang berat dimata orang yang berjiwa besar akan tampak ringan”.
( Mutanabbi)
Jangan mengatakan ini adalah sebuah kegagalan, tapi katakanlah ini adalah sebuah
pembelajaran. Kegagalan masa lalu adalah panduan anda untuk menuju kesuksesan di
masa depan. Ingatlah kepuasan kesuksesan seakan belum lengkap jika anda belum
pernah gagal.
Kegagalan adalah lobang kecil yang mencoba mengganggu langkah anda, anda masih
bisa terus berjalan, dan masih banyak jalan yang lurus halus disana. Hanya
mereka yang berani gagal yang ada harapan sukses yang cemerlang di masa
mendatang.
Orang yang hebat bukan berarti orang yang tak pernah jatuh, tapi orang yang
hebat adalah orang yang sering jatuh, tapi ia bangun kembali untuk bangkit.
Kegagalan adalah bagian takdir Allah untuk anda, untuk melatih anda lebih tabah
lagi.
Mutanabi mengatakan:
وليس ما يتمنه المرء يدركه # تجري الرياح بما لا تشتهى السفن
Tidaklah semua yang diharapkan manusia itu bisa tercapai.
Sesungguhnya angin bertiup, tidak selamanya sesuai dengan perahu layar.
Abu Atahiyyah berkata :
ترجو النجاة ولم تسلك مسلكها # إن السفينة لم تجر على اليابس
“Anda berharap sukses tapi tidak menempuh jalannya.
Sesungguhnya sampan itu tidak pernah berjalan diatas daratan”
Kesulitan dan kegagalan dalam hidup, sekiranya kita jadikan sebagai umpan balik
koreksi, maka dapat digunakan untuk membenahi kesalahan masa lalu yang
menjatuhkan anda dalam kegagalan. Disamping ia mampu meningkatkan kekebalan
mental anda, ia juga mampu merangsang kembali semangat anda yang pupus, serta
membangkitkan kembali potensi yang lemah, sehingga anda tidak stres lagi dan
tidak kecewa lagi, serta hilang pulalah kecemasan anda.
Jadilah anda seperti semut yang tidak pernah mengenal kegagalan, ia terjatuh
dari pohon, lalu bangun lagi, kemudian terjatuh lagi, begitulah seterusnya
terjatuh seribu kali. Namun ia terus merangkak sampai tujuannya tercapai
kembali.
Teruslah anda berjalan seiring air yang terus mengalir, mencari celah-celah
jalan kemudahan, mengarungi kehidupan yang penuh kesan; karena air tenang yang
tidak mengalir akan menjadi busuk dan bau, dan seiring pula dengan putaran
jarum jam, bahwa sesungguhnya waktu tidak akan pernah berhenti sebelum masanya,
dan seiring dengan terbitnya bulan menuju kesempurnaan purnama, dan seiring
perjalanan alam yang tidak henti-hentinya mengalunkan tasbih memuji Rabbnya.
Dengan kegagalan Allah akan melihat, mana diantara kalian yang paling
sungguh-sungguh dari sekelompok manusia yang berputus asa.
`ØRÑPVßWéSTÕ`WTÞVÖWè uøPVW ðyVÕ`ÅWTß WÝÿYXäHTWSÙ<Ö@
`yRÑÞYÚ
WÝÿY¤YiHTJð±Ö@
Wè N
WéSTÕ`WTßWè `yS{W¤WpTTKV
(31)
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui
orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan
(baik buruknya) hal ihwalmu”. ( QS. Muhammad : 31)
Bukankah nabi Muhammad diusir dari Makkah? Namun, kemudian ia bangkit
membangun kerajaan di Madinah, coba seandainya beliau berhenti, mungkin Islam
tidak lagi bersinar di muka bumi ini.
Bukankah nabi Ibrahim dibakar dan dianiaya oleh raja Namrud yang kejam? Namun ia
tidaklah berhenti dari da’wah sehingga panji tauhid tetap berkibar terus menerus
sepanjang zaman, dan masih banyak kisah orang-orang yang bangkit dari kegagalan
yang pada akhirnya mencapai derajat yang tertinggi di sisi manusia dan Tuhannya.
Jelas bukan ? Bersemangatlah ! Anda pasti berhasil, karena sekeras-kerasnya batu
ia akan berlubang dengan tetesan air kecil dalam proses yang terus-menerus.
Berjuanglah karena butuh proses yang panjang untuk mendirikan sebuah kerajaan,
ibarat kota Roma tidak didirikan didalam satu hari, mungkin butuh
bertahun-tahun bahkan puluhan tahun baru sempurna. Bersungguh-sungguhlah, karena
Allah akan menunjukkan jalan kemudahan bagi mereka yang mau bersungguh-sungguh.
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا وإن الله لمع المحسنين
“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalanKu, maka pasti Aku tunjukkan
jalan menujuKu, dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik”. (
QS. Al-Ankabut : 29 )
Yang terpenting bagi anda adalah mau berusaha dan terus berusaha. Adapun
hasilnya adalah nomor terakhir, karena Allah tidak melihat hasil, akan tetapi
Dia melihat usaha dan ketulusan anda.
Hal ini terdapat pada kisah nabi Musa dan nabi Harun, saat Allah memerintahkan
keduanya untuk menyeru Fir’aun supaya beriman. Allah Maha Tahu bahwa Fir’aun
tidak akan pernah beriman, akan tetapi Allah tetap memerintahkan keduanya untuk
menyerunya. Ini artinya Allah tidak menilai dari hasil dakwah keduanya, akan
tetapi Allah menilai atas usaha dan ketulusan keduanya dalam usaha.
Mahmud Shami Al-Barudi berkata :
ومن رام نيل العز فليصطبر على لقاء المنايا واقتحام المضايق
تعز عن العلياء باللؤم واعتزل فإن العلا ليست بلغو المناطق
“Barang siapa yang ingin meraih kemuliaan, bersabarlah jika bertemu dengan
kematian dan terjepit dalam kesempitan.
Anda ingin mulia, maka harus siap dicaci dan diusir
Karena sesungguhnya kemuliaan itu dicapai bukan sekedar dengan omong kosong”.
Ya, hanya mereka yang berani berjalan dikegelapan malam yang akan menjumpai
indahnya fajar. ( Kahlil Gibran )
Seorang musafir tidak akan pernah sampai tempat tujuannya, sebelum ia
berkeringat dan dahaga ,serta merasakan panjangnya perjalanan.
Lebah tidak akan pernah bisa menikmati manisnya madu sebelum ia berpindah dari
satu bunga kebunga yang lain.
Seekor burung, ia tidak akan pernah mendapatkan makanan sebelum ia
berusahakeras, mengepakkan sayapnya, dan terbang kesana kemari.
Ibnu Jauzi berkata :
Andaikata anak Adam bisa membayangkan, bahwa ia sanggup terbang kelangit, maka
anda akan melihat diamnya ia di bumi adalah perkara yang dibenci.
Jadi kesuksesan itu tidak ada yang gratis, membutuhkan proses yang panjang serta
usaha yang sungguh-sungguh. Maka sekarang jadilah mu’min yang kuat, jangan lemah
dan mudah menyerah, mintalah pertolongan Allah.
المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف ، وفي كل خير . احرص على ما ينفعك
، واستعن بالله ولا تعجز . وإن أصابك شيء فلا تقل : لو أني فعلت ، كان كذا وكذا ،
ولكن قل : قدر الله وما شاء فعل ، فإن لو تفتح عمل الشيطان.
Orang mu’min yang kuat itu lebih baik dari pada orang mu’min yang lemah, pada
setiap dirinya ada kelebihan.
Bersemangatlah untuk mencari sesuatu yang bermanfaat, mintalah pertolongan
kepada Allah, dan jangan lemah.
Jika menimpamu kegagalan, jangan katakan : Seandainya saya tadi begini maka akan
begini dan begini…., akan tetapi katakanlah : Ini adalah taqdir Allah, dan apa
yang dikehendaki-Nya pasti terjadi, jangan bersemboyan “ Seandainya” karena itu
membuka pintu syetan. ( HR. Muslim )
Mungkin anda masih ingat falsafah buah kelapa, kelapa itu dipetik dari
tangkainya dengan begitu kasar, lalu dijatuhkan dari puncak ketinggian. Tidak
hanya sampai disitu saja, kemudian ia dipukul-pukul dengan golok yang begitu
tajam untuk diambil isinya, lalu diparut, diperas, baru setelah itu keluarlah
santannya yang lezat. Itulah sebuah perjuangan dengan proses yang panjang untuk
mendapatkan segelas santan yang segar. Ingat ! Kata kuncinya adalah: “Berhasil
didalam menyikapi kegagalan itu lebih baik daripada gagal menyikapi
keberhasilan”.
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-85103891407547889202014-07-08T19:41:00.000-07:002014-07-08T19:41:24.980-07:00HARTA PERGI TANPA PERMISI
Harta yang di tangan anda adalah titipan, sementara pemiliknya suatu saat akan
mengambilnya
Anda tentu tidak menyangka jika rumah yang anda huni selama tiga puluh tahun
tiba-tiba diporak-porandakan angin puting beliung, atau kios anda yang menjadi
sumber ekonomi keluarga tiba-tiba hangus terbakar, atau perusahaan yang selama
sepuluh tahun sukses dibawah pimpinan anda tiba-tiba bangkrut, atau tanaman
padi yang selama tiga bulan anda rawat, tiba-tiba menjelang panen dihanyutkan
banjir, atau anak istri yang anda sayangi tiba-tiba mendahului anda. Itulah
harta duniawi ketika ia mau pergi tidak pernah permisi, ia datang kapan saja dan
pergi kapan saja.
Mudah bagi Allah untuk mendatangkan rizki bagi siapa saja yang Dia kehendaki
dan mengambilnya dari siapa yang Dia kehendaki. Semua itu ada hikmah yang ingin
disampaikan oleh Allah kepada hamba-Nya, dan itu juga ujian, supaya mereka
senantiasa kembali dan mengingatNya. Sedikitpun tiada maksud Allah berbuat
dzalim terhadap mereka.
Katakanlah:
Wahai Allah,Engkaulah yang memiliki kerajaan,
Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.
Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki
dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki.
Di tangan Engkaulah segala kebajikan
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu ( QS.Ali Imran : 26 )
Harta kita adalah titipan, dan tentunya barang titipan itu suatu saat akan
diambil pemiliknya, entah mengambilnya sekarang, besok, minggu depan, atau
tahun depan, atau bahkan detik ini, itu semua terserah yang punya.
Yang terpenting jangan sampai kita merasa sebagai seorang pemilik, akan tetapi
hendaklah kita merasa bahwa kita hanya tempat penitipan barang. Kita hanya bisa
mengatakan dengan nurani yang terdalam : Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un (
Semuanya milik Allah dan kepadaNya-lah semua itu akan kembali ).
Lihatlah penitipan sandal disebuah masjid, disitu tertata rapi sandal-sandal
yang banyak sekali, dari berbagai merk,mulai dari merk lokal maupun merk
internasional. Tidak lama kemudian sang pemiliknya datang untuk mengambilnya.
Penjaga sandal dengan ramah menyerahkan sandal itu kepada pemiliknya, ia tetap
tersenyum sambil mengingatkan, “ Hati-hati ya pak..! Jangan sampai terpeleset,
soalnya lantainya masih basah”.
Subhanallah, ada pelajaran yang luar biasa yang dapat kita petik dari penjaga
sandal tadi :
1. Sedikitpun ia tidak merasa memiliki dari sandal-sandal yang telah dititipkan
kepadanya.
2. Ia ikhlas dan tersenyum saat sandal-sandal itu diambil oleh pemiliknya.
3. Ia masih menyempatkan diri untuk mengingatkan orang lain agar tidak terjatuh
karena lantai yang masih basah.
Mari kita belajar dari penjaga sandal yang arif tadi, agar saat harta yang
dititipkan kepada kita diambil oleh pemiliknya, kita tidak merasa keberatan dan
ikhlas menyerahkanya.
Untuk lebih meyakinkan lagi keimanan kita, dibawah ini ada kisah teladan yang
patut kita ambil hikmahnya tentang bagaimana kita menyikapi harta sebagai
barang titipan, yaitu kisah Istri Abu Thalhah sebut saja Ummu Thalhah yang
pandai menyikapi harta yang dititipkan oleh Allah kepadanya, yaitu berupa anak
semata wayang yang didamba.
Suatu ketika anaknya sakit parah dan butuh pertolongan , padahal saat itu
suaminya (Abu Thalhah) berada diluar kota. Perasaan cemas pun mulai menyelimuti
perasaan Ummu Thalhah karena dari hari kehari penyakit yang diderita anaknya
tidak kunjung sembuh dan inalillahi wa inna ilaihi roji’un Allah mengambil nyawa
Anaknya.
Sebagai seorang Ibu tentu sedih saat melihat anak semata wayangnya berpulang
kerahmatullah, ditambah lagi tanpa sepengetahuan suami, karena ia di luar kota.
Tapi subhanallah Ummu Thalhah adalah sosok wanita teladan dalam menghadapi
musibah yang besar itu. Kemudian ia berpesan kepada keluarganya agar jangan
menceritakan kejadian ini kepada suaminya saat pulang nanti, khawatir kalau
suaminya kaget mendadak.
Walhasil, setelah suaminya pulang dari safarnya yang melelahkan, Ummu thalhah
menyambutnya dengan wajah yang berseri, sedikitpun tidak tampak kesedihan akan
kematian anak kesayanganya, hidangan telah disiapkan, malam hari pun telah tiba,
keduanya pun melepaskan kerinduan yang terpendam.
Keesokan harinya, setelah capek telah hilang, kondisi kembali fit dan bugar,
dengan nada lemah lembut Ummu Thalhah mulai bercerita. Wahai suamiku… bagaimana
pendapatmu..jika kita dititipi barang oleh seseorang, kemudian ia datang untuk
mengambilnya? Dengan tersenyum Abu Thalhah menjawab : Ya tentu saja kita harus
mengembalikanya, karena ia bukan milik kita, ia hanya sekedar titipan. Kemudian
Ummu Thalhah dengan nada yang santun mulai memasuki poin pertanyaan yang inti,
suamiku.. ternyata barang yang dititipkan Allah kepada kita selama ini telah
diambil kembali.
Abu Thalhah baru sadar bahwa anak pujaan hatinya telah diambil Allah kembali, ia
hanya mampu pasrah dan ikhlas dan berharap kan ganti yang lebih baik. Kemudian
keduanya datang kepada Rasulullah SAW, beliaupun bangga dengan ketabahan
keduanya dan beliau berdo’a untuk keduanya semoga Allah mengaruniainya anak yang
sholeh dan sholihah.
Alhamdulillah permohonan Rasulullah SAW dikabulkan oleh Allah, akhirnya Abu
Thalhah dan Ummu Thalhah tersenyum lega karena dikaruniai anak-anak yang hafizd
Al-qur’an, berkat do’a Rasulullah SAW dan keikhlasan keduanya.
Semakin tinggi kecintaan anda terhadap sesuatu, semakin tinggi pula perasaan
anda untuk memilikinya, maka saat itu pula, semakin anda diperbudak olehnya.
Cintailah sesuatu itu sekedarnya saja, dan jangan berlebihan, agar anda tidak
terlalu capek dibuatnya, karena suatu saat ia akan pergi meninggalkan anda.
Sadarlah mobil mewah yang anda kendarai, suatu saat akan rusak, rumah mewah yang
anda tempati suatu saat akan ditinggalkan, anak istri yang anda cintai suatu
saat akan berpisah, milyaran rupiah ditangan anda suatu saat akan berpindah
tangan ke tangan orang lain, dan begitulah seterusnya.
Semakin tinggi kecintaan terhadap sesuatu, maka semakin ia diperbudak olehnyaUnknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-4053788292836051162014-07-08T19:39:00.003-07:002014-07-08T19:39:40.012-07:00RASUL PUN MENANGIS
Ketika Rasulullah SAW melihat putra kesayangannya Ibrahim wafat, terlihat
tetesan air mata membasahi kedua pipinya yang mulia. Para sahabat bertanya :
Engkau pun menangis Ya Rasulallah ? Beliau menjawab ini adalah air mata rahmat,
orang mukmin selalu berada pada kebaikan,keluar jiwanya dari kedua lambungnya,
sedangkan ia dalam keadaan memuji Allah. ( HR. Ibnu Hibban)
Ketika Sahabat Sa’ad bin Mu’adz Al-Anshari memperlihatkan kedua tangannya yang
melepuh karena memecah bongkahan batu sebagai mata pencahariannya, Rasulullah
SAW pun terlihat meneteskan air matanya. Kemudian beliau memegang tangan kasar
itu dan menciuminya, seraya berkata : “Inilah tangan yang tidak akan pernah
disentuh oleh api neraka”.
Ketika Ja’far panglima Rasul dalam perang Mu’tah gugur sebagai suhada’, dengan
tubuh yang tercabik-cabik oleh pedang, panah dan tombak, dan lumuran darah yang
berceceran, kucuran air mata pun deras membasahi pipi beliau.
Ya, Rasul pun menangis seperti manusia lainnya, namun tangisan Rasulullah
disini, bukanlah tangisan yang mengajarkan kepada kita supaya cengeng ataupun
putus asa dihadapan musibah, akan tetapi tangisan beliau adalah air mata
kelembutan dari ungkapan hati yang terdalam, dan ketulusan kasih sayang beliau
terhadap sesama, serta kepekaan beliau terhadap penderitaan orang lain.
Ya begitulah, terkadang air mata keluar untuk mengurangi beban kita, melegakan
sesak nafas kita, dan melepaskan kepenatan hati kita. Mungkin bisa dikatakan
bahwa antara air mata dan kesedihan sangatlah dekat, ia seperti kawan akrab
yang tidak bisa dipisahkan.
Mungkin ada saatnya anda menangis, ketika orang yang selama ini anda cintai
telah pergi. Namun tidak untuk meratapinya atau menyesalkannya, karena walau
bagaimanapun, tangisan itu tidak mampu menghidupkan yang sudah mati.
Mungkin ada saatnya pula anda menagis, ketika mengingat dosa-dosa yang lalu.
Seraya bertanya mengapa masa mudaku habis untuk bersenang-senag dalam jeratan
dosa? Mengapa seiring dengan berkerutnya wajahku, dosa-dosaku tak kunjung
berhenti? Mengapa ampunan Allah, aku sia-siakan begitu saja? Mengapa aku tertawa
terbahak-bahak saat terjebur di dalam kubangan dosa?
Belajarlah menangis, untuk melembutkan hati anda yang keras Ya, gunakanlah kata
“ Mengapa” berulang kali, agar kita bisa menangis. Menangis sekarang lebih baik
daripada menangis besok dihadapan timbangan amal, saat dihisab nanti. Menyesali
sekarang lebih baik daripada menyesal besok yang tanpa ujung dihadapan Jahanam.
Mungkin ada saatnya pula kita menangis, ketika mendengar ayat-ayat yang
menerangkan tentang adzab dibacakan, sebagaimana Nabi SAW sangat senang sekali
mendengarkan bacaan ayat-ayat Al-Qur’an yang keluar dari lisan Ibnu Mas’ud, saat
dibacakan dengan khusyuk beliau menikmati dan menyimaknya, tak lama kemudian
perlahan-lahan terlihat air matanya terkumpul di sudut matanya dan meleleh
membasahi pipi beliau, seraya berkata : “Cukup ya Ibnu mas’ud!”.
Tidak akan tersentuh api neraka, mata yang berlinang karena takut akan adzab
Allah (Atsar Abu Hurairah)
Mungkin ada saatnya pula kita menangis ketika mengingat kematian dan apa yang
akan terjadi setelahnya. Apakah kita sudah siap, ataukah belum? Sebagaimana
yang dilakukan oleh sahabat Usman bin ‘Affan, dimana beliau selalu menangis
disaat melintasi kuburan, sampai air matanya membasahi janggutnya, ketika
ditanya, “Mengapa engkau menangis saat melintasi kuburan, padahal saat mendengar
tentang surga dan neraka, engkau tidak menangis?”. Usman menjawab,” Aku
mendengar Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya kuburan itu tempat persinggahan
pertama menuju akhirat, jika selamat dari tempat itu, maka selanjutnya akan
lebih mudah untuk selamat. Dan jika tidak selamat dari tempat itu, maka tempat
sesudahnya akan akan lebih dahsyat”. (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim ).
Barangsiapa yang menyadari bahwa hidupnya akan menuju liang lahat yang sempit,
gelap nan sunyi, tentu tangisan lebih banyak daripada tertawanya. Ya begitulah,
terkadang kita perlu untuk belajar menangis, yaitu bukan tangisan cengeng atau
meminta belas kasihan manusia, akan tetapi tangisan yang mengandung makna, yang
melembutkan hati kita, ungkapan empati kita terhadap penderitaan orang lain. Itu
semua adalah tangisan yang mendekatkan kita kepada rahmat Allah.
Terkadang kita harus bertanya pada diri sendiri, mengapa kedua mata ini sulit
untuk meneteskan air mata? Mengapa masih ada tertawa disaat orang lain
menangis?. Ternyata penyebabnya adalah salah kaprah kebiasaan kita yang dibangun
diatas sendagurau dan canda tawa yang berlebihan. Dan kita juga terlalu sering
mengkonsumsi komedi sebagai hiburan untuk setiap harinya, padahal didalamnya
kita dilatih untuh melecehkan orang lain dengan kata-kata jorok lagi hina. Kita
mengidolakan tokoh-tokoh dagelan yang moralnya dipertanyakan, kita rela
mengeluarkan jutaan rupiah untuk membeli literatur yang membuat kita
terpingkal-pingkal.
Menangislah..!, jika tidak bisa, belajarlah menangis
(Atsar Abu Bakar ) Ya, tertawa yang berlebihan ternyata mengeraskan hati dan
membutakannya, mungkin seandainya ditampakkan di hadapan kita
kedzaliman-kedzaliman yang telah kita perbuat tentu tangisan kita lebih banyak
dari pada tertawa kita.
Sekali lagi, mari kita belajar menangis di tengah gelak-tawa, belajar menangis
di tengah kubangan dosa-dosa kita, belajar menangis di saat hati ini mulai
mengeras karena jauh dari mengingat pesan-pesan Allah.Akankah kita tertawa
sesaat, dan menangis untuk selamanya?
لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا
“Seandainya kalian tahu apa yang aku tahu, pasti kalian sedikit tertawanya dan
banyak menangisnya”.(HR. Waki’ bin Jarrah).
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-9422307347388284252014-07-08T19:39:00.000-07:002014-07-08T19:39:03.614-07:00TIGA CARA MENGHADAPI MUSIBAH
Ridlo, Sabar, dan Syukur adalah senjata pamungkas untuk menghadapi musibah yang
menimpa anda
Adatiga cara untuk menghadapi musibah yang sedang menimpa anda :
1. Ridlo terhadap ketetapan Allah
ÔSTÎ ÝVPÖ :WTÞW~Y±STÿ PVMX
WÚ ðWW{ JðS/@
WTÞVÖ WéSå &WÞTHùTVÖóéTWÚ
øVÕWÆWè JðY/@
XÔPV{WéWWT~<ÕWTÊ fû éSÞYÚ`ëSÙ<Ö@
Katakan…Tidaklah musibah itu menimpa kami kecuali yang telah ditetapkan oleh
Allah kepada kami
( Q.S ; At-Taubah : 51 )
:WÚ ðð²VK
ÝYÚ xàTTW~g±SQÚ Á X³`¤KKVô@
WWè õøYÊ `ØRÑY©SÉßKV
PVMX
Á
xHTWTY{ ÝYQÚ XÔ`WTÎ ÜKV
:&WåVK
W¤`iTPVß QWÜMX
ðÐYÖ.V¢ øVÕWÆ JðY/@
c¤kY©Wÿ
(22) ð`~VÑPYÖ N
óéTWªVKWT uøVÕWÆ WÚ `ØRÑWTWTÊ WWè N
éSW£pTÉWT :WÙY
%`ØS|HùWT
ò SJðJðS/@
Wè W JñYSÿ QWÔRÒ xÓWT`oñ ]¤éSWTÊ (23
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lohmahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.(Kami jelaskan yang
demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. ( QS.
Al-Hadid : 22-23 )
2. Bersikap sabar
ØRÑPVßWéRÕ`WÞVÖWè xòpøWY WÝYQÚ gÇóéTW<Ö@
ÃéS<Ö@
Wè w°pTÍWTßWèX WÝYQÚ
YÓ.Wé`ÚVKô@
g¨SÉßVKô@
Wè %g.W£WÙPVÖ@
Wè X£PYWTWè fÛTÿX¤YiHTJð±Ö@
(155)
WÝÿY¡PVÖ@
:
W¢XM
ØSä`TWHTW²VK
bàTW~g±SQÚ vN
éRÖWTÎ PVTßXM
YãPVÕYÖ
:TPVTßMX
Wè Yã`~VÖMX
WÜéSÅY.W¤ (156) ðÐMXù;HTTVÖOèKR
óØXä`~VÕWÆ t.WéVÕW²
ÝYQÚ óØXäQYTTQW¤ b$àWÙT`W¤Wè ðÐMXù;HTTVÖOèKR
Wè SØSå WÜèSWpTäSÙ<Ö@
(157)
Dan sungguh kami akan memberi ujian kepada kalian dengan rasa takut, kelaparan,
kekurangan , harta, jiwa, dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada
orang-orang yang mau bersabar, yaitu mereka yang ketika tertimpa musibah mereka
mengatakan : sesungguhnya segala sesuatu itu datang dari Allah dan pasti akan
kembali lagi kepadaNya.Mereka itulah orang-orang yang mendapatkan rahmat dari
tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. ( QS.Al-
Baqarah : 155-157 )
Dari ayat diatas bisa disimpulkan, bahwa ada tiga keuntungan bagi orang yang mau
bersabar dalam musibah, yaitu : mendapat shalawat dari Allah berupa ampunan,
mendapat rahmat-Nya yang luas, dan Allah akan selalu memberikan hidayah
kepadanya.
Ya hanya kesabaranlah yang akan menjadikan anda damai, dari pada berlarut-larut
dalam tangis kesedihan. Lupakanlah kenangan musibah itu, bayangkan dalam benak
anda, bahwa akan ada pengganti yang terbaik dari musibah yang anda derita.
Bukankah pada setiap kesempitan, pasti ada kelapangan! Allah maha mendengar dan
mengetahui keluhan anda, dan Dia tidak pernah menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang sabar.
Kesabaran pulalah yang akan menjadikan anda kuat bertahan hidup. karena ia akan
selalu membesarkan kekerdilan jiwa anda, mengurangi keangkuhan pada diri anda,
meluruhkan kelalaian, mengubur angkara murka, melatih kekuatan iman anda, serta
mengajak anda hanya kepada Allah-lah tempat mengadu dan kembali .
3. Bersyukur atas musibah yang menimpa
Mungkin pernyataan ini kedengarannya aneh dan langka ditelinga anda, karena
biasanya kata syukur itu diterapkan pada saat menerima nikmat. Kenapa harus
diterapkan disaat anda tertimpa musibah? Ya, … karena musibah itu merupakan
pertanda, bahwa Allah menyayangi anda, dan menghendaki kebaikan pada diri anda.
وإن الله إذا أحب قوما ابتلاهم
Dan sesunggunhnya jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah menguji mereka (
HR. Tirmidzi )
من يرد الله به خيرا يصب منه
Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka ia diberi musibah ( HR.
Bukhari-Muslim)
sesungguhnya segala sesuatu itu datang dari Allah dan pasti akan kembali lagi
kepadanya
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-87549665086404785842014-07-08T19:38:00.002-07:002014-07-08T19:38:38.563-07:00MUSIBAH AKAN SELALU ADA
لا يزال البلاء بالمؤمن والمؤمنة في جسده ، وماله ، ونفسه حتى يلقى الله وما عليه
من خطيئة
Musibah akan selalu menimpa orang mu’min di dalam jasadnya, hartanya, jiwanya,
hingga berjumpa Allah, sedang pada dirinya tidak tersisa dosa. (HR. Ibn Hibban)
Musibah akan selalu ada, dan memang semestinya harus ada. Karena kedatangannya
bukan untuk merusak kita, ataupun mendhalimi kita. Akan tetapi kehadirannya
adalah ujian keimanan, peringatan kelalaian, dan dalam rangka penghapusan dosa.
ما من مسلم يصيبه أذى شوكاة فما فوقها إلا كفر الله سيائته كما تحط الشجرة ورقها
Tidaklah seorang muslim yang terkena musibah, berupa tertusuk duri atau yang
lainya, kecuali Allah akan merontokkan dosa-dosanya, sebagaimana pohon
merontokkan daunya.
( HR. Bukhori Muslim )
Jangan pernah anda berfikir bebas dari musibah, masalah, ujian dan cobaan,
selama anda masih hidup didunia ini. karena dunia ini adalah tempat ujian
seleksi untuk menentukan lulus dan tidaknya seseorang untuk memasuki surga.
Orang-orang yang beriman akan selalu diuji keimananya, sehingga Allah akan
memilih diantara mereka yang paling kuat keimanannya.
مثلالمؤمن كمثل الزرع لا تزال الريح تميله
ولا يزال المؤمن يصيبه البلاء
Perumpamaan orang mukmin itu seperti pohon yang selalu diombang-ambingkan angin,
dan tidak henti-hentinya musibah itu selalu datang.
( HR. Buhari-Ibn Hibban )
ðY©WVK
ñ§PVÞÖ@
ÜKV
Nv
éS{W£`TSTÿ ÜKV
vN
éRÖéSÍWTÿ UfTTTTÞWÚ
ò óØSåWè
W WÜéSÞTWTpÉSÿ (2) `TWÍVÖWè QWÞTTWWTÊ WÝÿY¡PVÖ@
ÝYÚ $óØXäYÕ`TWTÎ
QWÝWÙVÕ`ÅWT~VÕWTÊ JðS/@
WÝÿY¡PVÖ@
N
éSTÎWW² QWÝWÙVÕ`ÅW~VÖWè ûkYY¡HTTVÑ<Ö@
Ap
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah
beriman", sedang mereka tidak diuji lagi.Dan sesungguhnya Kami telah menguji
orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benarkeimananya dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (
QS. Al-Ankabut : 2-3 )
Ketinggian akan tercapai , setelah menghadapi kencangnya tiupan angin Jika anda
adalah orang yang sedang tertimpa musibah, jangan cemas…, karena musibah yang
menimpa anda, tidak akan melebihi kapasitas kemampuan anda. Pasti anda mampu
untuk menghadapinya. Allah telah menyesuaikan musibah itu, sesuai dengan
kapasitas masing-masing.
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-339493145471296432014-07-08T19:37:00.002-07:002014-07-08T19:37:18.192-07:00QORUN YANG TERKUBUR HARTA
Jika seandainya manusia tidak terfitnah dengan harta, maka mungkin saja Allah
akan menjadikan bagi setiap orang rumah yang beratapkan mutiara, berjendelakan
perak, dan berpintukan emas. Akan tetapi sesuap rizki yang berkah itu lebih,
daripada segunung emas yang membutakan mata hati.
Harta telah banyak mengubur seseorang keliang jahanam Harta yang berlimpah,
jabatan yang tinggi, telah banyak mensulap orang tawadu’ menjadi sombong, orang
yang qona’ah menjadi tamak, orang yang khusu’ menjadi lalai, dan orang yang
rajin beribadah menjadi malas, sehingga jauh dari petunjuk Allah dan
Rasul-Nya. Sebagaimana Qorun yang dilaknat oleh Allah, karena harta yang
menjadikannya kufur, sombong, congkak dan angkuh. Qarun mabuk dan terlena oleh
gelamornya dunia dan melimpahnya harta kekayaan.
Semua itu telah membutakan hatinya dari menerima kebenaran dan tuli dari
nasihat-nasihat ketuhanan. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada
Allah, dan mengeluarkan sebagian hartanya untuk zakat, dengan sombong ia berkata
: “Sesungguhnya semua harta yang telah aku dapatkan, tidak lain adalah dari
jerih payahku dan ilmu yang ada padaku”
Sebagaimana disebutkan dalam surat Al- Qashash, ayat 78-82 :
Qarun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada
padaku". Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah
membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa
itu, tentang dosa-dosa mereka.
Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang
yang menghendaki kehidupan dunia: "Semoga kiranya kita mempunyai seperti apa
yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar".
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu,
pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh,
dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar".
Maka Kami benamkanlah Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada
baginya suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia
termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukanQarun itu
Berkata:Aduhai. benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Diakehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan
karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai
benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)".(Al-
Qashash, ayat 78-82 )
Nama Qarun diulang sebanyak empat kali dalam Al-Quran, dua kali dalam surah
Al-Qashash, satu kali dalam surah Al-Ankabut, dan satu kali dalam surah
Al-Mu’min. Berulangkali nama Qorun disebut, berarti menandakan betapa pentingnya
kita diharuskan untuk mengambil pelajaran dari kisah tersebut.
Penyebutan didalam surah Al-Ankabut pada pembahasan singkat, tentang pendustaan
oleh tiga orang oknum Thagut, yaitu Qarun, Fir’aun, dan Haman, lalu Allah
menghancurkan mereka.
”Dan (juga) Qarun, Fir’aun dan Haman. sesungguhnya telah datang kepada mereka
Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi,
mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang
luput (dari kehancuran itu).Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa
disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan
batu, kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur,
dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka
ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya
mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.”
(QS.Al-Ankabut: 39-40)
Penyebutan dalam surah Al-Mu’min (Ghafir) pada kisah pengutusan Musa A.S kepada
tiga orang Thagut yang mendustakannya.
“Dan sesungguhnya telah Kami utus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami dan
keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman, dan Qarun, maka mereka berkata, Ia
(Musa) adalah seorang ahli sihir yang pendusta.” (QS. Al-Mu’min: 23-24)
Semoga kita dijauhkan dari fitnah qorun didalam urusan harta duniawi, amiin ya
rabbal alamin..
Saudaraku…ketika kita membaca hadits dibawah ini, tentu sifat ambisi duniawi
yang menyelimuti hati kita akan segera sirna.
مَا مِنْ غَنِيٍّ وَلَا فَقِيرٍ إِلَّا وَدَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَّهُ أُتِيَ
مِنْ الدُّنْيَا قُوتًا
Tidaklah orang kaya dan orang miskin, ketika mereka dihisab pada hari kiamat,
kecuali mereka berandai-andai agar diberi sesuap rizki saja ketika di dunia
(HR.Ibnu Majah )
Mengapa mereka berkata : ”Seandainya aku hanya diberi sesuap rizki saja saat
di dunia”? Itu semua karena semakin banyak harta seseorang, semakin berat
perhitungan hisabnya nanti di akhirat. Dan begitu pula sebaliknya, semakin
sedikit harta yang dimiliki oleh seseorang, semakin ringan pula hisabnya
dihadapan Allah nanti.
يدخل فقراء المؤمنين الجنة قبل أغنيائهم بخمسمائة عام
Orang-orang mukmin yang fakir akan masuk surga lebih cepat lima ratus tahun
dibandingkan dengan orang mu’min yang kaya. ( HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, dan
disahihkan oleh Al-bani )
Diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata : Suatu ketika Rasulullah SAW melewati
salah satu rumah milik sahabat Anshar, yang dipintu rumah tersebut terpasang
qubah mewah. Kemudian Rasulullah SAW bertanya : Apa ini? Para sahabat menjawab :
Ini adalah qubah yang dibangun oleh si Fulan, maka seketika itu Rasulullah SAW
bersabda : Setiap harta yang digunakan untuk hal yang seperti ini ( digunakan
untuk yang berlebih-lebihan yang tidak bermanfaat), ia akan menjadi beban yang
berat besok di hari kiamat.
Kemudian para sahabat menyampaikan sabda Rasul ini kepada pemilik rumah yang
berqubah tersebut, maka seketika itu pemilik rumah langsung menurunkan qubahnya
dari atas pintu rumahnya.
Pada kesempatan yang lain Rasulullah SAW melewati rumah tersebut, ternyata
qubahnya sudah hilang. Kemudian Rasulullah SAW bertanya : Kemana qubah yang
kemarin? Maka sahabat menjawab : Pemiliknya telah menurunkannya, setelah
mendengar sabdamu ya Rasulullah !. Kemudian Rasulullah SAW berdo’a : Semoga
Allah merahmatinya , semoga Allah merahmatinya. ( HR. Ibnu Majah )
Tidaklah harta yang digunakan selain di jalan Allah, malainkan akan memperberat
beban punggungnya di hadapan hisab
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-24842664607594784442014-07-08T19:36:00.001-07:002014-07-08T19:36:24.987-07:00SESUAP RIZKI YANG BERKAH
ا للهم اجعل رزق آل محمد قوتا
Ya Allah berilah rizki kelurga Muhammad sesuap saja.
) HR.Bukhari Muslim)
Mengapa permintaan Rasulullah hanya sesuap rizki saja? Padahal seandainya
beliau meminta rizki sebesar gunung emas, pasti Allah mengabulkannya, dan secara
Kun Fayakun beliau langsung menjadi orang terkaya didunia. Hanya ada satu
jawabanya, yaitu Beliau tidak ingin harta dunia ini mengganggu ibadahnya dan
menjauhkanya dari mengingat Allah.
Disisi lain beliau adalah pemimpin dunia, Mekah dan Madinah berada dibawah
kekuasaannya, kekayaan terbentang luas dihadapanya, namun sedikitpun beliau
tidak tergoda dengan gemerlapnya duniawi.
Beliau bukanlah manusia yang tamak harta ataupun tahta, akan tetapi Beliau
adalah sosok teladan sederhana yang jauh dari kemewahan dan berlebih-lebihan.
Kezuhudan beliau dalam urusan duniawi patut dicontoh bagi seluruh umat manusia.
Bahkan pernah beliau sekeluarga pernah tidak makan tiga hari berturut-turut,
karena tidak ada persediaan gandum untuk dimasak, dan ketika beliau meninggalkan
dunia ini, ternyata baju besinya masih tergadai ditangan orang Yahudi sebagai
jaminan hutang.
ماشبع آل محمد منذ قدم المدينة من طعام البر ثلاث ليال
تبعا حتى قبض
Keluarga Muhammad SAW dalam keadaan lapar selama tiga hari berturut-turut
semenjak datang dari madinah, sampai beliau diwafatkan oleh Allah ( HR. Bukhari-
muslim )
Suatu ketika datang wanita Anshar menghadap Aisyah R.A ( istri Rasulullah )
kemudian ia melihat alas tidur Rasulullah telah lusuh dan kasar, maka seketika
itu wanita Anshar langsung pulang dan mengambil alas tidur yang halus yang
terbuat dari wol untuk dihadiahkan pada Rasulullah, lalu alas itu dititipkan
kepada Aisyah untuk disampaikan Rasulullah. Sesampainya alas itu ketangan
Rasulullah, maka beliau bertanya : Apa ini wahai Aisyah? Aisyah menjawab: Ini
adalah alas tidur, hadiah dari wanita Anshar yang iba melihat alas tidurmu yang
sudah lusuh. Maka seketika itu Rasulullah SAW berkata A’isyah : Wahai
A’isyah.., kembalikanlah alas ini kepemiliknya! Rasulullah mengucapkannya
tiga kali, karena Aisyah merasa keberatan , lalu beliau bersabda : Demi Allah,
seandainya aku mau maka Allah akan memberikan kepadaku gunung emas dan perak. (
HR. Imam Ahmad )
Subhanallah, dengan kesederhanaan itulah Rasulullah menikmati kehidupannya
bersama keluarganya, walaupun terkadang dapur tidak mengepulkan asapnya, tidur
dengan tikar yang sudah lusuh, rumah sempit di pojok masjid, beliau tetap sabar
dalam bertahan hidup, tidak Satu gunung mas, ternyata tidak menggetarkan hati
Rasulullah saw, bagaimana dengan hati anda..? meminta-minta ataupun menjual
harga diri, bahkan ia jadikan keadaan yang serba kekurangan itu sebagai ajang
mendekatkan diri kepada Allah.
Suatu ketika rumah Rasulullah tidak mengepulkan asap, maka Urwah salah satu
shahabiah bertanya kepada Aisyah istri Rasulullah, “ Wahai Aisyah…Dengan apa
kalian hidup ? Aisyah menjawab : Kami hidup dengan seteguk air dan buah kurma.(
HR. Ahmad )
Dari Abu Hurairah RA berkata : Suatu ketika Rasulullah SAW dihadiahi hidangan
yang masih hangat, kemudian beliau menyantapnya, setelah selesai makan, maka
beliau berkata : Segala puji bagi Allah, sudah beberapa hari ini perutku belum
terisi makanan. (HR.Ibnu Majah )
Suatu ketika Umar bin Khattab masuk kekamar Rasulullah, pada waktu itu
Rasulullah sedang tiduran diatas tikarnya yang lusuh, umar menangis karena
melihat goresan bekas tikar dilambung Rasulullah. Kemudian Umar mengarahkan
pandangannya kearah langit-langit kamar Rasulullah, disitu tergantung gandum
kering yang tak seberapa, maka Rasulullah bertanya : Ada apa denganmu ya Umar,
mengapa menangis? Umar menjawab : Wahai Rasulullah para kaisar musuh Allah hidup
dengan serba mewah, bergelimangan harta, sedangkan engkau kaisar kekasih Allah
hidup dengan keadaan seperti ini ! Lalu Rasulullah bersabda : Apakah engkau ragu
wahai Umar ? biarkan mereka memiliki dunia seisinya, dan bagi kita adalah
Akhirat ( surga ). ( HR. Bukhari )
Rasulullah mampu bertahan dengan gaya hidup yang seperti itu, hidup yang amat
sangat sederhana, tidak lain adalah karena beliau punya motto hidup dibawah
ini :
اللهم لا عيش إلا عيش الآخرة
“ Ya Allah tidak ada kehidupan yang hakiki kecuali kehidupan akhirat” ( HR.
Bukhari Muslim )
Ya …. hidup yang sebenarnya hanyalah satu, yaitu kehidupan akhirat, dunia hanya
tempat singgah sementara, bukan tempat untuk bermukim selamanya, karena kita
hanyalah musafir yang akan segera berangkat menuju desa akhirat.
Kita adalah musafir yang akan segera berangkat menuju desa akhirat Maka jika
prinsip ini dipegang dan dijadikan sebagai keyakinan yang mendarah daging, tentu
dunia sangatlah kecil dimata kita, sebagaimana Rasulullah memandang dunia ini.
لأن أقول : سبحان الله ، والحمد لله ، ولا إله إلا الله ، والله أكبر أحب إلي مما
طلعت عليه الشمس
Rasulullah SAW bersabda : “ Sungguh ucapan tasbih subhanallah ( maha suci Allah
), alhamdulillah
( segala puji bagi Allah ), lailaha illallah ( tiada tuhan selain Allah) ,
Allahu Akbar ( Allah maha besar ) itu lebih aku cintai dari pada seluruh apa
yang tersinari matahari ( dunia seisinya . ( HR. Muslim )
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-19844452182439275352014-07-08T19:32:00.000-07:002014-07-08T19:32:07.844-07:00HIDUP SEDERHANA
Roti kering yang anda makan dipojok rumah, dan seteguk air yang anda minum dari
rizki yang bersih, dan kamar sempit yang anda huni dengan penuh keridloan, itu
semua lebih baik dari pada kemegahan istana yang membawamu ke neraka. (Abu
Atahiyyah)
Kekurangan itu hal yang biasa, tidak usah anda pusing kepala, ataupun setres,
yang terpenting bagi anda adalah bagaimana menjadikan kekurangan itu sebagai
sebuah kelebihan, ajang meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Jangan sampai hidup yang serba kekurangan, dijadikan alasan untuk meninggalkan
ibadah, dan jauh dari bimbingan agama, karena betapa banyak orang yang menjual
agamanya, oleh karena alasan ekonomi dan kefakiran.
Bukankah kebanyakan para sahabat itu adalah orang-orang yang hidup dalam
kekurangan? Akan tetapi kekurangan itu, sedikitpun tidak mengurangi ibadah
mereka kepada Allah, dan tidak menghalangi mereka untuk mencari kelebihan
anugrah dan ridla-Nya.
Imam Buhari menyediakan bab khusus di dalam kitab sahihnya, yang menceritakan
kesederhanaan para sahabat Rasulullah SAW, diantaranya adalah Abu Hurairah ,
Simaklah kisah berikut ini :
Abu Hurairah menceritakan kehidupannya :
“ Aku adalah laki-laki yang miskin yang selalu mendampingi Rasulullah SAW,
walaupun terkadang dalam keadaan perut kosong. Sedangkan para sahabat Anshar
mereka menyibukkan diri berdagang dipasar untuk mencari rizki. Suatu ketika
Rasulullah SAW berkata kepadaku :
من يبسط ثوبه فلن ينس شيئا سمعه مني
“Barangsiapa yang membeberkan bajunya, maka tidak akan lupa dari apa yang ia
dengar dariku”
Maka aku pun membeberkan bajuku sampai beliau selesai dari perkataannya.
Kemudian baju itu aku peluk erat kebadanku, maka sedikitpun aku tidak lupa dari
apa yang aku dengar dari beliau. (HR. Buhari)
Perut kosong bukanlah alasan untuk meninggalkan ibadah
subhanallah…hidup
yang serba kekurangan
,ternyata tidak menghalangi Abu Hurairah untuk
belajar hadits dari Rasulallah, demi untuk memperbaiki kualitas ibadahnya.
Bahkan, hadits- hadits yang diriwayatkannya mencapai 5.384 hadits , padahal
beliau masuk Islam pada tahun ke tujuh Hijriyah, diusianya yang ke dua puluh
tujuh tahun. Ini berarti beliau hanya menjumpai Rasulullah SAW kurang lebih
empat tahunan, karena RAsulullah SAW wafat tahun 11 Hijriyah.
Ternyata Abu Hurairah tidak sendirian didalam masalah kekurangan ma’isyah.
Disana ada para sahabat Muhajirin rela meninggalkan rumah dan harta serta anak
istrinya demi hijrah untuk menyelamatkan agama mereka dari kekufuran. Mereka
hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, tinggal di emperan Masjid Nabawi di
Madinah,walaupun demikian, tidak sedikitpun mengurangi ibadah mereka kepada
Allah, justru mereka menjadikan kekurangan itu sebagai ajang mendekatkan diri
kepada Allah. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firmanya :
Yò:
W£WÍSÉ<ÕYÖ WÝÿX£YHTWäSÙ<Ö@
WÝÿY¡PVÖ@
N
éSX£`TRK
ÝYÚ óØYåX£HTTWTÿY
`yXäYÖ.Wé`ÚVK
Wè WÜéTSçÅWT`WTÿ ¾pµWTÊ WÝYPÚ JðY/@
_Tß.Wép¶Y¤Wè
WÜèS£S±ÞWTÿWè JðW/@
,I&SãVÖéSªW¤Wè ðÐMXù;HTTVÖOèKR
SØSå WÜéSTÎYHTUfT±Ö@
(8)
“Dan para sahabat Muhajirin yang faqir, yang diusir dari rumah-rumah dan harta
mereka di makkah, mereka itu selalu mencari anugrah dari Allah dan ridla-Nya,
dan mereka selalu menolong agama Allah dan sunah Rasul-Nya, mereka itulah adalah
orang yang benar imannya. ( QS.Al-Hasr : 8 )
Suatu ketika Rasulullah barsama tujuh sahabatnya, mereka semua dalam keadaan
perut yang kosong , lapar dan dahaga, kemudian Rasulullah mengeluarkan kantong
makananya, ternyata hanya terdapat beberapa butir kurma saja, kemudian
Rasulullah membagikan kurma tersesebut, setiap orang hanya mendapat satu butir
kurma (HR. Ibnu Majah)
Subhanallah.. betapa sederhananya hidup mereka, walaupun dalam keadaan serba
kekurangan Rasulullah SAW masih tetap saja berbagi dengan para sahabatnya. Susah
senang mereka bersama-sama saling merasakan, demikian pula sedih tangis mereka
selalu bersama untuk menghadapinya.
Saudaraku…Lihatlah Rasulullah yang tidak pernah kenyang perutnya dari makanan
yang lezat, tidur bertikarkan pelapah kurma yang membekas dilambungnya, baju apa
adanya yang sederhana. Hidup yang seperti ini ternyata tidak mengurangi
ketaqwaannya kepada Allah.
ماشبع آل محمد منذ قدم المدينة من طعام البر ثلاث ليال
تبعا حتى قبض
Keluarga Muhamad SAW dalam keadaan lapar selama tiga hari berturur-turut
semenjak datang dari Madinah, sampai beliau diwafatkan oleh Allah.
( HR. Bukhari- Muslim )
SURGA RINDU FUQORO’
Jika anda seorang yang kurang kecukupan, jangan cemas…, sesungguhnya harta
bukanlah satu-satunya sumber kebahagiaan di dunia ini, hanya imanlah sumber
kebahagian, dan amal soleh itulah deposito kekayaan akhirat.
Orang-orang mukmin yang fakir akan masuk surga lebih cepat lima ratus tahun
dibandingkan dengan orang mu’min yang kaya.
Sesungguhnya surga sangat merindukan orang-orang fakir yang sabar dan ridlo,
jauh dari keluhan yang kurang berarti, dan semakin mendekatkan dirinya kepada
Allah.
Bukankah orang miskin beban hisabnya lebih ringan lima ratus tahun dibandingkan
hisabnya orang kaya! ya.. lima ratus tahun saudaraku.., waktu yang begitu lama
nan panjang.
Penderitaan anda didunia ini mungkin tidak ada nol koma persennya, dibanding
penderitaan mereka orang kaya yang kufur, di akherat nanti. Maka dari itu
bersabarlah…, jangan cemas…, surga merindukanmu!
Cobalah sambut kabar gembira dari Rasulullah SAW dibawah ini , dengan wajah
tersenyum dan berseri-seri;
يدخل فقراء المؤمنين الجنة قبل أغنيائهم بخمسمائة عام
Orang-orang mukmin yang fakir akan masuk surga lebih cepat lima ratus tahun
dibandingkan dengan orang mu’min yang kaya.
( HR. Tirmidzi, Ibnu Majah)
نظرت إلى الجنة فإذا أكثر أهلها المساكين، ونظرت إلى النار فإذا أكثر أهلها النساء،
وإذا أهل الجد محبوسون ، وإذا الكفارقد أمر بهم إلى النار
Rasulullah bersabda : Aku melihat ke surga, ternyata kebanyakan penghuninya
adalah orang-orang miskin, aku melihat ke neraka, ternyata kebanyakan
penghuninya adalah para wanita, pada saat itu pula aku menyaksikan orang-orang
kaya masih terkekang dalam hisab, padahal orang-orang kafir telah diperintahkan
untuk masuk neraka. ( HR. Ahmad )
Ya akhii.. kemiskinan yang mendekatkanmu kepada Allah itu lebih baik, dari pada
hartamu melimpah tapi melalaikanmu dari mengingat-Nya.
Cukuplah sepotong roti yang membantu meluruskan tulang rusukmu untuk shalat dan
membaca ayat-ayat Allah, itu lebih baik dari pada makanan pesta yang berlimpah
yang melalaikanmu dari waktu shalat dan berdzikir kepada-Nya.
Cukuplah seteguk air yang anda dapatkan dari hasil keringatmu sendiri itu lebih
baik dari pada segelas air dari hasil meminta-minta.
Sepotong roti yang mendekatkan anda kepada Allah, itu lebih baik daripada
hidangan pesta Cukuplah sesuap nasi yang engkau dapatkan dari sebongkok kayu
yang engkau angkut dipunggungmu dengan jalan yang halal itu lebih baik dari pada
sepiring nasi, akan tetapi dari hasil mencuri ataupun menipu orang lain. karena
semua itu tidak mendatangkan keberkahan dan menjadi sebab ditolaknya ibadah
anda.
Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya Allah ta’ala itu baik, tidak menerima kecuali yang baik.Dan
sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan
para rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan
beramalshalehlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah
yang baik-baik dari apa yang Kamirizkikan kepada kalian.
Kemudian beliau menyebutkan ada seseorang melakukan perjalan jauh dalam keadaan
kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata : Ya
Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram,pakaiannya haram
dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram, maka (jika begitu keadaannya)
bagaimana doanya akan dikabulkan. (Riwayat Muslim).
Mungkin masih tersimpan dihati anda sebuah niat : “ Seandainya harta saya
cukup, maka pahala saya akan bertambah banyak, karena denganya aku mampu
bersedekah”. Jangan cemas ! Niat anda sudah dicatat oleh Allah sebagai amal
shaleh, dan ingat bersedekah tidak hanya dengan harta benda saja, akan tetapi
banyak cara untuk melakukannya, sebagaimana penjelasan hadits dibawah ini :
Dari Abu Dzar Radhiallahuanhu berkata :
Sesungguhnya sejumlah orang dari shahabat Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa
sallam berkata kepada Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam: “ Wahai
Rasululullah, orang-orang kaya telah pergi dengan membawa pahala yang banyak,
mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa dan
mereka bersedekah dengan kelebihan harta mereka (sedang kami tidak dapat
melakukannya).
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Bukankah Allah telah
menjadikan bagi kalian jalan untuk bersedekah ? Sesungguhnya setiap tashbih
merupakan sedekah, setiap takbir merupakan sedekah, setiap tahmid merupakan
sedekah, setiap tahlil merupakan sedekah, amar ma’ruf nahi munkar merupakan
sedekah dan pada kemaluan kalian terdapat sedekah. Mereka bertanya
: Ya Rasulullah masakah dikatakan berpahala seseorang diantara kami yang
menyalurkan syahwatnya ?, Beliau bersabda : Bagaimana pendapat kalian seandainya
hal tersebut disalurkan dijalan yang haram, bukankah baginya dosa ?, Demikianlah
halnya jika hal tersebut diletakkan pada jalan yang halal,maka baginya
mendapatkan pahala.(HR.Muslim )
Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-42121705888015984842012-06-27T13:52:00.001-07:002012-06-27T13:52:19.569-07:00BADUI YANG UMMI PUN HAPAL AL-QUR’ANBADUI YANG UMMI PUN HAPAL AL-QUR’AN<br />
<br />
<br />
Oleh : DR.Ahmad Alim,Lc,M.A<br />
<br />
Merupakan nikmat yang agung yang saya terima di bulan Sya’ban Tahun ini adalah saya diberi kesempatan oleh Allah untuk mengunjungi tanah suci kembali. Kunjungan kali ini, saya mewakili Universitas Ibn Khaldun Bogor, dalam rangka mengikuti “Daurah Shaifiyah li asatidzah al-lughah al-arabiyyah”, sebuah training internasional untuk dosen-dosen bahasa Arab dan Studi Islam yang di adakan di Universitas Ummul Qura Mekah. Daurah ini pada mulanya digagas oleh Imam Masjidil Haram yaitu Syaikh DR Abdurrahman Sudais, yang disetujui oleh pihak kerajaan, dan diamanahkan kepada Universitas Ummul Qura sebagai pihak pelaksananya. <br />
<br />
Dalam daurah ini, banyak ilmu yang saya dapatkan, lebih-lebih dalam masalah metodologi pengajaran bahasa arab untuk orang non Arab (al-arabiyah lighairi nathiqina biha). Lebih dari itu, rutin setiap selesai pelajaran di kelas, para peserta dibawa oleh pihak universitas untuk mengunjungi situs-situs sejarah tanah suci, dan menapak tilas perjuangan Rasulullah saw dan para shabatnya di Mekah dan Madinah. <br />
<br />
Salah satu kunjungan yang sangat terkesan di benak saya, yaitu kunjungan ke jam’iyyah Tahfidz Al-Qur’an Masjidil Haram, sebuah lembaga tahfidz Al-Qur’an yang terletak di lantai dua masjidil Haram, tepatnya dekat pintu Mailk Fahd. Di situ, kami menyaksikan dua ribu para penghapal Al-Qur’an yang sedang khusyu’ menyetor hapalan mereka, mulai dari anak usia 4 tahun sampai dengan usia manula. Rasa penasaran dan kagum menyelimuti hati saya saat itu, betapa harunya saya melihat anak-anak usia dini melantunkan ayat-ayat Allah dengan begitu fasih dan merdu, saya coba dekati salah satu diantara mereka yang masih belia, kira-kira usia anak SD dan bertanya kepadanya, subhanallah.... ternyata ia dari Burma Mianmar yang sudah hapal Al-Qur’an di usia 10 tahunan.<br />
<br />
Di sela-sela kunjungan, kami ditemani oleh Syaikh DR. Hasan Al-Bukhari,Al-Khafidz., beliau adalah bermarga Bukhari seorang ulama hadist terkenal yang tidak asing dikalangan kaum muslimin dunia. Beliau adalah ulama yang tawadhu, santun, ramah, dan berilmu tinggi. Nasehat-nasehat yang keluar dari lisannya, begitu menggugah jiwa siapa saja yang mendengarnya, bahkan tak jarang dari mereka yang meneteskan air mata, karena terharu dan tersentuh nuraninya. <br />
<br />
Dalam kesempatan tersebut, Syaikh DR Hasan Al-Bukhari menyampaikan nasehat-nasehatnya pada kami tentang keutamaan menghapal Al-Qur'an. Bahwa tidak ada alasan bagi para pencari ilmu untuk tidak hapal Al-Qur’an. Al-Qur’an mudah dihapal, jaminan ini bukan datang dari manusia, tetapi datang langsung dari firman Allah,<br />
<br />
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ<br />
<br />
Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur'an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? (QS.Al-Qamar 54:17)<br />
<br />
Singkatnya, menghapal Al-Qur’an adalah semudah tersenyum. Sulit tidaknya tersenyum adalah tergantung kondisi hati yang bersangkutan. Tentu senyum sulit bagi orang yang hatinya dipenuhi kedengkian, dan sebaliknya, mudah bagi orang yang hatinya tulus dan bebas dari penyakit. Demikian juga dengan Al-Qur’an mudah dihapal bagi orang yang hatinya bersih dan memiliki tekad yang kuat. Sebaliknya sulit bagi orang yang hatinya kotor dan lemah cita-cita.<br />
<br />
Selanjutnya Syaikh Hasan mengisahkan fakta yang dijumpainya di salah satu perkampungan dekat Madinah Munawarah. Saat itu, beliau menyampaikan muhadharah (pengajian) dengan tema keutamaan Al-Qur’an dan menghapalnya. Hadir di situ ratusan warga setempat dengan penuh antusias menyimak apa yang diutarakan oleh syaikh. Selesai pengajian, tiba-tiba ada seorang badui, usianya sudah setengah baya, dengan wajah terharu, dan terbata-bata ia mulai berbicara, "wahai syaikh sesungguhnya aku hanyalah seorang badui yang hanya bisa menggembalakan onta di padang pasir, saya “ummi” alias tidak bisa membaca apalagi menulis, tetapi setelah mendengar nasehat antum tadi, subhanallah hati saya amat terharu, hati kecil saya tergugah dengan lantunan ayat Al-Qur'an, demi Allah saya ingin mengisi sisa umur saya ini dengan Al-Qur'an, tolong syaikh, tolong ajari saya, ajari saya....", Syaikh Hasan menatap wajah badui tersebut dengan mata berkaca-kaca, terharu akan semangat dan antusias yang keluar dari nurani seorang hamba yang jujur dan ikhlas, seraya beliau berkata," walaqad yassarnal qur'ana liddzikri fahal min mudzakir, sungguh Allah telah memudahkan Al-Qur'an untuk dihapal bagi orang-orang yang memang tulus untuk mengambil pelajaran darinya". Sesaat Syaikh Hasan terdiam sejenak, berfikir apa yang harus dilakukan untuk membantu memudahkan hapalan sang badui tersebut. Tidak lama kemudian, beliau berkata, " saudaraku, insyaallah saya akan kesini lagi bertemu denganmu minggu depan, ada sesuatu yang ingin saya hadiahkan untukmu". Mendengar hal itu, sang badui pun menganggukkan kepala, tanda bahwa ia setuju dan sepakat dengan apa yang dijanjikan oleh Syaikh Hasan tersebut. Waktu berlalu, tidak terasa hari yang ditunggu telah tiba. Tampak dari sosok laki-laki yang mengenakan jubah putih yang dilengkapi serban putih terurai di kepala yang tidak lain itu adalah Syaikh hasan, di tangannya tampak bingkisan yang dijanjikan minggu yang lalu, dengan senyum yang begitu khas dan wajah yang begitu ramah syaikh Hasan menyapa seraya berucap assalamu'alaikum ya akhil habib, sambil memeluk sang badui yang sudah sejak tadi menunggunya di depan pintu masjid, "barakallahu fikum, kaifa halukum, hayyakumullah, kaifa ahlikum..... semoga Allah memberkahimu, bagaimana kabarmu, semoga Allah memuliakanmu, bagaimana kabar keluargamu...". Subhanallah..... kata-kata indah yang penuh berkah, penyejuk hati, pelipur jiwa, seakan embun yang menetes di padang pasir yang gersang. Kebiasaan ini sudah menjadi ciri khas syaikh Hasan ketika bertemu murid-muridnya dan juga semua orang yang bertmu dengannya. Marhaban bikum syaikhuna.... ahlan bikum... ucap badui menyambut kedatangan syaikh. Lalu syaikh Hasan menyerahkan satu paket hadiah berupa kaset murattal 30 juz dengan qari’ terkemuka sekaligus imam masjid Nabawi Madinah yaitu Syaikh Ali Abdurrahman Al-Hudzaifi. Setelah satu paket kaset murattal diterima, syaikh hasan berpesan pada sang badui,”dengarkan kaset ini dengan seksama dan hati yang khusyu’, lalu tirukan, dan jangan lupa lakukan itu setiap hari secara berulang-ulang”. <br />
<br />
Setahun kemudian, pihak masjid -dimana sang badui berjama’ah di sana- mengundang Syaikh Hasan untuk kembali menyampaikan ceramah ramadhan. Pada kesempatan kali ini ada satu kejutan yang tak terduga oleh Syaikh Hasan, bahwa di tengah-tengah pengajian berlangsung, tiba-tiba sosok Badui berdiri dan berkata, “jazakumullah semoga Allah membalas kebaikan Syaikh Hasan, saya bersyukur sekali pada Allah yang telah memudahkan saya untuk menghapal Al-Qur’an, walaupun sebenarnya saya adalah orang yang buta huruf yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah, saya hanya modal kaset yang dihadiahkan oleh Syaikh hasan, lalu aku mendengarkannya setiap hari, bersama itu pula hatiku dibukakan untuk dapat menghapalnya”.<br />
<br />
Dari peristiwa ini, banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil, bahwa menghapal Al-Qur’an adalah perkara yang mudah, kemudahan tersebut dapat dimiliki siapa saja yang mau mendapatkannya, dan ini adalah jaminan kemudahan dari Allah. Oleh karena itu, sudah saatnya kita untuk mulai menghapal Al-Qur’an. <br />
<br />
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (الحديد:16) <br />
<br />
"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik" ( QS. Al-Hadiid: 16) <br />
<br />
Ada banyak cara untuk memudahkan kita dalam menghapal Al-Qur’an, diantaranya adalah dengan cara mengulang-ngulang bacaan. Misalnya saja jika kita ingin menghafalkan surat An-Nisa, maka kita bisa mengikuti teori yag dikemukakan oleh Imam Masjid Nabawi Syaikh Dr. Abdul Muhsin Al Qasim berikut ini:<br />
<br />
1- Bacalah ayat pertama 20 kali: <br />
<br />
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا {1}<br />
<br />
2- Bacalah ayat kedua 20 kali:<br />
<br />
وَءَاتُوا الْيَتَامَى أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلاَتَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَى أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا {2}<br />
<br />
3- Bacalah ayat ketiga 20 kali:<br />
<br />
وَإِنْ خِفْتُمْ أّلاَّتُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَى فَانكِحُوا مَاطَابَ لَكُم مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنَى وَثُلاَثَ وَرُبَاعَ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلاَّ تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَامَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ذَلِكَ أَدْنَى أَلاَّتَعُولُوا {3}<br />
<br />
4- Bacalah ayat keempat 20 kali:<br />
<br />
وَءَاتُوا النِّسَآءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِن طِبْنَ لَكُمْ عَن شَىْءٍ مِّنْهُ نَفَسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَّرِيئًا {4}<br />
<br />
5- Kemudian membaca 4 ayat diatas dari awal hingga akhir menggabungkannya sebanyak 20 kali. <br />
<br />
6- Bacalah ayat kelima 20 kali:<br />
<br />
وَلاَتُؤْتُوا السُّفَهَآءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللهُ لَكُمْ قِيَامًا وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {5}<br />
<br />
7- Bacalah ayat keenam 20 kali:<br />
<br />
وَابْتَلُوا الْيَتَامَى حَتَّى إِذَابَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ ءَانَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلاَتَأْكُلُوهَآ إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهَدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَى بِاللهِ حَسِيبًا {6}<br />
<br />
8- Bacalah ayat ketujuh 20 kali:<br />
<br />
لِّلرِّجَالِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبُُ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَاْلأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا {7}<br />
<br />
<br />
<br />
9- Bacalah ayat kedelapan 20 kali:<br />
<br />
وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُوْلُوا الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلاً مَّعْرُوفًا {8}<br />
<br />
10- Kemudian membaca ayat ke 5 hingga ayat ke 8 untuk menggabungkannya sebanyak 20 kali. <br />
<br />
11- Bacalah ayat ke 1 hingga ayat ke 8 sebanyak 20 kali untuk memantapkan hafalannya.<br />
<br />
Demikian seterusnya hingga selesai seluruh al Quran, dan jangan sampai menghafal dalam sehari lebih dari seperdelapan juz, agar tidak berat dalam mengulang dan menjaganya. Selamat mencoba.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-26068956032725534162012-05-21T02:05:00.001-07:002012-05-21T02:05:51.633-07:00KARAKTER NAFS<div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">KARAKTER NAFS</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">DR.Ahmad Alim,LC,M.A</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">1.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs Ammarah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 54pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Definisi nafs ammarah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ammarah secara etimologi bermakna (<span dir="rtl" lang="AR-SA">كثيرة الأمر بالسوء</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>) yaitu banyak memerintahkan pada hal-hal yang tercela.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[1]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs ammarah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menurut istilah adalah tingkatan jiwa yang paling rendah, yang cenderung pada tabi’at jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan sesaat (al-mustahiyah)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan kesenangan hawa nafsu (sl-sahawat), sehingga menjerumuskannya dalam perkara yang munkar.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[2]</span></span></span></span></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">At-Thabari menjelaskan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bahwa tabi’at nafs ammarah adalah selalu memerintahkan segala sesuatu yang sesuai dengan kesenangan hawa nafsu, tanpa melihat apakah kesenangan tersebut diridhai oleh Allah ataukah tidak. Lebih jelasnya, At-Thabari<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berkata :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="rtl"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="rtl"></span>....... تأمرهم بما تهواه ، وإن كان هواها في غير ما فيه رضا الله</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs ammarah selalu memerintahkan pada manusia pada sesuatu yang diinginkan, walaupun keinginan itu, tidak sesuai dengan apa yang diridhai oleh Allah.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[3]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jenis ini, sebagaimana terdapat dalam firman Allah QS. Yusuf : 53</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">مَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">“Dan Aku tidak membebaskan diriku dari nafsu, karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang.” (QS. Yusuf :53)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">As-Syaukani menafsirkan “nafs ammarah” dalam ayat tersebut, sebagai jiwa yang banyak menyuruh pada kejahatan, karena kecondongannya terhadap syahwat. Lebih lanjut, As-Syaukani berkata :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">إن هذا الجنس من الأنفس البشرية شأنه الأمر بالسوء لميله إلى الشهوات ، وتأثيرها بالطبع ، وصعوبة قهرها ، وكفها عن ذلك إلا ما رحم ربي أي إلا من رحم من النفوس فعصمها عن أن تكون أمارة بالسوء</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sesungguhnya nafs jenis ini termasuk dalam kategori nafs manusia yang keadaannya senang memerintahkan pada yang buruk, karena kecenderungannya kepada syahwat, dan kecenderungan terhadap tabi’at jasad, sehingga sulit untuk<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memaksanya dan mengendalikannya, kecuali nafs yang mendapatkan rahmat dari Allah, sehingga dapat terjaga dari hal-hal yang buruk.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[4]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jadi nafs ammarah adalah jiwa yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>paling rendah, yang naturnya cenderung pada hal-hal yang pragmatis, yang berupa syahwat dan kesenangan hawa nafsu, tanpa memikirkan dampak negatif yang diakibatkan darinya. Pemilik jiwa ini paling rentan dijangkiti kotoran-kotoran batin (amradh al-qulub), yang diantaranya adalah sombong, kikir, tamak, hasud, bohong, pamer, munafik, keluh-kesah, malas, buruk sangka, cepat marah, dan dengki dan lain sebagainya.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 54pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo3; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ciri-ciri nafs ammarah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tafridh, yaitu lalai dan melampaui batas</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">supaya jangan ada jiwa yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah ). (QS. Al-Zumar : 56)</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Thawaat, yaitu menghiasi keburukan seakan-akan menjadi kebaikan</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span dir="rtl"></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="rtl"></span>“</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Maka hawa nafsu menghiasi diri Qabil agar membunuh saudaranya, maka kemudian ia membunuhnya, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.” (QS Al-Maidah : 30)</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sawwalat, yaitu menebarkan tipu daya</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">وَجَاءُوا عَلَى قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنْفُسُكُمْ أَمْرًا فَصَبْرٌ جَمِيلٌ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُونَ (18</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span dir="rtl"></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="rtl"></span>“</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Mereka datang membawa baju gamis nya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: ‘Sebenarnya jiwamulah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang membuat tipuan atas perkara <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang di mohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan’”. (QS. Yusuf:18)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">إِنَّ الَّذِينَ ارْتَدُّوا عَلَىٰ أَدْبَارِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى ۙ الشَّيْطَانُ سَوَّلَ لَهُمْ وَأَمْلَىٰ لَهُمْ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span dir="rtl"></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="rtl"></span>“</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syetan telah menjadikan mereka tertipu dan memanjangkan angan-angan mereka.” (QS.Muhammad: 2)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 54pt; mso-add-space: auto; mso-list: l4 level1 lfo3; tab-stops: 75.45pt; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Terapi nafs ammarah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 28pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Agar nafs ammarah kembali pada fitrahnya maka membutuhkan sebuah terapi. Terapi tersebut dikenal dengan istilah al-takhliyah, yang memiliki arti sebuah proses mengosongkan jiwa dari segala kecenderungan yang jelek. Ibn Jauzi menjelaskan bahwa proses tahliyah ini bertujuan untuk membersihkan hati dari segala<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>sifat-sifat yang tercela. Beliau berkata :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 28pt 10pt 35.45pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">تظهير القلب عن أخلاق المذمومة من الحرص والحقد والحسد والكبر وغير ذلك</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>.</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 35.45pt 10pt 28pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tahliyah <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>bertujuan untuk membersihkan hati dari akhlak yang tercela, seperti sifat rakus, iri hati, dengki, sombong, dan penyakit hati yang lainnya.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[5]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 35.45pt 10pt 28pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Senada dengan itu, Imam Nawawi juga menegaskan bahwa pada dasarnya terapi ini <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diarahkan untuk menggapai jiwa yang bersih (nafs thahirah).<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hal itu tidak akan pernah tercapai jika jiwa masih tercampur dengan subhat,<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[6]</span></span></span></span></a> maka dari itu diperlukan usaha untuk senantiasa memperbaikinya dan menjaganya dari segala hal yang akan merusaknya. Lebih jelasnya Imam Nawawi berkata : </span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 28pt 10pt 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">...</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">السعي في صلاح القلب وحمايته من الفساد</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1cm 10pt 28pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bahwa terapi jiwa ini merupakan suatu usaha untuk memperbaiki hati dan menjaganya dari kerusakan.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[7]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Terapi tersebut juga harus diiringi dengan kemurniaan tauhid, dan menjauhi perbuatan syirik,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>karena tauhid adalah benteng terkuat dalam melindungi jiwa dari segala hal yang akan mengotorinya. Sementara syirik berfungsi sebagai<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penghancur benteng tersebut, sehingga jiwa menjadi kotor olehnya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lebih tegasnya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ibn Taimiyah mengatakan :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 28pt 10pt 35.45pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">ولهذا كان التوحيد والإيمان أعظم ما تزكو به النفس، وكان الشرك أعظم ما يدسيها، وتتزكى بالأعمال الصالحة والصدقة</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>.</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 35.45pt 10pt 28pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Maka dari itu, tauhid dan keimanan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>merupakan sesuatu yang paling besar dalam mensucikan jiwa, dan sirik merupakan sesuatu yang paling kotor dalam mengotori jiwa, maka hendaklah membersihkan jiwa dengan amal shaleh dan kesungguhan.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[8]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Selain itu, dalam proses terapi ini diperlukan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mujahadah nafs <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang istiqamah. Mujahadah nafs ini merupakan benteng<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang melindungi seseorang dari serangan hawa nafsu. Bahkan mujahadah nafs menurut Ibn Taimiyah adalah bagian dari jihad yang amat diperlukan bagi setiap muslim, dalam rangka menjaga jiwanya dari fitnah. Ibn Taimiyah berkata :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 28pt 10pt 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">فإذا كانت النفس تهوى وهو ينهاها كان نهيه عبادة للنهيه عبادة لله ، وعملا صالحا، فيؤمر بجهادها كما يؤمر بجهاد من يأمر بالمعاصى ويدعوا إليها ، وهو إلى جهاد نفسه أحوج فإن هذا فرض عين وذاك فرض كفاية .</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 1cm 10pt 28pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Maka apabila jiwa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>condong kepada hawa nafsu, kemudian ia berusaha mencegahnya , maka itu adalah bagian ibadah kepada Allah, dan merupakan wujud dari amal shaleh. Maka dari itu diperintahkah untuk memeranginya sebagaimana diperintahkan untuk memerangi orang yang memerintahkan maksiat dan yang menyeru kepadanya. Memerangi nafsu lebih dibutuhkan , karena itu fardu a’in, sementara memerangi musuh adalah fardu kifayah.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[9]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; tab-stops: 75.45pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">2.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs Lawwamah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Definisi nafs lawwamah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Lawwamah secara etimologi berasal dari kata “laum”, kemudian diikutkan pada bentuk <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mubalaghah wazan “ fa’allah” sehingga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menjadi “ lawwamah” (</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">لُومة</span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>), yang artinya adalah banyak mencela atau menyesali.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn10" name="_ftnref10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[10]</span></span></span></span></a> Celaan atau penyesalan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dari jiwa ini<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diarahkan pada dua hal yaitu: 1) celaan yang mendorong pemiliknya untuk introspeksi atas perbuatan jelek yang pernah ia perbuat, sehingga<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>penyesalan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ini bisa membangkitkan pemiliknya untuk bertaubat dan kembali pada Allah. 2) celaan yang mendorong pemiliknya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>untuk introspeksi atas kelalaiannya dalam melakukan perbutan yang baik, sehingga membangkitkan pemiliknya untuk lebih maksimal dalam melakukan amal.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Kata lawwamah juga berasal dari kata talawwum (</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">تَلَوُّم</span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>) yaitu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>taradud (kebimbangan dan keraguan), yang tidak tetap dalam satu kondisi.<span class="MsoFootnoteReference"> <a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn11" name="_ftnref11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[11]</span></span></span></a></span> Hal itu karena posisi nafs lawwamah berada diantara nafs ammarah dan nafs muthmainnah. Terkadang nafs semacam ini masih terjerumus dalam kemaksiatan, namun ia segera menyesalinya. Dan terkadang pula ia mengamalkan kebaikan, namun jika kebaikan yang ia lakukan tidak maksimal, maka ia akan menyesalinya. Singkatnya,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nafs lawwamah menduduki posisi diantara dua kubu, dimana ia selalu bermuhasabah atas apa yang telah dilakukan, sehingga menuju pendakian derajat yang lebih tinggi yaitu derajat nafs muthmainnah. <a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn12" name="_ftnref12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[12]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jadi, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nafs lawwamah adalah jiwa yang menyesali dirinya sendiri. Yakni ia menyesal ketika melakukan kebaikan, kenapa ia tidak melakukannya dengan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>maksimal, dan juga menyesal ketika melakukan kemungkaran, kenapa ia terjerumus di dalamnya. Ibn A’syur berkata yang menukil pendapat Hasan Al-Bshri,</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">يلوم نفسه على ما فات ويندم ، يلوم نفسه على الشر لم فعله وعلى الخير لم يستكثر منه</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs lawwamah adalah keadaan jiwa yang mencela dirinya atas apa yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>telah lewat, kemudian ia menyesal. Mencela dirinya atas keburukan yang telah dilakukan, mencela dirinya atas kebaikan yang telah dilakukan, kenapa ia tidak melakukannya dengan maksimal.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn13" name="_ftnref13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[13]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Berkaitan dengan nafs lawwamah ini, secara tegas Allah sebutkan dalam QS.al-Qiyamah:2, berikut ini :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَة </span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan aku bersumpah dengan jiwa yang amat menyesali (dirinya sendiri). (QS.al-Qiyamah:2)</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam ayat tersebut, Allah bersumpah dengan jiwa jenis ini sebagai penghormatan atas keadaannya. Karena, ketika Allah bersumpah dengan sesuatu, pasti sesuatu itu menunjukkan keagungan. Ibn Katsir menukil riwayat dari Ibn Abbas, Mujahid, Ibn Jarir, Qatadah dan Para Mufassir lainya, bahwa nafs lawwamah memiliki karakter menyesali diri, baik dalam keburukan, mengapa dirinya mengerjakannya?, maupun<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menyesali dalam kebaikan, mengapa dirinya tidak memperbanyak kebaikan?.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn14" name="_ftnref14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[14]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs lawwamah ini menduduki tingkatan kedua dari tiga tingkatan jiwa.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Pada tingkatan ini,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jiwa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>berusaha melepaskan dirinya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dari kecenderungan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tabi’at jasad yang mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan sesaat (al-mustahiyah)<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dan kesenangan hawa nafsu (sl-sahawat), sehingga ketika ia terjerumus dalam dosa, ia bersegera untuk menyesalinya. Disisi lain, walaupun nafs lawwamah tidak menyukai dorongan-dorongan thobi’i, bahkan ia selalu menyesali dirinya sendiri, akan tetapi dalam mengamalkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kebaikan kebaikan pun,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ia belum dapat menguasai diri sepenuhnya. Kadang-kadang dorongan-dorongan thobi’i mengalahkannya, kemudian ia tergelincir dan jatuh, sehingga kebaikan yang ia lakukan tidak maksimal. Lalu ia menyesali diri sendiri atas kelemahannya tersebut. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Pemilik nafsu ini, setingkat lebih baik dari pada pemilik nafs ammarah. Karena ia masih mengenal intropeksi dirinya (muhasabah), walaupun ia sering jatuh bangun dalam melaksanakan perintah dan menjauhi larangan,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>namun ia tetap bertahan untuk istiqamah dan tetap gigih dalam mencapai kebaikan.</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo6; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ciri-ciri nafs lawwamah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Introspeksi diri (<i>nadzrah</i>)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 18pt 10pt 0cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 18pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, dan hendaklah setiap diri, mengevaluasi kembali apa yang telah dilakukan untuk menata hari esok. Dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kalian kerjakan. (QS Al-Hasyr (59): 18).</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Mendebat dirinya sendiri (<i>jidal</i>)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">يَوْمَ تَأْتِي كُلُّ نَفْسٍ تُجَادِلُ عَن نَّفْسِهَا وَتُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">(Ingatlah) suatu hari (ketika) tiap-tiap diri datang untuk membela dirinya sendiri dan bagi tiap-tiap diri disempurnakan (balasan) apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka tidak dianiaya (dirugikan). (QS. An-Nahl : 111)</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l2 level1 lfo4; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: Symbol; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Menyesali diri (<i>nadam</i>)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">فَتَرَى الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يُسَارِعُونَ فِيهِمْ يَقُولُونَ نَخْشَى أَنْ تُصِيبَنَا دَائِرَةٌ فَعَسَى اللَّهُ أَنْ يَأْتِيَ بِالْفَتْحِ أَوْ أَمْرٍ مِنْ عِنْدِهِ فَيُصْبِحُوا عَلَى مَا أَسَرُّوا فِي أَنْفُسِهِمْ نَادِمِينَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya, bersegera mendekati mereka, seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana”. Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka</span><span dir="rtl"></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="rtl"></span>.</span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span> (QS. Al-Maidah : 52)</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">3.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs Muthmainnah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l3 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Definisi nafs muthmainnah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Muthmainnah secara etimologi berbentuk isim fa’il dari fi’il (<span dir="rtl" lang="AR-SA">اطمأن</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>), yang berarti ketenangan dan ketentraman. Adapun lawan kata dari (<span dir="rtl" lang="AR-SA">اطمأن</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>) adalah (<span dir="rtl" lang="AR-SA">ضطرب</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>) yang berarti keguncangan.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn15" name="_ftnref15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[15]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs muthmainnah adalah jiwa yang telah diberi kesempurnaan nur kalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat tercela (madzmumah), dan menggantikannya dengan sifat-sifat yang terpuji (mahmudah). Jiwa ini selalu berorientasi kepada komponen kalbu untuk mendapatkan kesucian dan menghilangkan segala kotoran, sehingga tercapailah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ketenangan dan ketentraman.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn16" name="_ftnref16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[16]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ibn A’syur dalam Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir mendefinisikan nafs muthmainnah tersebut, dengan jiwa yang mendapatkan dua ketenangan sekaligus, yaitu ketenangan di dunia dengan keimanan yang shadiq, dan ketenangan di akhirat dengan diselamatkannya dari huru hara di akhirat. Lebih lanjut Ibn A’syur berkata :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">أن يكون من سكون النفس بالتصديق لما جاء به القرآن دون تردد ولا اضطراب بال فيكون ثناء على هذه النفس ، ويجوز أن يكون من هدوء النفس بدون خوف ولا فتنة في الآخرة</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span> .</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs muthmainnah adalah jiwa yang tenang dengan keimanan yang shadiq terhadap apa yang datang dari Al-Qur’an, tanpa ada keraguan, dan tanpa ada kegalauan hati. Maka jiwa seperti ini adalah terpuji. Bisa juga, nafs muthmainnah diartikan sebagai jiwa yang tentram, tanpa ada rasa takut, dan tanpa adanya fitnah di akhirat.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn17" name="_ftnref17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[17]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">والاطمئنان : مجاز في طيب النفس وعدم ترددها في مصيرها بالاعتقاد الصحيح فيهم حين أيقنوا في الدنيا بأن ما جاءت به الرسل حق ، فذلك اطمئنان في الدنيا ومن أثره اطمئنانهم يوم القيامة حين يرون مخائل الرضى والسعادة نحوهم ويرون ضد ذلك نحو أهل الشقاء</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span> .</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nafs muthmainnah merupakan majaz dari jiwa yang terbaik (tayyib), dan tidak adanya keraguan dalam dirinya, sebab aqidah yang shahih pada dirinya, ketika dirinya yakin di dunia bahwa apa saja yang dibawa oleh para Rasul adalah haq, demikian itu adalah ketenangan jiwa di dunia. Adapun pada hari kiamat, jiwa tersebut akan mendapatkan ketenangan ketika melihat keridha’an dan kebahagian pada dirinya, dan ketika melihat keguncangan yang menimpa jiwa orang-orang yang celaka.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn18" name="_ftnref18" style="mso-footnote-id: ftn18;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[18]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sementara menurut Ibn Jauzi nafs <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>muthmainah adalah jiwa yang sempurna dan menduduki derajat tertinggi, karena ia adalah jiwa yang telah ridla dan diridlai oleh Allah. Jiwa yang sempurna (nafs muthmainnah) akan selalu memancarkan keimanan, yang akan selalu menghiasi kehidupannya, sehingga hidupnya berjalan di atas jalan yang lurus (sirath al-mustaqim). Demikian juga, jiwa yang sempurna akan melahirkan sikap ridha terhadap ketetapan Allah yang diberlakukan untuk dirinya, sehingga jiwanya akan selalu dihiasi ketenangan dan dijauhkan dari segala bentuk kegelisahan. Tidak hanya itu, jiwa yang sempurna juga akan menjadikan seseorang lebih qana’ah, menerima apa adanya dari segala pemberian Allah, dan mensyukurinya dengan menggunakannya dalam bentuk amal shaleh. Menurut Ibn Jauzi, pada akhirnya jiwa sempurna ini, akan menjadi jiwa yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ridla dan diridlai oleh Allah, yang kelak akan dipannggil untuk menghadap Allah dengan panggilan yang mulia, dengan balasan syurga dan masuk dalam kategori<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hamba-Nya yang pilihan.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn19" name="_ftnref19" style="mso-footnote-id: ftn19;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[19]</span></span></span></span></a><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Hal itu sesuai firman Allah surat Al-fajr ayat 27 -30 sebagai berikut :<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 1cm; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 1cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridla dan diridlai, masuklah kedalam barisan hambaku, dan masuklah kedalam surgaku. (QS.Al-Fajr : 27-30)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Menafsirkan ayat ini, Ibn Jauzi melihat bahwa jiwa muthmai’nah adalah jiwa tertinggi yang mencapai puncak kemuliayaan yang diridhai Allah. Allah memanggilnya dengan seruan yang indah, dan mempersilahkan agar duduk dalam barisan hamba-hamba yang sholeh, kemudian mereka akan dimasukkan ke dalam syurga yang penuh dengan kenikmatan.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn20" name="_ftnref20" style="mso-footnote-id: ftn20;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[20]</span></span></span></span></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sementara para ahli tafsir lainnya, seperti Ibn Abbas, Qatadah,Mujahid, Ibn Zaid, menafsirkan nafs muthmainnah yang terdapat dalam ayat tersebut, sebagai jiwa yang ridha terhadap ketentuan Allah, sehingga jiwa tersebut tenang bersama<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kebenaran (haq), tidak mengalami benturan, kekalutan,kebimbangan, dan keguncangan, karena ia mengetahui jalan bahagia dan ridha di jalan tersebut. Untuk itu, Allah menanggilnya dengan panggilan yang indah, “ kembalilah kepada Rabb-mu dengan ridha dan diridhai. Ia ridha terhadap Allah, dan Allah juga ridha kepadanya. Untuk itu, ia digembirakan dengan kedudukannya di surga, melalui janji Allah, “masuklah kedalam barisan hambaku, dan masuklah kedalam surgaku”. Datangnya kabar gembira ini ketika menjelang kematian, saat dipadang mahsyar, dan saat di syurga.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn21" name="_ftnref21" style="mso-footnote-id: ftn21;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[21]</span></span></span></span></a> </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jadi, nafs muthmainnah pada dasarnya adalah jiwa yang kembali pada fitrahnya, yaitu jiwa yang bertuhid yang mengakui Rabbnya, sehingga ia senantiasa berada dalam ketaatan, dan menjauhi segala apa yang dilarang. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Allah dalam Al-Qur’an, dan Rasulullah saw dalam hadist,</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-family: Calibri;">“</span></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar Rum: 30).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Begitu pula sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ ، كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ » . ثُمَّ يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - ( فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا ) الآيَةَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-family: Calibri;">“</span></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tidaklah seorang anak dilahirkan melainkan di atas fithroh. Ayahnya-lah yang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna, apakah kamu melihat ada yang cacat padanya?” Lantas Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- membacakan ayat (yang artinya), “Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu” (HR. Bukhari no. 1358 dan Muslim no. 2658).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Begitu pula dalam hadits qudsi disebutkan,</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">وَإِنِّى خَلَقْتُ عِبَادِى حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِى مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-family: Calibri;">“</span></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan hunafa’ (islam) semuanya, kemudian syetan memalingkan mereka dari agama mereka, dan mengharamkan atas mereka apa yang Aku halalkan, dan memerintahkan mereka untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak Aku turunkan keterangannya” (HR. Muslim no. 2865)</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dari ayat dan hadist diatas bisa dimengerti bahwa pada hakikatnya jiwa adalah fitrah karena pada hakikatnya manusia terlahir dalam keadaan fitrah (yuladu a’la fitrah). Adapun terjadinya fujur (buruk) dan taqwa (baik) nya, tergantung pendidikannya.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ia menjadi baik karena ada usaha untuk memperbaikinya, dan ia menjadi buruk karena ada usaha yang<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>mengotorinya, maka oleh karena itu diperlukan latihan (riyadhah) untuk selalu menjadikannya baik.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (7) فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (8) قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (9) وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا (10)</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Demi jiwa dan penyempurnaannya, maka Ia mengilhaminya dengan keburukan (fujur) dan kebaikan (taqwa), sungguh sangat beruntung orang yang membersihkannya, dan sangat rugi orang yang mengotorinya. (QS. Al-Syams : 7-10)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">قد أفلح من زكّى نفسه بطاعة الله وصالح الأعمال ، وأصلحها وطهرها من الذنوب</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>.</span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 35.45pt 10pt 0cm; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Sungguh sangat beruntung orang yang mensucikan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>jiwanya, dengan ketaatan kepad Allah dan beramal shaleh, serta memperbaikinya dan membersihkannya dari segala dosa.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn22" name="_ftnref22" style="mso-footnote-id: ftn22;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[22]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l3 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ciri-ciri <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>nafs muthmainnah</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jiwa ini,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>memiliki tiga ciri <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pokok yaitu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pertama, tertanam iman yang kuat (<span dir="rtl" lang="AR-SA">المطمئنة بالإيمان</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> ), kedua, selalu ridha terhadap qadha qadar Allah swt (<span dir="rtl" lang="AR-SA">الراضية بقضاء الله</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>),dan ketiga, yakin akan apa yang telah di janjikan oleh Allah ( <span dir="rtl" lang="AR-SA">الموقنة بما وعد الله</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>).</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tiga kriteria jiwa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>muthmainnah tersebut, sebagaimana dijelaskan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>oleh Al-Thabrani dalam mu’jam Al-Kabir, bahwa jiwa muthmainnah akan senantiasa beriman pada hari akhir, dimana setiap hamba akan berjumpa dengan Rabb semesta alam (<span dir="rtl" lang="AR-SA">تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>), jiwa muthmainnah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>juga akan selalu dihiasi dengan sifat ridha yang mengalir kedalam dirinya, sehingga dirinya mampu lapang dalam menerima ketetapan Allah, baik berupa musibah maupun ganjaran (<span dir="rtl" lang="AR-SA">تَرْضَى بِقَضَائِكَ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>), demikian pula jiwa muthmainnah akan tetap qana’ah atas pemberian Allah, baik yang sedikit maupun yang banyak (<span dir="rtl" lang="AR-SA">تَقْنَعُ</span><span dir="ltr"></span><span lang="AR-SA"><span dir="ltr"></span> <span dir="rtl">بِعَطَائِكَ</span></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>).<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn23" name="_ftnref23" style="mso-footnote-id: ftn23;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[23]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hadist yang diriwayatkan oleh Abi Umamah, Nabi Saw menjelaskan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kepada kita tiga ciri nafs muthmainnah, yaitu :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 35.45pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">أَنّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ لِرَجُلٍ : قُلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ نَفْسًا بِكَ مُطْمَئِنَّةً , تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ ، وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ ، وَتَقْنَعُ بِعَطَائِك</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 35.45pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Bahwasanya Nabi saw berkata kepada seorang sahabat : katakan “ Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadamu jiwa yang tenang, yang beriman dengan hari pertemuan denganmu, ridha terhadap ketetapanmu, dan qana’ah terhadap pemberianmu”.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn24" name="_ftnref24" style="mso-footnote-id: ftn24;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[24]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dari hadist tersebut, Rasulallah Saw menegaskan, bahwa ciri utama nafs muthmainnah ada tiga ciri pokok, yaitu<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(1) jiwa yang beriman akan pertemuan dengan Allah, (2) ridha terhadap takdir, dan (3) qana’ah terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 1cm;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Perincian ciri-ciri nafs muthmainnah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tersebut adalah sebagai berikut :</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l5 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jiwa yang beriman akan pertemuan dengan Allah</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">الَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ الله أَلَا بِذِكْرِ الله تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi<span dir="rtl"></span><span dir="rtl"><span dir="rtl"></span> </span>tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan<span dir="rtl"></span><span dir="rtl"><span dir="rtl"></span> </span>mengingat Allah -lah hati menjadi tenteram<span dir="rtl"></span><span dir="rtl" lang="AR-SA"><span dir="rtl"></span>.</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> (QS. Al-Ra’du: 28).</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">وَاسْتَعِينُواْ بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Dan mintalah pertolongan ( kepada ) Allah dengan sabar dan sholat.Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ , ( yaitu ) orang-orang yang menyakini , bahwa mereka akan menemui Robb-nya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. ( QS. Al Baqarah : 45 -46 )</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS.Al-Anfal : 2):</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l5 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jiwa yang ridha terhadap takdir</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Rasulullah Saw. bersabda, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Swt. daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu.’ Tetapi katakanlah, ‘lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya.’ Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan setan.’” (HR. Muslim, Ibnu Majah dan Imam Ahmad)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">عجبا لأمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك لأحد إلا للمؤمن إن أصابته سراء شكر فكان خيرا له وإن أصابته ضراء صبر فكان خيرا له</span><span dir="ltr" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Perkara orang mukmin mengangumkan, sesungguhnya semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang mukmin. Bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya dan bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya. (HR.Muslim, no.2999)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%; unicode-bidi: embed;"><span dir="rtl"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="rtl"></span>...وَأَسْأَلُكَ نَعِيْمًا لاَيَنْفَدُ وَقُرَّةَ عَيْنٍ لاَتَنْقَطِعُ وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بِالْقَضَاءِ</span></div><div class="MsoEndnoteText" style="direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: left; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr"></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>"…dan aku memohon kepada-Mu kenikmatan yang tidak pernah pudar, kesejukan mata yang tidak pernah terputus, dan aku memohon kepada-Mu keridhaan terhadap qadha`."(</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">HR.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Nasa`i</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">,</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">no. 1238</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">)</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l5 level1 lfo5; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: "Times New Roman"; mso-fareast-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Jiwa yang qana’ah<span dir="rtl" lang="AR-SA"></span></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ </span></div><div class="MsoEndnoteText" style="direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr"></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>“Sungguh beruntung orang yang beragama Islam, diberi rizqi secara cukup, dan Allah memberikannya sifat qana’ah terhadap apa yang diberikan Allah </span><span lang="EN-US" style="font-family: "AGA Arabesque"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-char-type: symbol; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi; mso-symbol-font-family: "AGA Arabesque";"><span style="mso-char-type: symbol; mso-symbol-font-family: "AGA Arabesque";">I</span></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> kepadanya.”(Muslim</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">,</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> no. 1054</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">مَنْ أَصْبَحَ آمِنًا فِى سِرْبِهِ, مُعَافًى فِى بَدَنِهِ, عِنْدَهُ قُوْتُ يَوْمِهِ, فَكَأَنَّمَا حِيْزَتْ لَهُ الدُّنْيَا</span></div><div class="MsoEndnoteText" style="direction: ltr; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr"></span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>“Barangsiapa yang<span dir="rtl"></span><span dir="rtl"><span dir="rtl"></span> </span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di pagi hari merasa aman dalam hidupnya, sehat badannya, dan mempunyai makanan di harinya, maka seolah-olah telah diberikan dunia kepadanya.” (</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">HR.</span><span lang="EN-US" style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Tirmidzi,no. 1913/2463)</span><span style="font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: "Times New Roman"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-font-family: "Times New Roman"; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">ليْسَ الْغِنَى عَنْ كَثْرَةِ الْعَرْضِ وَلكِنَّ الْغِنَى غِنَى النَّفْسِ</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;"><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>"Kaya yang sebenarnya bukanlah kaya harta benda, akan tetapi kaya yang sebenarnya adalah kaya jiwa." (HR.Bukhari,no. 6446)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">وَكُنْ قَنِعًا تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;"><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>"Dan jadilah engkau orang yang bersifat qana'ah, niscaya engkau menjadi manusia paling bersyukur." (HR. Buhari, no. 4580)</span></div><div style="mso-element: footnote-list;"><br clear="all" /><hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[1]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn A’syur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir, Dar Al-Sahnun, Vol.14, hlm.5</span></span></div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[2]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, Beirut : Dar Al-Fikr, Vol.9, hlm.183</span></span></div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[3]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- At-Thabari, Tafsir Al-Thabari, Dar Al-Ma’arif, Vol.16, hlm.53</span></span></div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[4]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- As-Syaukani, Fath Al-Qadir, Dar Ma’rifah, 2004, hlm.701</span></span></div></div><div id="ftn5" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[5]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Ibid, hlm. 592</span></span></div></div><div id="ftn6" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt 49.65pt; text-align: justify; text-indent: -13.65pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[6]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> -<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Kemudian Iman Nawawi berargumentasi<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dengan hadist yang diriwayatkan An-Nu'man bin Basyir bahwa<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Rasulullah saw. Bersabda : </span></span></div><div class="MsoFootnoteText" dir="rtl" style="direction: rtl; margin: 0cm 0cm 0pt 49.65pt; text-align: justify; unicode-bidi: embed;"><span style="font-size: x-small;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">إن الحلال بين وإن الحرام بين وبينهما مشتبهات لا يعلمهن كثير من الناس فمن اتقى الشبهات استبرأ لدينه وعرضه ومن وقع في الشبهات وقع في الحرام كالراعي يرعى حول الحمى يوشك أن يرتع فيه ألا وإن لكل ملك حمى ألا وإن حمى الله محارمه ألا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span dir="ltr"></span>.</span></span></div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 49.65pt 0pt 0cm; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 4.75pt 0pt 49.65pt; text-align: justify;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;">Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila sekerat daging itu rusak, maka seluruh tubuh itu pun rusak. Ketahuilah, dia itu adalah hati. (HR. Muslim, no.1599) lihat ( Yahya Ibn Syaraf Abu Zakaria Nawawi, <i>Sarh Shahih Muslim</i>, tt. Dar Al-Khair, 1996,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hlm. 207 )</span></span></div></div><div id="ftn7" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[7]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Yahya Ibn Syaraf Abu Zakaria Nawawi, <i>Sarh Shahih Muslim</i>, tt. Dar Al-Khair, 1996,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hlm.209</span></span></div></div><div id="ftn8" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[8]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Ibn Taimiyah, <i>Majmu Fatawa,</i> beirut : Dar Arabiyah, 1398 H, Vol. 10,hlm.632</span></span></div></div><div id="ftn9" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[9]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Ibid, hlm.635</span></span></div></div><div id="ftn10" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref10" name="_ftn10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[10]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn A’syur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir, Dar Al-Sahnun, Vol.30, hlm.339</span></span></div></div><div id="ftn11" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref11" name="_ftn11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[11]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn Qayyim, Al-Ruh, Beirut : Dar Al-Fikr, 1992, hlm.220-221</span></span></div></div><div id="ftn12" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref12" name="_ftn12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[12]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn A’syur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir, Dar Al-Sahnun, Vol.30, hlm.339</span></span></div></div><div id="ftn13" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref13" name="_ftn13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[13]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn A’syur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir, Dar Al-Sahnun, Vol.30, hlm.339</span></span></div></div><div id="ftn14" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref14" name="_ftn14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[14]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Dar Al-Taibah, 2002, Vol.8, hlm. 276</span></span></div></div><div id="ftn15" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref15" name="_ftn15" style="mso-footnote-id: ftn15;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[15]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn A’syur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir, Dar Al-Sahnun, Vol.25, hlm.341</span></span></div></div><div id="ftn16" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref16" name="_ftn16" style="mso-footnote-id: ftn16;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[16]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Abdul Razaq al-Kalsyani, Mu’jam Isthilahat al-syufiyah, Kairo : Dar al-I’nad, 1992, hlm.116</span></span></div></div><div id="ftn17" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref17" name="_ftn17" style="mso-footnote-id: ftn17;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[17]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn A’syur, Tafsir Al-Tahrir wa Al-Tanwir, Dar Al-Sahnun, Vol.25, hlm.341</span></span></div></div><div id="ftn18" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref18" name="_ftn18" style="mso-footnote-id: ftn18;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[18]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibid</span></span></div></div><div id="ftn19" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref19" name="_ftn19" style="mso-footnote-id: ftn19;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[19]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> - Ib</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">id</span></span></div></div><div id="ftn20" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref20" name="_ftn20" style="mso-footnote-id: ftn20;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[20]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> - Ibn Jauzi, <i>Zad Al-Masir</i>,</span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Vol.IX, </span><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>hlm. </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">123</span></span></div></div><div id="ftn21" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref21" name="_ftn21" style="mso-footnote-id: ftn21;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[21]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- Ibn Katsir, Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim, Vol.4, hlm.510</span></span></div></div><div id="ftn22" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref22" name="_ftn22" style="mso-footnote-id: ftn22;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[22]</span></span></span></span></span></a><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> -<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Ibn Jauzi, <i>Zad Al-Masir fii Ilm Tafsir</i>,<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Beirut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah, 1994, vol.VIII, hlm. 271 </span></span></div></div><div id="ftn23" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref23" name="_ftn23" style="mso-footnote-id: ftn23;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[23]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- HR. Al-Thabrani, <i>Al-Mu’jam Al-Kabir</i>, no. 7365</span></span></div></div><div id="ftn24" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 36pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref24" name="_ftn24" style="mso-footnote-id: ftn24;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[24]</span></span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span lang="EN-US" style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">- HR. Thabrani, <i>Al-kabir</i>, Vol.VIII, hlm.99</span></span></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-53867602564768015902012-05-20T20:42:00.001-07:002012-05-20T20:42:04.826-07:00BEASISWA S2 KADER ULAMA UNIV IBN KHALDUN BOGORBAGI ANDA YANG INGIN BERGABUNG DALAM PROGAM KADERISASI ULAMA UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR, SILAHKAN MENDAFTAR DAN PENUHI PERSYARATANNYA. PROGAM INI DIPERUNTUKKAN BAGI PARA PEJUANG YANG SIAP MENGAWAL AKIDAH UMAT DI MASA MENDATANG DARI BELITAN PAHAM LIBERAL DAN SYIAH.<br />
<br />
<a href="http://ppsuika.ac.id/2012/05/beasiswa-s2-kaderisasi-ulama-universitas-ibn-khaldun-dibuka/">http://ppsuika.ac.id/2012/05/beasiswa-s2-kaderisasi-ulama-universitas-ibn-khaldun-dibuka/</a>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-53183335046901908502012-05-20T20:32:00.001-07:002012-05-20T20:32:31.538-07:00Lesbian Dan Pengaruhnya Terhadap Ibadah dan Muamalah<div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Oleh : Dr. Ahmad Alim, Lc,M.A</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Akhir-akhir ini masalah lesbian telah menarik perhatian masyarakat luas, baik dari<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kalangan media,akademisi, pengamat politik, bahkan menjadi topik hangat dalam kampanye Obama, Sehingga dapat dikatakan bahwa bahasan ini<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>telah menjadi semacam <i>topic of the day</i> yang tercermin dalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>diskusi atau seminar forum-forum akademik intelektual, orasi ilmiyah, bahkan merambah sampai ke hotel, kantor-kantor , atau tempat-tempat yang pada awalnya asing dengan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>segala hal yang berbau topik ini.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: "Times New Roman"; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Oleh karena itu penting kiranya, kita membahas topik ini dalam persepektif hukum Islam dan ijtihad para ulama.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 36pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt;"><br />
</div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: center;"><br />
</div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">A.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Definisi Lesbian</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Istilah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>lesbian dalam<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Lisaanul ‘Arab<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>disebut<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">اَلسَّحْقُ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> </span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang artinya ialah lembut dan yang halus, kemudian <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kata ini berkembang darinya<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>istilah<span style="mso-spacerun: yes;"> </span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">مُسَاحَقَةُ النِّسَاءِ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>yang berarti hubungan badan yang dilakukan oleh dua orang wanita sebagaimana yang dilakukan oleh kaum luth(gay).<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn1" name="_ftnref1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[1]</span></span></span></span></a> Sebagian ulama seperti Imam Alusy menyamakan antara sihaq(lesbi) dengan perilaku kaum luth (gay), karena <i>illah</i> (alasan) perbuatannya sama, yaitu penyimpangan seksual yang dilaknat oleh agama.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn2" name="_ftnref2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[2]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Kedua perilaku menyimpang ini, baik lesbi dan gay sama-sama dikutuk oleh Islam. Oleh karenanya Rasulullah telah memberikan peringatan kepada umatnya agar menjauhi perbuatan ini. Hal itu sebagaimana yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah perbuatan kaum Luth”.(HR. Ibnu Majah : 2563). Dalam hadist yang lain, Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw bersabda : “Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth, (beliau mengulanginya sebanyak tiga kali)”. (HR Nasa’i,No. 7337)</span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">B.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Hukum Lesbian</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Ulama telah sepakat bahwa praktek lesbi adalah haram secara mutlak, dan tidak ada khilaf diantara mereka dalam masalah ini, bahkan perbuatan ini disebut sebagai zina perempuan(</span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">زِنَى النِّسَاءِ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>). Hal itu berdasarkan sabda Nabi salallahu alaihi wasallam,</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">" </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">السحاق زنى النساء بينهن ".</span><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Praktek lesbi adalah zina perempuan diantara mereka.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn3" name="_ftnref3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[3]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Dalam hadist yang lain, Nabi salallahu alaihi wasallam bersabda,</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">” </span><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">إِذَا أَتَتِ الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ فَهُمَا زَانِيَتَانِ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> “</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Apabila seorang wanita mendatangi (menyetubuhi) seorang wanita maka keduanya berzina.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn4" name="_ftnref4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[4]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Menyimpulkan hadist tersebut, Ibn Hajar menggolongkan perbuatan lesbian ini sebagai bentuk penyimpangan fitrah manusia, dan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>pelakunya termasuk dalam <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kategori pelaku <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>dosa-dosa besar yang mewajibkan baginya untuk segera bertaubat kepada Allah.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn5" name="_ftnref5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[5]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraph" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">C.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Hukuman Bagi Pelaku Lesbi</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Ulama telah sepakat bahwa hukuman bagi pelaku sihaq (lesbi) adalah ta’zir, dimana pemerintah yang memiliki wewenang untuk menentukan hukuman yang paling tepat, sehingga bisa memberikan efek jera bagi pelaku perbuatan haram ini. Ibn Qayyim berkata dalam Al-Jawab Al-Kafi sebagaimana berikut :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">وَلَكِنْ لاَ يَجِبُ الْحَدُّ بِذَلِكَ لِعَدَمِ الإِيْلاَجِ، وَإِنْ أُطْلِقَ عَلَيِهِمَا اسْمُ الزِّنَا الْعَامُ </span><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Akan tetapi, tidaklah wajib padanya (yaitu dalam perbuatan lesbi) hukuman (bunuh) karena tidak adanya <i>ilajj</i> walaupun disematkan kepada keduanya (yakni homo dan lesbi) nama zina secara umum.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn6" name="_ftnref6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[6]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Ibn Qudamah dalam Al-Mughni mengatakan :</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">وَإِنْ تَدَالَكَتْ امْرَأَتَانِ، فَهُمَا زَانِيَتَانِ مَلْعُونَتَانِ; لِمَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم أَنَّهُ قَالَ: إذَا أَتَتْ الْمَرْأَةُ الْمَرْأَةَ، فَهُمَا زَانِيَتَانِ. وَلا حَدَّ عَلَيْهِمَا لأَنَّهُ لا يَتَضَمَّنُ إيلاجًا يعني الجماع. فَأَشْبَهَ الْمُبَاشَرَةَ دُونَ الْفَرْجِ، وَعَلَيْهِمَا التَّعْزِيرُ. انتهى</span><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Apabila dua perempuan saling bergesekan (lesbi), maka keduanya adalah berzina yang dilaknat, karena telah diriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda :” jika perempuan mendatangi perempuan, maka keduanya adalah berzina”. Keduanya tidak di<i>hadd, </i>karena tidak adanya <i>ilajj </i>yaitu jimak. Maka hal itu serupa dengan mubasyaroh ( </span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">مُبَاشَرَةٌ</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span> )tanpa farji dan keduanya harus dita’zir.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn7" name="_ftnref7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[7]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Apabila hukuman<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ta’zir tersebut tidak terlaksana di dunia, maka hukuman tersebut akan dilaksanakan di Akhirat. Dalam hal ini Allah berfirman : </span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَقُّ</span><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span dir="rtl"></span><span dir="rtl"></span><span dir="rtl" lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span dir="rtl"></span><span dir="rtl"></span>“</span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 34)</span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l1 level1 lfo1; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">D.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Pengaruh Praktek Lesbian Terhadap Ibadah dan Muamalah</span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">a.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Legalisasi lesbian melalui media,buku,seminar, adalah merupakan bentuk kekufuran dan pemurtadan, dan itu oleh Rasulullah salallahu alaihi wasallam disebut sebagai “Duat Ila Abwabi Jahanam” (mengajak kepintu jahanam). </span><span style="font-family: "Bookman Old Style", "serif"; mso-bidi-font-family: "KFGQPC Uthman Taha Naskh";">Beliau bersabda:</span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"></span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; tab-stops: 36.0pt right 63.0pt; text-align: right; unicode-bidi: embed;"><span style="font-family: Calibri;"><span lang="AR-SA" style="color: maroon; font-family: "KFGQPC Uthman Taha Naskh"; font-size: 16pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: "Bookman Old Style"; mso-hansi-font-family: "Bookman Old Style";">قال رسول الله<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>: (دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ, مَنْ أَطَاعَهُمْ قَذَفُوْهُ فِيْهَا)</span><span dir="ltr" style="color: maroon; font-size: 16pt; line-height: 150%;"></span></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; tab-stops: 36.0pt right 63.0pt; text-align: justify; text-justify: kashida; text-kashida: 0%;"><span style="font-family: "Bookman Old Style", "serif"; mso-bidi-font-family: "KFGQPC Uthman Taha Naskh";"><span style="mso-tab-count: 1;"> </span>"<i>Para penyeru menuju pintu neraka jahanam, barangsiapa yang taat kepada mereka niscaya mereka menjerumuskannya di dalamnya</i>."<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn8" name="_ftnref8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Bookman Old Style", "serif"; font-size: 11pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-bidi-font-family: "KFGQPC Uthman Taha Naskh"; mso-bidi-language: AR-SA; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin;">[8]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; text-align: justify;"><br />
</div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">b.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Pernikahan lesbian termasuk dalam kategori nikah sejenis dan hukumnya batal dan tidak sah secara hukum Islam karena telah keluar dari <i>Al-Maqasid Al-Syar’iyyah Al-Kubra</i> yaitu hifdz al-nasl (melestarikan keturunan).<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn9" name="_ftnref9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[9]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">c.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Perilaku lesbi dapat membatalkan wudhu. Imam Malik berkata : </span></div><div class="MsoNormal" dir="rtl" style="direction: rtl; line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt; unicode-bidi: embed;"><span lang="AR-SA" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-font-family: Cambria; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-font-family: Cambria; mso-hansi-theme-font: major-latin;">لَمْسُ امْرَأَةٍ لأِخْرَى بِشَهْوَةٍ يَنْقُضُ الْوُضُوءَ، لأِنَّ كُلًّا مِنْهُمَا تَلْتَذُّ بِالأْخْرَى</span><span dir="ltr" style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Menyentuh wanita sesama wanita jika diiringi dengan syahwat, maka hal itu dapat membatalkan wudhu, karena keduanya saling merasakan kenikmatan birahi.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn10" name="_ftnref10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[10]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">d.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Pelaku lesbiditolak <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>kesaksiaannya di pengadilan, karena termasuk wanita yang fasik. Sebagaimana yang telah maklum bahwa syarat menjadi saksi adalah adil(al-a’dalah), sementara perilaku sihaq (lesbi) mengeluarkan pelakunya dari sifat <i>Al-adalah</i> menuju kefasikan sehingga persaksian tidak sah dengan sifat fasik yang melekat padanya.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn11" name="_ftnref11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[11]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">e.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Pelaku sihaq (lesbi) dilarang memandang dan bergaul dengan <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>wanita muslimah, sebagaimana laki-laki yang memandang wanita yang bukan mahramnya, karena dikhawatirkan terjadinya fitnah.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn12" name="_ftnref12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[12]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 0pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">f.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Wajib mandi. Yakni jika pelaku sihaq (lesbi) tersebut terjadi inzal (keluar mani) maka baginya kewajiban untuk mandi hadast besar.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn13" name="_ftnref13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[13]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt 36pt; mso-list: l0 level1 lfo2; text-align: justify; text-indent: -18pt;"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Cambria; mso-bidi-theme-font: major-latin; mso-fareast-font-family: Cambria; mso-fareast-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;"><span style="mso-list: Ignore;">g.<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span dir="ltr"></span><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 150%; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">Membatalkan puasa. Yakni praktek sihaq ini dapat membatalkan puasa jika terjadi inzal(keluar mani), dan baginya wajib membayar kafarat puasa ramadhan.<a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftn14" name="_ftnref14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Cambria", "serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-latin;">[14]</span></span></span></span></a></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><br />
</div><div class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify;"><br />
</div><div style="mso-element: footnote-list;"><br clear="all" /><hr align="left" size="1" width="33%" /><div id="ftn1" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref1" name="_ftn1" style="mso-footnote-id: ftn1;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[1]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Ibn Mandzur, Lisan Al-A’rab, Madah : (<span dir="rtl" lang="AR-SA">سحق</span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span>)</span></span></div></div><div id="ftn2" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref2" name="_ftn2" style="mso-footnote-id: ftn2;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[2]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Alusy, Ruhul Ma’ani, Volume VIII, hlm. 172-173</span></div></div><div id="ftn3" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 10pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref3" name="_ftn3" style="mso-footnote-id: ftn3;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[3]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"> - Hadist ini dikeluarkan oleh Khathib Al-Baghdadi, Tarikh Baghdad, Pustaka Dar Al-Sa’adah, Vol.IX,hlm.30</span></div></div><div id="ftn4" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref4" name="_ftn4" style="mso-footnote-id: ftn4;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[4]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Ibn Qayyim, Al-Jawab Al-Kafi, Dar Al-Ma’rifah,1997, hlm.177</span></span></div></div><div id="ftn5" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-align: justify; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref5" name="_ftn5" style="mso-footnote-id: ftn5;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">[5]</span></span></span></span></span></a><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;"><span style="font-size: x-small;"> - Ibn Hajar, Al-Zawajir A’n Iqtiraf <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Al-Kaba’ir, Mesir : Al-Azhariyyah Al-Mishriyyah,1325H, Vol.2,hlm.119</span></span></div></div><div id="ftn6" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref6" name="_ftn6" style="mso-footnote-id: ftn6;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[6]</span></span></span></span></a><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Calibri;"> - </span><span style="font-family: "Times New Roman", "serif"; mso-ascii-theme-font: major-bidi; mso-bidi-theme-font: major-bidi; mso-hansi-theme-font: major-bidi;">Ibn Qayyim, Al-Jawab Al-Kafi, Dar Al-Ma’rifah,1997, hlm.177</span></span></div></div><div id="ftn7" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref7" name="_ftn7" style="mso-footnote-id: ftn7;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[7]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Ibn Qudamah,Al-Mughni, Vol.10, hlm.162</span></div></div><div id="ftn8" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref8" name="_ftn8" style="mso-footnote-id: ftn8;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[8]</span></span></span></span></a><span dir="rtl"></span><span dir="rtl"></span><span dir="rtl" style="font-family: "Arial", "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span dir="rtl"></span><span dir="rtl"></span><span style="font-size: x-small;"> </span></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span dir="ltr"></span><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: Calibri;"><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Al-Bukhari 3606, 7084 Muslim 1847</span></span></div></div><div id="ftn9" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref9" name="_ftn9" style="mso-footnote-id: ftn9;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[9]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Izz Al-Din Abd Al-Salam, Al-Qawaid Al-Kubra,Damaskus : Dar AL-Qalam,hlm.15</span></div></div><div id="ftn10" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref10" name="_ftn10" style="mso-footnote-id: ftn10;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[10]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Ibn Abidin, Hasyiah Ibn Abidin,Dar Ihya’ Al-Turast Al-Arabi,Vol.I, hlm.99</span></div></div><div id="ftn11" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref11" name="_ftn11" style="mso-footnote-id: ftn11;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[11]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Ibn Abidin, Hasyiah Ibn Abidin,Dar Ihya’ Al-Turast Al-Arabi,Vol.IV, hlm.238</span></div></div><div id="ftn12" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref12" name="_ftn12" style="mso-footnote-id: ftn12;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[12]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Ibn Abidin, Hasyiah Ibn Abidin,Dar Ihya’ Al-Turast Al-Arabi,Vol.V, hlm.238</span></div></div><div id="ftn13" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref13" name="_ftn13" style="mso-footnote-id: ftn13;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[13]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Ibn Abidin, Hasyiah Ibn Abidin,Dar Ihya’ Al-Turast Al-Arabi,Vol.I, hlm.107</span></div></div><div id="ftn14" style="mso-element: footnote;"><div class="MsoFootnoteText" style="margin: 0cm 0cm 0pt; text-indent: 18pt;"><a href="http://www.blogger.com/blog-this.g#_ftnref14" name="_ftn14" style="mso-footnote-id: ftn14;" title=""><span class="MsoFootnoteReference"><span style="mso-special-character: footnote;"><span class="MsoFootnoteReference"><span style="font-family: "Calibri", "sans-serif"; font-size: 10pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-language: AR-SA; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-fareast-font-family: Calibri; mso-fareast-language: EN-US; mso-fareast-theme-font: minor-latin; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">[14]</span></span></span></span></a><span style="font-family: Calibri; font-size: x-small;"> - Ibn Abidin, Hasyiah Ibn Abidin,Dar Ihya’ Al-Turast Al-Arabi,Vol.2, hlm.100</span></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-2316683031064174062.post-42870647412491267402011-12-27T17:20:00.001-08:002011-12-27T17:23:40.376-08:00DR. AHMAD ALIM : Berkat Nadzar Sang IbuProfil ini dimuat di Harian Umum REPUBLIKA 15 Desember 2011<br />oleh : Irfan Habibie, ST, santri PPMS Ulil Albab; alumnus Teknik Kimia ITB <br /><br />Tanggal 10 Desember 2011, bisa dikatakan hari yang sangat istimewa bagi Dr. Ahmad Alim. Anak kampung ini berhasil lulus mempertahankan disertasi doktomya dan menjadi seorang doktor termuda serta tercepat di Universitas Ibn Khaldun (UIKA) Bogor dengan predikat cum laude . Salah satu pengujinya yaitu Prof DrAhmad Tafsir, pakar pendidikan dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung memuji Disertasi dan keilmuannya. "UIKA kini memiliki pakar tentang Ibn Jauzi," kata Prof Ahmad Tafsir.<br />Pada sidang terbuka tersebut, Ahmad Alim mempertahankan Disertasinya yang berjudul "Pendidikan Jiwa Ibn Jauzi dan Relevansinya terhadap Pendidikan Spiritual Manusia Modern". Ia menjawab semua pertanyaan para penguji dengan tangkas dan lancar. Tim penguji disertasi terdiri atas Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin, MS, Prof. Dr. Ahmad Tafsir, Prof. Dr. H. Didin Saifudin Bukhari,MA, Dr. H. Adian Husaini,Msi, dan Dr.H.Ibdalsyah,MA.<br />Melalui disertasi ini, Dr. Alim menawarkan solusi Pendidikan Jiwa berdasarkan konsep yang disusun oleh seorang ulama besar bernama Ibn Jauzi. Memang, untuk menyelesaikan disertasinya, Alim harus bekerja keras. Dia melakukan penelitian di berbagai perpustakaan, termasuk di Universitas Islam Madinah dan Universitas Ummul Qura Mekkah. "Saya sudah mengecek, belum ada yang menulis masalah ini," papar Alim.<br />Dr Ahmad Alim, sehari-hari lebih akrab dipanggil Ustadz Alim. Maklum, sembari menyelesaikan program doktoralnya, ia juga dipercaya oleh Prof Dr Didin Hafidhuddin menjadi pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa dan Sarjana (PPMS) Ulil Albaab Bogor - sebuah pesantren yang didirikan oleh Mohammad Natsir, tahun 1987.<br />Ahmad Ahm selama ini sudah dikenal "haus ilmu". Sejarah pendidikannya tidak terlepas dari nadzar sang ibunya sendiri, yang merupakan seorang perempuan yang buta huruf. Sang Ibu adalah seorang anak yatim piatu sejak kecil. Kakak-kakaknya diambil dan diasuh orang, sedang ia sendiri tidak. Perempuan itu hidup terlantar dalam keadaan miskin. Karena tidak ada biaya, ia keluar sekolah ketika kelas dua SD. Semenjak itu, ia mencari uang sendiri dengan berjualan daun pisang serta ikut menanam padi di sawah.<br />Ayah Alim pun bukan orang yang berpendidikan. Sama seperti ibunya yang tidak lulus sekolah dasar. Hal inilah yang -menurut Alim - kadang membuatnya heran, mengapa ia diberi nama Ahmad Alim yang artinya "pujian kepada Allah hamba yang berilmu". Padahal kedua orang tuanya itu tidak bisa bahasa Arab. Ketika ditanyakan tentang hal itu, sang ayah berkata, " nama itu pemberian dari seorang Kyai yang merespon nadzar Ibumu".<br /><br />Diwakafkan Sang Ibu<br /><br />Ahmad Alim lahir di Rembang, 28 Februari 1982. Saat kecil, Alim sering sakit-sakitan. Bahkan, kabarnya, ia baru bisa berjalan setelah 21 bulan. Padahal bayi normal biasanya sudah bisa berjalan umur 9-10 bulan. Ibu Alim sangat sedih. Saat itulah Sang Ibu berdoa, "Ya Allah, Jika anak saya ini tetap hidup dan bisa berjalan, anak ini saya wakafkan untuk sekolah bahkan setinggi-tingginya yang tidak ada di kampung ini."<br />Alasan yang mendorong mengapa sang ibu sangat perhatian pada pendidikan adalah kakek Alim yang merupakan pejuang dan guru ngaji di zaman Belanda. Jadi sang ibu sempat protes mengapa anak-anak seorang guru ngaji tapi sekolahnya tidak ada yang tuntas. Ini memang wajar karena kakek dan neneknya wafat sejak ibu Ahmad Alim masih bayi. Tetapi justru karena itu, sang ibu berjuang agar anak-anaknya kelak bisa sekolah setinggi-tingginya.<br />Itulah yang memotivasi Ahmad Alim untuk terus bersekolah. Bahkan sejak kecil ia terbiasa sekolah double. Saat bersekolah di Sekolah Dasar di pagi hari, sore hari dia bersekolah di madrasah ibtidaiyah. Begitu juga saat bersekolah di SMP, ia juga merangkap bersekolah di Madrasah Tsanawiyah di sebuah pesantren. Begitu pula ketika di ia bersekolah di tingkat SMA, ia juga merangkap menimba ilmu di Madrasah Aliyah di sebuah Pesantren di Pati, Jawa Tengah. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan tingkat DI, D2, D3, Sl, S2 dan sampai S3. Alim menyelesaikan jenjang S-l di LIPIA Jakarta dan S-2 di Universitas Muhammadiyah Surakarta.<br />Menurut Ahmad Alim, ia mempunyai kebiasaan, ketika dulu masih bersekolah dan menghadapi ujian, ia meminta doa dari sang ibu. Keesokannya Sang Ibu pun langsung berpuasa dan shalat tahajud ketika malam untuk mendoakan kesuksesan anaknya. Walau pun sang ibu tidak memodali materi, tetapi selalu memberikan doa. Ketika berangkat sekolah sang ibu selalu berwasiat, "Ibu tidak bisa memberi kamu biaya, tidak bisa memberi biaya kamu makan. Ibu hanya membekali kamu dengan basmalah. Dengan basmalah kamu bisa makan dan kamu bisa hidup dan membiayai kuliah."<br />Dengan bekal tersebut ternyata Ahmad Alim tidak pernah kelaparan dan tidak merasa kekurangan. Bahkan untuk biaya sekolah pun, Ahmad Alim selalu mendapat beasiswa. "Kalau pun tidak mendapat beasiswa ada saja rizki dan kemudahan dari jalan yang tidak diperkirakan sebelumnya/ ungkapnya.<br />Ada kisah, seorang pegawai di sebuah perusahaan yang nge-fans terhadap Ahmad Alim. Orang tersebut mengaku pengikut fanatik satu organisasi Islam. Ia mengaku sedih, karena yang aktif di masjidnya kebanyakan pengikut organisasi lain. Pegawai itu kemudian merasa bersyukurkarena kehadiran Alim mampu merangkul berbagai kelompok. Di tengah penulisan tesis S-2, tiba-tiba si pegawai melunasi seluruh biaya pendidikan Ahmad Alim.<br />Begitu pula saat Ahmad Alim hendak berangkat ke Madinah untuk penelitian disertasi. Ada seorang pejabat sebuah perusahaan Negara yang sadar bahwa hidup mencari uang terus ternyata tidak pernah mengeyangkan hatinya. Akhirnya ia mengaji dan kemudian merasakan ketenangan. Ia belajar pada bahasa Arab pada Ahmad Alim mulai "dari nol" sampai bisa menerjemahkan Alquran 30 juz. Saat Ahmad Alim berangkat ke Madinah untuk melakukan penelitian, orang itu mengusahakan semua biayanya. "Rizki itu dari Allah," kata Ahmad Alim, yang kini sehari-hari menjadi Imam di Masjid al-Hijri n, Universitas Ibn Khaldun Bogor. (Diwawancara dan ditulis oleh Irfan Habibie, ST, santri PPMS Ulil Albab; alumnus Teknik Kimia ITB)Unknownnoreply@blogger.com